3 Hari Kemudian~
"Kemana perginya Ara? Dia tidak ada kabar dan sulit dihubungi." Khawatir Eliza pada sahabatnya yang sudah 3 hari tidak kunjung pulang.
Eliza duduk di depan meja, tangan gemetar ketika mencoba menghubungi Arabella sekali lagi. Sudah tiga hari sejak mereka terakhir kali berbicara, dan kekhawatiran Eliza semakin memuncak. Tidak ada kabar sama sekali dari Arabella, dan itu tidak seperti sahabatnya yang selalu responsif dan penuh semangat.
Eliza berusaha mengingat kembali apa yang terjadi sebelum Ara menghilang. Arabella pergi untuk memenuhi panggilan wawancara. Eliza merasa ada sesuatu yang salah. Dia mencoba menghubungi nomor telepon Arabella berkali-kali setiap harinya, namun hanya mendapat sambungan yang tidak aktif. Eliza merasa semakin putus asa dan terjebak dalam lingkaran kekhawatiran.
Tanpa memiliki pilihan lain, Selama tiga hari ini Eliza memutuskan untuk melakukan penyelidikan sendiri. Dia mulai dengan mencari tahu tentang kegiatan terakhir Arabella sebelum menghilang. Eliza menghubungi teman-teman mereka, tetapi tidak ada yang tahu apa-apa. Mereka semua merasa cemas dan bertanya-tanya apa yang bisa terjadi.
Eliza merasa frustasi dan tak berdaya. Dia tahu bahwa waktu sangat berharga, dan setiap detik yang berlalu bisa membuat perbedaan. Dengan tekad yang kuat, Eliza memutuskan untuk melibatkan pihak berwenang. Dia menceritakan situasinya kepada polisi dan memberikan semua informasi yang dia miliki tentang Arabella. Namun nihil, pihak berwajib tidak dapat menemukan berbagai informasi apapun seakan Arabella ditelan bumi.
Selama beberapa hari berikutnya, Eliza menjalani hidup yang penuh kegelisahan dan gelap. Dia terus berharap menerima kabar dari Arabella, berdoa agar sahabatnya itu aman. Waktu berjalan lambat dan tanpa petunjuk yang jelas, Eliza merasa semakin putus asa.
...***...
"Sekarang berikan jawaban mu! Kau ingin menerima pernikahan ini atau tetap menolaknya?" Tanya Darren membuat seisi ruangan mencekam.
Sudah 3 hari ini Arabella terkurung dalam lemah. Tubuhnya mulai kurus dan sangat lemah ditahan dalam ikatan yang membuat radius pergerakannya terbatas. Sepanjang malam yang hanya bisa terbaring dan mendengarkan pertanyaan dari Darren yang tidak lepas memintanya untuk menyetujui pernikahan paksa itu.
"Saya tetap menolaknya." Jawab Arabella teguh pada pendiriannya.
"Maka dengan begitu, matilah sesuka mu di sini membusuk selamanya." Cerca Darren yang bosan mendengar penolakan. Ia pikir dengan membuat Arabella sebagai tahanan di Mansion akan membuat wanita itu luluh juga pada akhirnya.
"Baiklah, jika kau tetap bersikeras menolak ku. Aku juga akan teguh pada pendirian ku. Lahirkan seorang anak untukku!” tegas seorang lelaki yang menatap dingin Arabella.
Seketika ucapan lelaki itu membuat Arabella kehilangan kata-kata. Melahirkan seorang anak untuk lelaki yang tidak dia cintai? Bukan, bukan hanya tidak dia cintai, tapi tidak dia kenal sama sekali? Lelucon macam apa ini?
Masih dengan pandangan menunduk, Arabella mengepalkan tangannya yang diikat. Sungguh, dia tidak terima dengan permintaan lelaki itu yang menurutnya terlihat seperti merendahkan harga dirinya. Arabella pikir, siapa dia hingga berani memberi syarat seperti itu?
“Jika aku tetap tidak ingin, bagaimana?” balas Arabella tak kalah dingin dari lelaki itu.
Jawaban Arabella membuat lelaki itu terkekeh sinis. Mengedikkan bahu sesaat disertai tarikan napas dalam, dia kembali berkata, “Jika begitu, bersiaplah melihat kehancuran sahabatmu!” Sesaat terjeda, lelaki itu menarik kasar dagu Arabella. “Karena aku bisa melakukan apapun lebih dari yang kau bayangkan!”
Sungguh sial, pikir Arabella kali ini. Bagaimana bisa dia berurusan dengan lelaki di depannya itu.
Dengan persyaratan segila itu, haruskah Arabella menurut dan mengorbankan dirinya?
“Um, apakah tidak bisa jika syaratnya sedikit dirubah? Mungkin, aku bisa bekerja di tempat anda tanpa gaji untuk beberapa waktu? Atau apapun … asal tidak melahirkan seorang anak atau menyetujui pernikahan.” Tiba-tiba sebuah pertanyaan dengan lancang lolos dari mulut Arabella. Dia pikir, bukankah tidak ada yang tidak mungkin, jadi Arabella akan coba untuk bernegosiasi dengan lelaki itu.
“Lakukan atau tidak sama sekali!” Tegas lelaki itu, kemudian berlalu dari hadapan Arabella. Dengan langkah santai melewati Arabella, dia berbisik, “Bersiaplah, untuk melihat kehancuran sahabat mu!”
Mata Arabella membelalak sempurna. Apa tadi dia katakan? Kehancuran sahabatnya? Tidak bisa! Arabella tidak bisa membiarkan ini terjadi, jika sahabatnya hancur, itu artinya dia pun akan turut hancur karena dia begitu sudah menganggap sahabatnya seperti saudara.
“Tunggu!” tahan Arabella, menghentikan langkah lelaki itu.
“Kenapa? Apa kau berubah pikiran?”
Arabella bergeming sesaat, bisa dia lihat lelaki itu menatapnya dengan sudut bibir bergerak turun ke bawah seakan merendahkan dirinya.
“Aku rasa … tidak sulit bagi gadis sepertimu jika hanya melahirkan seorang bayi,” cibirnya lagi.
Gadis sepertimu? Seperti apa Arabella maksud lelaki ini? Jika tidak dalam keadaan genting dan kaki tangannya tidak diikat, rasanya Arabella ingin menyumpal mulutnya itu. Tidak! Tidak, Arabella, kendalikan dirimu! Rutuknya dalam hati.
Sesaat melakukan tarikan napas dalam, Arabella mengangguk pelan.
“Baiklah, Saya terima permintaan dari anda. Asalkan, masalah yang menjerat ku tidak sampai membawa sahabat ku."
"Kau menyetujui permintaan yang mana? Menikah atau Melahirkan bayi?" Sinis Darren mengulur waktu.
"Tidak mungkin bagiku memberikan kehormatan pada pria yang tidak bertanggung jawab tanpa ikatan pernikahan. Saya akan menerima tawaran pernikahan anda!" Ucap Arabella mantap.
Jawaban Arabella sangat membuat Darren senang. Itulah jawaban yang dia inginkan selama ini.
“Kau tenang saja, urusan sahabat mu akan tetap aman.” janjinya, sesaat lelaki itu membelai wajah Arabella.
“Mengenai pernikahan kita, hanya aku yang berhak menentukan. Jadi, sebaiknya kau persiapkan saja dirimu, karena besok orangku akan menjemputmu,” lanjutnya dengan seringai senyum yang sulit diartikan.
"Maksudmu... Aku bisa pergi dari rumah ini?" Tanya Arabella.
"Asalkan kau tidak mengingkari janji mu, akan ku pastikan hidupmu bebas." Seringai Darren.
Arabella sontak tersenyum, ia sangat bahagia akhirnya bisa pergi dari mansion neraka yang sudah mengurungnya selama 3 hari itu. Tentu saja ia ingin bertemu sahabatnya yang pasti mengkhawatirkannya selama ini.
Selama 28 tahun hidupnya, Darren Anderson Collins selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan. Apa yang dia inginkan harus dia dapatkan apapun dan bagaimana yang terjadi. Termasuk saat dirinya menginginkan seorang wanita agar dia bisa menikahinya.
Darren melepaskan ikatan borgol yang membelenggu tangan dan kaki Arabella. Selagi permintaannya telah disepakati, tidak ada lagi yang perlu ia khawatirkan saat Arabella akan pergi. Karena tidak akan ada seorangpun yang bisa mengkhianati kepercayaannya setelah orang tersebut mengatakan "Ya."
Sementara itu, Arabella, gadis berusia 22 tahun itu menatap nanar punggung lelaki yang baru saja membuat kesepakatan gila dengannya.
Arabella terus bergumam mengeluarkan sumpah serapahnya untuk laki-laki itu. Darren pergi meninggalkan Arabella.
Setelah berada di luar kamar, ia sangat senang. “Akhirnya wanita itu tunduk juga padaku.”
“Tuan, apa yang harus saya lakukan pada wanita itu?” tanya anak buah laki-laki itu, membuyarkan kesenangannya.
"Kembalikan dia ke tempat semula," ucap laki-laki itu dingin sambil melihat ke arah pintu yang tertutup di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments