Unforgettable Memories
Di sebuah perusahaan megah dan ternama, Para staf karyawan dan kolega bisnis saling berbaur satu sama lain.
Darren Anderson Collins, Seorang CEO dan pemilik perusahaan besar, berusia 28 tahun sedang bersandar di singgasananya.
“Tuan Darren, apakah Tuan butuh minum?” tawar seorang Asisten pada Darren. Ia bernama Liam Alviano. Ia sudah lama mengabdi pada Tuannya menjadi sang asisten yang setia dan selalu dapat diandalkan.
“Tidak perlu,” jawab Darren dengan singkat dan dingin.
Sang Asisten merasa cemas melihat raut wajah Darren yang keras dan merah padam. Tuannya seperti sedang terganggu dengan pikirannya.
"Liam, panggilkan dua orang anak buah ku untuk menghadap padaku sekarang!" Titah Darren baru berbicara kebutuhannya.
"Baik Tuan." Liam segera menjauh dan memanggil anak buah Darren untuk menghadap Tuannya di ruang CEO.
Tak lama, Derap sepatu yang melangkah mantap mendekati ruang CEO. Darren langsung saja memerintahkan kedua anak buahnya.
"Aku menginginkan wanita ini! Kalian cari sampai dapat dan bawa dia kehadapan ku!!" Titah Darren mantap penuh penekanan. Ia mengeluarkan secarik foto wanita dari lacinya.
Kedua anak buahnya saling menelisik. Foto wanita siapakah yang diinginkan Tuannya itu. Banyak sekali pertanyaan, Namun tentu saja mereka tidak berani mengungkapkannya. Sama halnya dengan Liam yang ada di sana, Ia tidak tahu bahwa yang menggangu pikiran Tuannya sejak tadi adalah seorang wanita misterius.
"Kalian tidak perlu kembali sebelum berhasil menemukan wanita ini! Dan tidak perlu menelepon ku selain kabar baik. Jika sampai tidak dapat dengan segera, kalian pasti sudah tahu apa akibatnya." Ucap Darren tegas penuh ancaman dan tanpa ekspresi. Hanya saja wajahnya yang tidak pernah senyum itu membuat orang pasti ketakutan dibalik parasnya yang tampan.
Tidak ingin membuat Tuannya menunggu lama, Kedua anak buah itu langsung pergi menjalankan tugasnya. Tentu saja mereka akan kembali dengan berdedikasi tinggi agar bisa mendapatkan pujian dari Tuannya karena berhasil menjalankan perintah. Ketika pujian dilontarkan, tentu saja pundi-pundi uang akan mereka dapatkan dalam sekali perintah.
Seorang gadis baru saja keluar dari gedung perusahaan, sementara rintik hujan masih turun di luar sana. Langkahnya begitu ringan dan wajahnya tampak berbinar cerah. Dua orang laki-laki tampak memperhatikan dan mengikutinya dari kejauhan. Suasana basement yang sepi, membuat mereka begitu leluasa mengintai dan memata-matai gadis itu.
Arabella Monroe, gadis berusia 22 tahun yang baru menyelesaikan gelar sarjananya seminggu yang lalu dan akan melamar pekerjaan, ia baru saja selesai memenuhi panggilan wawancara di perusahaan pertama yang ia lamar.
Ketika Arabella sudah mendekati mobilnya yang terparkir di sana. Tanpa gadis itu sadari, dua orang laki-laki membekap mulutnya dan membawa gadis itu ke dalam mobil yang sudah mereka siapkan.
“Ayo, segera kita bawa sekarang. Jangan sampai Tuan marah kepada kita!” ucap laki-laki berbadan kekar dan bertato naga di lehernya.
Laki-laki yang satunya segera sigap membuka pintu mobil dan membawa masuk gadis yang kini tengah terkulai lemah tak berdaya. Obat bius yang digunakan memang sangat manjur. Arabella tidak berkutik dan dengan mudah dapat mereka lumpuhkan.
“Jangan sampai ada yang lecet, nanti Tuan akan marah dan menghukum kita!” ucap laki-laki bertopi hitam yang sedang mengemudikan mobilnya.
“Tenang saja, gadis ini akan aman bersama kita. Tuan, pasti akan sangat puas dengan kinerja kita!” ucap laki-laki bertato dengan penuh keyakinan.
Mobil itu melaju dan melesat meninggalkan parkiran, mereka kini tengah menuju sebuah tempat di mana sang tuan menunggu kehadiran mereka.
...***...
Arabella terbangun di atas ranjang berukuran king size, di sebuah ruangan yang cukup luas dengan interior yang cukup mewah. Ia sangat terkejut ketika menyadari dirinya berada di tempat yang sangat asing. Yang lebih mengejutkan lagi tangan dan kakinya tengah terikat di ujung ranjang. Ia tidak mampu lepas dan meninggalkan tempat ini.
“A-aku di mana?” gumamnya dengan wajah panik. Ia hanya mengingat jika terakhir kali dirinya berada di parkiran perusahaan di tempatnya melamar pekerjaan setelah selesai wawancara dan tiba-tiba seseorang membekapnya.
“Tuhan, apa yang terjadi padaku? Apa aku sedang bermimpi?” lirih Arabella dengan bibir bergetar. Ia sangat mengkhawatirkan sahabatnya. Ia pasti sangat cemas, mengingat dirinya tak kunjung kembali. Kedua orang tuanya sudah meninggal dan Arabella selama ini hanya tinggal bersama sahabatnya.
Pintu kamar terbuka dan menampakkan sesosok pria matang dengan sorot mata yang begitu tajam. Wajahnya yang begitu rupawan, sempat menciptakan kekaguman di dalam diri Arabella. Jujur, laki-laki itu sangat tampan dengan kulit halus dan mulus yang berkilau di wajahnya. Maniknya yang begitu tajam seakan menghujam dan menguliti Arabella yang kini tengah terbaring tak berdaya. Tubuhnya yang tinggi menjulang begitu proporsional dan merupakan impian semua kaum hawa. Kemeja warna hitam yang membungkus ketat di tubuhnya, menunjukkan bentuk tubuh yang begitu sempurna.
Darren Anderson Collins adalah CEO Proxima Corp, salah satu perusahaan industri terbesar. Wajah tampannya selalu menghiasi cover majalah bisnis dan namanya berada di urutan pertama sebagai CEO paling berpengaruh.
“Selamat malam, Gadis Cantik!” ucapnya dengan smirk yang menakutkan.
Nyali Arabella seketika ciut, ia merasa sangat takut ketika pria tampan itu semakin mendekat dan menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam. Tercium aroma alkohol yang menyengat dari mulutnya.
"A-anda siapa?" Tanya Arabella berkeringat. Ia merasa suaranya sangat berat pastilah berasal dari sosok pria yang sudah jauh lebih dewasa usia darinya.
"Siapa aku? Tidak penting kau tahu siapa aku." Ujar suara berat itu lagi.
“La-lalu... Anda ingin apa?” tanya Arabella dengan nada panik. Ia begitu takut dengan aura yang begitu gelap tengah melingkupi pria di hadapannya.
“Kau tahu aku ingin apa? Aku ingin menggagalkan lamaranmu mendapatkan pekerjaan!” Sinis laki-laki itu dan ia terkekeh pelan dengan wajah datar dan tatapan tajam.
Arabella tersentak, ia sangat terkejut dengan jawaban laki-laki itu. Terlebih, ia terang-terangan akan menggagalkan lamaran pekerjaan yang sudah lama sekali Arabella dambakan bisa bekerja untuk memenuhi kehidupan yang seadanya.
“Apa kaitan Anda dengan pekerjaan saya? Saya tidak pernah mengusik dan mengganggu Anda!” lirih Arabella dengan manik berkaca-kaca.
“Aku tidak peduli, yang aku tahu aku harus menggagalkan niatan mu yang ingin bekerja!” ucapnya dengan penuh seringai.
“Tuan, Anda jangan gila. Saya harus bekerja agar bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri.” Arabella berusaha berbicara baik-baik dengan laki-laki yang terlihat sangat dingin dan menyeramkan. Kekaguman di dalam hatinya seketika luntur.
“Aku tidak membutuhkan uang mu. Aku sudah memiliki segalanya!” dengus pria itu dengan tatapan berkilat-kilat.
"Apa maksud yang anda katakan? Memang bukan anda yang membutuhkan uang, Saya yang butuh uang di sini." Kata Arabella.
"Wanita ku tidak perlu memikirkan itu selama hidupnya saat dia masih bersama ku. Aku pasti sudah menjamin kehidupannya. Kau benar-benar tidak tahu siapa diriku sebenarnya?"
"Tidak." Jawab Arabella sembari menggelengkan kepalanya ketakutan.
"Jika begitu, dengan berbangga diri aku akan mengenalkan diriku padamu. Aku adalah Darren Anderson Collins." Kata Darren mantap.
Darren Anderson Collins? Benarkah dia orangnya? Dari cara bicaranya saja, Arabella yakin bahwa pria itu bukanlah orang sembarangan.
Arabella sontak sangat terkejut mendengar nama itu. Ia berdigik ngeri. Tentu saja ia tahu siapa orang dibalik nama itu, hanya saja ia tidak pernah ingin tahu bagaimana wajah dari nama CEO ternama yang menjadi primadona itu.
"A-apa keinginan Tuan melakukan hal seperti ini pada Saya?" Tanya Arabella bergetar.
"Menikahlah dengan ku!" Ucap Darren tanpa panjang lebar.
Untuk kedua kalinya Arabella sontak terkejut. Ia benar tidak percaya dengan apa yang baru saja terdengar. Matanya membulat sempurna dan jantungnya seketika berdetak lebih cepat.
"Cukup menikah denganku, dan kehidupan mu akan terjamin. Kau tidak perlu lelah bekerja di tempat orang lain. Diam saja di mansion ini layaknya Nyonya Collins." ucap Darren.
"Aku menggagalkan lamaran pekerjaan mu, karena ada pria yang akan melamar mu menjadi istrinya. Dan kau harus menerima lamaran pernikahan ini." Lanjut Darren dengan seringai.
"Sa-saya tidak bisa. Sa-saya hanya ingin bekerja dan bukan hidup dari bantuan orang lain. Kita adalah orang asing. Anda menculik dan memaksa saya melakukan pernikahan yang tidak diinginkan siapapun ini." Jawab Arabella.
"Baiklah jika kau menolak, Tapi kau akan tetap ku jadikan sebagai wanita yang mengandung anakku!!" Ucap Darren yang tidak suka ditolak.
Laki-laki itu membuka kancing kemejanya satu per satu, memamerkan otot-otot tubuhnya yang begitu kekar dan mempesona.
Arabella panik bukan kepalang, ia memalingkan wajahnya dan enggan menatap laki-laki yang tengah menyeringai penuh kemenangan.
“Kenapa? Kau tergoda dengan tubuhku? Aku akan memberikannya malam ini kepadamu, gratis dan tanpa dipungut bayaran!” kekeh laki-laki itu dengan tawa yang begitu mengerikan.
“J-jangan Tuan, Saya mohon jangan lakukan itu. Saya tidak mengenal anda. Kenapa dari sekian banyaknya wanita di dunia ini, harus saya yang menjadi sasaran? Apa yang membuat anda menjadikan saya wanita incaran? Apa kita pernah bertemu di kehidupan sebelumnya?” ucap dan lontaran pertanyaan Arabella dengan manik berkaca-kaca. Dirinya kini tengah berada di ambang batas ketakutan yang begitu menggila.
“Nona, ini adalah balasan yang pantas untuk seorang penggoda dan jal*ng sepertimu yang sekarang malah menolak ku!” bisik laki-laki itu masih dengan seringai yang begitu menyeramkan.
Arabella menggeleng dan tetap memohon, ia tidak ingin laki-laki itu melakukan apapun kepada dirinya. Ia ingin laki-laki itu melepaskan dan membiarkannya pergi sejauh mungkin.
“Tuan, aku mohon lepaskan aku, bahkan aku tidak tahu apa salahku kepada Anda?” isak Arabella dengan tubuh yang bergetar menahan ketakutan yang begitu kentara.
“Melepaskan mu? Jangan Mimpi! Wanita yang sudah ada digenggaman ku, dia tidak akan pergi dengan mudah!” seru laki-laki itu sambil mengendurkan ikat pinggangnya.
Arabella semakin terpojok, badannya kini bergetar hebat. Ia hanya berdoa, semoga saja tidak akan terjadi sesuatu pada dirinya.
“Tuan, apa salahku kepada anda?” isak Arabella dengan tangis ketakutan yang tengah menghiasi wajahnya.
“Salahmu adalah, sudah menolak permintaan ku! Kau tidak tahu jika aku ini tidak bisa dibantah. Hanya gadis miskin seperti mu ini, apakah akan membuatku tunduk dan menyerah begitu saja? Tidak akan!” bisik laki-laki itu.
Arabella menegang.
“Sebagai pria terhormat, aku tidak akan pernah membuat diriku lemah dihadapan siapapun. Jika perlu, aku akan menukar nyawamu untuk kebahagiaan ku!” ucap laki-laki itu penuh penekanan.
Arabella tampak pias, ketika laki-laki itu mendekat dan membungkam bibirnya dengan pagutan yang begitu buas. Ia menangis tanpa bisa melakukan apa-apa. Harga dirinya tengah dipertaruhkan. Laki-laki itu bangkit dan menyalakan kamera untuk merekam adegan mereka.
Arabella terbelalak dan menggeleng kuat, ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini padanya.
Hanya karena buliran air mata itu lolos, Darren sangat kesal. Ia semakin murka melihat wanita selemah itu yang bisanya menangis. Padahal banyak wanita yang ingin dipuja oleh tubuhnya, tapi karena Arabella menangis, Darren mematikan ponselnya yang sempat akan merekam aktivitasnya itu. Ia pergi meninggalkan Arabella yang tengah menangis dan tidak nafsu melanjutkan lagi aksinya.
Suara pintu ditutup dengan kerasnya. Memperanjatkan Arabella yang masih terbaring di ranjang size king itu dalam keadaan kaki dan tangannya diikat.
"Jaga wanita itu jangan sampai dia melarikan diri. Aku akan segera memberikan perhitungan padanya." Perintah Darren ada anak buahnya.
"Baik Tuan." Jawab serentak 2 anak buahnya yang berjaga di depan kamar Darren yang terdapat Arabella di dalamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments