Arabella terbangun di atas ranjang berukuran king size lagi. Ia sangat terkejut ketika menyadari dirinya berada di tempat yang tidak asing. Ia tidak mampu lepas dan meninggalkan tempat ini. Tubuhnya hanya meringsut ke pojokan ranjang untuk berwaspada kapan saja pria itu datang.
"Sial! Aku kembali ke tempat ini lagi. Sekarang apa yang ingin dilakukan pria itu padaku?" Gumam Arabella mengumpat.
Pintu ruangan itu terbuka dan menampakkan sesosok pria matang dengan sorot mata yang begitu tajam. Jujur, Arabella sangat bosan melihat wajah datarnya.
"Kau sudah bangun rupanya, Gadis Cantik! Bagaimana dengan tidurmu, apakah nyenyak?” ucapnya dengan smirk yang menakutkan.
Nyali Arabella seketika ciut, ia merasa sangat takut ketika pria tampan tapi beraut sangar itu semakin mendekat dan menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam.
“Se-sekarang apa yang kau inginkan?” tanya Arabella dengan nada panik.
Darren naik ke atas ranjang dan menarik kedua kaki Arabella hingga membuatnya merosot ke bawah. Ia memberontak, tapi cengkraman tangannya terlalu kuat sampai ia terbaring di ranjang dan Darren segera menindihnya sambil membuka satu kancing kemeja atasnya.
Arabella tampak pias, ketika laki-laki itu mendekat dan membungkam bibirnya dengan pagutan yang begitu buas. Ia menangis tanpa bisa melakukan apa-apa. Harga dirinya tengah dipertaruhkan. Laki-laki itu bangkit dan melonggarkan kemejanya dengan membuka 2 kancing lainnya.
Arabella terbelalak dan menggeleng kuat, ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini padanya.
“Gadis ja*ang, malam ini aku akan membalaskan sakit hatiku dan kau akan tahu, betapa kejam dan jahatnya aku yang akan memberikan pelajaran kepada wanita ja*ang yang sudah menggoda laki-laki dan membuat dirinya tertantang dengan tubuhnya!” bisik Darren penuh penekanan dengan seringai yang menyeramkan sambil mencengkeram dagu gadis itu dengan kuat.
Darren lalu menarik paksa dress yang tengah menempel di tubuh Arabella dan sontak perempuan itu menangis dan memohon untuk menghentikan aksi biadab laki-laki yang tidak pernah dikenalnya di masa lalu.
Dengan buas dan tanpa ampun, Darren menyergap dan menikmati tubuh Arabella. Gadis itu hanya menangis, memaki dan terus meronta dengan ikatan yang sangat kuat di tangannya. Laki-laki itu tidak ingin mengalah, ia akan menghukum gadis yang sudah mencoba menghindarinya itu.
Arabella tak berdaya dibawah kuasa laki-laki yang tengah menggila. Dengan penuh amarah laki-laki itu menyatukan tubuhnya dengan tubuh Arabella yang sudah terkulai lemah akibat melakukan perlawanan yang tidak ada artinya.
Arabella terpekik, ketika sesuatu tengah membelah dirinya. Rasa sakit seketika menghujam seluruh tubuhnya. Sungguh, ia merasa sangat jijik dan ingin membunuh laki-laki yang kini tengah mengungkungnya. Bahkan dirinya ingin mati saja, daripada direndahkan dan dihinakan seperti ini. Kehormatannya tengah direnggut dan dirusak begitu kejam oleh pria asing yang tidak pernah memiliki hubungan dengannya.
“Syukurlah kau masih perawan?!” ucap Darren dengan wajah terkejut karena begitu terjaganya Arabella sebagai wanita langka disaat wanita lain sibuk menjadikan tubuhnya seperti lalat yang mengerumuni daging.
Darren berhasil dan tidak salah pilih mengenal gadis lugu itu. Ia sempat menghentikan aksinya untuk sesaat. Ada perasaan bersalah. Namun lagi-lagi dia melanjutkan aksinya, ketika mengingat bagaimana obsesinya ingin menikahi Arabella dan tidak membiarkannya pergi.
Arabella melemah pasrah, ia terus terisak merasakan dirinya benar-benar begitu hancur. Bahkan dirinya sangat jijik ketika melihat laki-laki itu tengah menyeringai mengejek dirinya yang begitu lemah dan tidak mampu melawan. Ia begitu muak ketika Darren melenguh dan mendapatkan kepuasannya sendiri.
Arabella hancur, ia tidak menyangka kepergiannya ke luar kota untuk ketenangan malah membuat petaka semakin menghampiri.
“Aku pikir, ja*ang sepertimu sudah sering tidur dengan banyak pria. Ternyata kau masih suci! Tapi aku sudah menyangka hal itu. Kau adalah gadis baik dan aku beruntung mengenal mu.” kekeh Darren dengan senyum yang menjijikkan. Bahkan saking jijiknya Arabella meludah ke wajah laki-laki yang tengah mengejek dirinya.
Lagi-lagi, Darren hanya tersenyum dan melepaskan ikatan yang membelenggu kedua tangan Arabella, tampak bekas kemerahan di pergelangan tangan gadis itu seolah menampakkan betapa kuat ia melawan perbuatan seorang Darren.
Darren segera membuka semua pakaiannya dan Ara hingga telanjang bulat dibawah selimut. Ia kembali menjalankan aksinya yang lebih ganas dan liar.
“Dan sekarang aku akan membuatmu bahagia, Sayang! Kau akan merasakan kenikmatan surganya dunia!” cetus pria itu dengan suara beratnya.
“To-tolong jangan, Tuan!” Ucap Arabella dengan suara bergetar saat tubuhnya dipeluk dari belakang.
Terdengar gelak tawa yang renyah dari mulut jelmaan iblis itu. Arabella sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit dan sudah berusaha melawan, tetapi tenaganya kalah.
Hingga akhirnya, tubuh Arabella dihempas kasar agar bisa berbaring dengan tenang. Arabella menendang kuat tubuh pria itu entah di bagian mana. Terdengar jelas saat pria itu menjerit kesakitan.
"Tolong, hentikan! Aku tidak kuat lagi!" teriak Arabella menahan sakit atas ronde pertama tadi.
Tetapi kekuatan pertahanan Arabella tetap runtuh saat pria itu sudah berada di atasnya. Tubuhnya dengan cepat telah dimasuki oleh bajingan itu. Entakan demi entakan menyakitkan itu membuatnya benar-benar lemas tidak berdaya.
"Kau ingat, kita sudah menyetujui kesepakatan, jadi berhentilah berpura-pura. Aku pikir akan melakukan ini setelah menikah, tapi nyatanya kau sendiri yang mengkhianati kebaikan ku. Ikuti keinginanku dan lahirkan seorang anak laki-laki untukku. Aku akan melakukannya dengan cepat agar kau tidak bisa menghindar dariku lagi!"
Diangkatnya dagu Arabella dan ditatapnya mata sayu yang tampak berkaca kaca tersebut. Dengan sekali sentak Darren berhasil menerobos pertahanan Arabella. Tubuhnya langsung bergelinjang hebat dan merasakan sakit terlalu dalam.
“Berhenti memasang wajah sedihmu itu, kau hanya membuatku semakin muak!” Bentakan Darren membuat hati Arabella mencelos.
Darren mengungkung tubuh Arabella di bawahnya. Seringaian jahat terbit di wajah tampannya.
"Buka pahamu!" titahnya dengan mata berkabut.
Arabella masih bergeming, dia menutup rapat kedua kakinya dan menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Semua yang dikenakannya sudah terlepas akibat perbuatan Darren, laki-laki yang baru saja merenggut kehormatannya.
"Berhenti menangis!"
Darren mencengkram rahang rapuh Arabella dan ******* bibirnya.
Darren sudah dikuasai hasratnya sejak melihat Arabella. Tubuhnya yang mungil memiliki lekuk yang sangat indah. Ukuran dadanya yang cukup di atas rata-rata membuat keindahan itu semakin sempurna. Ditambah lagi Arabella memiliki kulit putih bersih dengan hidung mancung, bibirnya penuh dan berwarna pink menggoda.
Berkali kali Darren menelan salivanya, Kelaki-lakiannya pun berontak begitu melihat Arabella. Baru melihatnya saja, sungguh Darren tidak habis pikir.
"Bukankah kau sudah biasa melakukannya, Hem! Gadis murahan!" Cibirnya setelah melepaskan tautan bibirnya.
Darren menarik kedua tangan Arabella lalu menahannya di atas kepala, Arabella tidak berontak akibat tenaganya yang sudah terkulai lemah tak berdaya bersamaan dengan hinaan tidak berdasar yang Darren ucapkan sungguh melukai perasaannya.
Arabella meringis menahan sakit ketika Darren melesakkan inti tubuhnya di bawah sana. Darren yang merasa kesulitan menghentikan sesaat aktivitasnya. Ditatapnya wajah Arabella yang basah karena keringat dan air mata.
"Bagaimana? Nikmat bukan?!" tanyanya dengan suara seraknya.
Arabella tidak menjawab, Darren pasti tahu tanpa harus bertanya. Seringaian jahat kembali terbit di wajahnya. Darren menghentak keras, hingga membuat Arabella meloloskan teriakan dari bibir mungilnya.
Dengan cepat Darren menyambar bibir Arabella untuk membungkam suaranya. Darren mengayunkan tubuhnya bergerak cepat, dia benar benar menikmati wajah tersiksa Arabella.
“Tu-tuan, bisakah kau--”
Arabella ingin meminta keringanan, setidaknya memohon agar Darren melakukannya dengan perlahan. Tetapi, Arabella tak memiliki kesempatan untuk mengutarakannya karena Darren telah menguasai tubuhnya.
Semakin Arabella kesakitan, semakin liar gerakannya. Ini adalah harga yang pantas untuk hasil dari pengkhianatan.
Darren mempercepat temponya saat merasakan gelombang kenikmatan itu siap meledak. Bibirnya bergerak lincah di puncak dada Arabella, menggigit dan meremasnya kuat.
“Tu-tuan, Saya belum pernah melakukan ini. Kumohon--”
“Diam!” sentak Darren di sela napasnya yang memburu.
Arabella kembali meringis, tidak ada sedikitpun kelembutan yang didapatnya dari Darren. Tapi di bagian terdalam dari sudut hatinya, Arabella tidak mempermasalahkan perlakuan kasar Darren padanya, Arabella sudah pasrah karena ia sudah kehilangan segalanya.
Hingga saat pelepasan itu didapatkan Darren, dijatuhkannya dirinya di samping Arabella, sesaat Darren tersenyum puas. Arabella terasa berbeda, mungkin karena dia masih perawan.
"Tidak sia-sia aku memilih mu sebagai wanitaku, tapi kau harus sadar diri, kau hanyalah gadis hina yang harus melahirkan anak untukku! Jika saja ibuku tidak mengancam ku, aku tidak akan pernah ingin menyentuhmu, kau paham!"
Darren menarik tubuhnya dan melenggang ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Arabella yang terisak menahan perih dan melihat tubuhnya yang sudah penuh kemerahan terutama di leher. Bukan hanya tubuhnya yang merasakan sakit akibat perbuatan kasar Darren, tapi hatinya jauh lebih sakit tidak berdarah.
Darren keluar dengan handuk melingkar di pinggangnya, ia tersenyum sangat manis kepada Arabella yang masih terisak menahan nyeri di sekujur tubuhnya. Dengan santainya, ia merapikan kembali pakaiannya. Arabella hancur dan meluruh, ia tengah terisak menahan sesak di dalam dada. Bahkan dengan lancangnya Darren menebar benih kotornya di rahim Arabella.
Dengan wajah tanpa dosa, Darren yang telah mencapai tujuannya meninggalkan Arabella dengan kondisi mengenaskan.
“Dasar laki-laki brengsek, laki-laki biadab!! Aku tidak akan mengampuni mu!” teriak Arabella dengan isak tangis yang memilukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments