Beberapa hari setelah Ara kembali pulih dan mulai menjalani kehidupan normal, dia memutuskan untuk membicarakan keinginannya kepada Eliza. Mereka duduk bersama di taman dekat apartemen mereka, dengan sinar matahari yang hangat mengiringi percakapan mereka.
"Ara, aku tahu kau masih memiliki ketakutan dan kekhawatiran terkait pria itu," kata Eliza dengan lembut. "Aku mendukungmu sepenuhnya. Jika kau tidak ingin menikah dengannya, kau tidak perlu melakukannya. Lagipula kalian tidak saling mengenal. Dan pria itu datang dengan membawa kesepakatan yang tidak jelas sampai membuatmu bersedih. Aku sebagai sahabat mu mana ingin melihat kau menangis."
Arabella menceritakan segala apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini kepada Eliza. Dalam sebuah persahabatan memang alangkah lebih baiknya tidak ada rahasia diantara mereka.
Ara menghela nafas lega mendengar dukungan Eliza. "Terima kasih, Eliza. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan jika dia benar-benar datang kembali dan memaksa aku."
Eliza memegang tangan Ara dengan penuh kehangatan. "Kita akan menyelesaikan masalah ini bersama, Ara. Kita akan mencari jalan keluar yang terbaik untukmu."
Mereka berdua mulai merencanakan langkah-langkah yang akan diambil. Eliza memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya dan Ara pergi meninggalkan kota untuk sementara waktu. Dia ingin menjauh dari situasi yang tidak nyaman dan mencari keberadaan dirinya yang sebenarnya.
"Dengan begitu, aku bisa mendapatkan kedamaian pikiran dan mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi apapun yang akan datang," kata Ara mantap.
Eliza mengangguk. "Aku akan mendukungmu sepenuhnya, Ara. Jika kau merasa perlu menjauh sejenak, lakukanlah. Aku akan menjaga hubungan kita tetap kuat, tidak peduli seberapa jauh jarak fisik di antara kita."
Ara tersenyum menghela nafas lega. "Terima kasih, Eliza. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu."
Eliza meyakinkannya, "Kita akan selalu saling mendukung, Ara. Tidak peduli apa yang terjadi, kau tidak sendiri dalam perjuanganmu."
Mereka sama-sama hidup sebatang kara. Ayah dan Ibu mereka meninggal sejak usia remaja. Jadi, tidak ada orang yang lebih mengerti selain mereka satu sama lain.
Arabella pergi ke kota lain untuk mencari pekerjaan dan mengambil waktu untuk dirinya sendiri. Mereka memahami keputusannya dan memberikan dukungan penuh.
"Aku akan merindukanmu, Ara," kata Eliza dengan penuh kasih sayang. "Tapi aku tahu ini adalah keputusan yang tepat bagi mu. Jaga dirimu baik-baik dan berjanjilah akan kembali."
Ara tersenyum lembut. "Aku berjanji, Eliza. Aku akan mengumpulkan kekuatan dan kembali dengan semangat yang baru."
Setelah berpamitan dengan teman-temannya, Ara memulai perjalanannya ke kota baru. Dia mencari pekerjaan dan menemukan tempat tinggal sementara. Di kota baru itu, Ara fokus pada pemulihan dirinya sendiri. Dia mengikuti terapi untuk membantu mengatasi trauma yang dialaminya dan mencari cara untuk membangun kembali kepercayaan pada dirinya sendiri.
...***...
"Tuan, Wanita itu pergi meninggalkan kota ini. Dia pasti melarikan diri untuk menghindari perjanjiannya. Apa yang perlu kita lakukan sekarang?" Tanya Anak buah Darren.
Darren yang sedang duduk di singgasana membelakangi mejanya, memutar kursinya dan tersenyum seringai dengan sorot mata tajam.
"Tidak perlu cepat mengambil keputusan." Sinis Darren diselingi tertawa kecil yang puas.
"Tuan ingin melepaskan wanita itu?"
"Dia tidak pernah lepas dari jangkauan ku. Sejauh apapun dia pergi, dia akan kembali ke tempat asalnya!" Seringai Darren penuh ambisi.
Anak buahnya cukup heran. Dulu ia mati-matian mencari wanita yang dimaksud dan setelah mendapatkannya bahkan Tuannya rela menjadikan wanita itu seorang tahanan, tapi setelah itu dilepaskan tanpa ada kelanjutan dan sekarang pergi dengan ditanggapi santainya seolah tidak mengenal siapa wanita itu. Darren memang sulit ditebak dan dibaca, ia tidak bisa diprediksi yang akan hanya membuat perintah mendadak tanpa angin dan hujan hingga anak buahnya frustasi sendiri.
"Kau lihat saja nanti! Meragukan ku, itu artinya dia meremehkan ku!"
Sementara itu, Arabella menjalani kehidupan baru di kota yang jauh. Dia mengikuti rutinitas harian yang teratur, dengan menghabiskan waktu untuk mencari pekerjaan, menghadiri sesi terapi, dan mengexplore tempat-tempat baru di sekitar kota itu. Setiap langkah yang diambilnya adalah bagian dari perjalanan pemulihan dirinya.
Dalam beberapa jam berlalu, Ara merasakan perubahan yang signifikan dalam dirinya. Terapi yang dia jalani membantunya mengatasi trauma dan memberinya alat-alat untuk membangun kembali kepercayaan pada dirinya sendiri. Dia mulai merasa lebih kuat, lebih yakin, dan siap untuk menghadapi apapun yang akan datang.
Selama waktu itu, Ara juga menjaga hubungan yang kuat dengan Eliza. Meskipun jarak memisahkan mereka, mereka tetap terhubung melalui panggilan video dan pesan teks. Eliza selalu ada di sisi Ara, memberikan dukungan moral dan memastikan dia merasa didengar dan dicintai. Kedekatan mereka tidak tergantikan oleh jarak fisik.
Sementara itu, Darren, sang pria yang pernah mengganggu hidup Ara, tidak berdiam diri. Dia mengawasi setiap langkah Ara dengan penuh obsesi dan keinginan untuk memilikinya. Darren yang kaya dan berpengaruh memiliki jaringan yang luas, sehingga tidak lama baginya untuk mengetahui keberadaan Ara di kota baru.
Dalam sebuah pertemuan rahasia dengan anak buahnya, Darren mengutarakan rencananya untuk merebut kembali Ara. Dia merencanakan sebuah konspirasi yang rumit dan jahat untuk membawanya kembali ke sisinya, tak peduli apapun yang harus dilakukan.
Sementara itu, Ara yang tidak mengetahui ancaman yang mengintainya, melanjutkan hidupnya dengan penuh semangat dan seolah dunia kembali berputar. Dia menemukan pekerjaan yang memuaskan saat pertama kali melamar di sebuah perusahaan dan membangun hubungan baru dengan orang-orang di sekitarnya. Dia merasa bahagia dan berharap masa depannya akan semakin baik.
Namun, takdir berkata lain. Suatu hari, ketika Ara kembali dari pekerjaan, dia merasa diikuti. Dia merasakan ketegangan dan perasaan tidak aman yang tidak asing baginya. Ketika dia melihat ke belakang, dia melihat bayangan yang bekas dari masa lalu yang pernah dia hadapi.
Ara merasa takut, tapi dia juga merasa lebih kuat dari sebelumnya. Dia tahu bahwa dia tidak akan menjadi korban lagi. Dia mengambil langkah berani dan menghadapi orang yang mengikutinya. "Kenapa kau mengikuti ku?" tanya Ara dengan penuh keberanian.
Darren tersenyum sinis. "Kau pikir kau bisa meninggalkanku begitu saja? Kau milikku, Ara, dan aku akan membuatmu kembali padaku, entah kau suka atau tidak!"
Ara tidak gentar. Dia menatap Darren dengan keberanian di matanya. "Aku bukan milikmu, Tuan. Aku menemukan kekuatan dalam diriku sendiri, dan aku tidak akan pernah kembali untuk kehidupan yang mengerikan di masa mendatang."
Darren menggeram marah dan mencoba mendekati Ara.
"Kau pikir selama ini aku seakan hilang ditelan bumi hanya karena membiarkan mu bisa pergi begitu jauh? Kau meremehkan kekuasaan ku, Nona Arabella. Sangat mudah bagiku memantau radius pergerakan mu. Aku sangat tahu apa saja yang kau lakukan bersama sahabat mu itu dan aku tahu kau sakit dan dirawat di rumah sakit." Hardik Darren membuat Arabella tercengang. Ia pikir selama ini memang Darren tidak memantau keadaan maupun informasi mengenainya.
"Aku pikir, aku terlalu jahat pada calon istriku. Saat sakit, Aku tidak menjenguknya. Tapi rupanya dia begitu liar dan beranggapan aku tidak mengawasinya yang malah mencoba melarikan diri." Lanjut Darren lagi sinis.
"Bawa dia!!" Titah Darren pada anak buahnya.
"Tidak! Lepaskan aku!!" Teriak Ara memberontak.
Kedua anak buahnya membekap mulut Ara menggunakan sapu tangan berisi obat bius yang membuatnya kehilangan kesadaran. Ara sempat berlari, namun ia putus asa saat anak buah lain menghadang dan menariknya kasar. Dibawanya Ara masuk ke dalam mobil mewah itu dan melakukan perjalanan kembali ke kota mereka dan tempat Mansion Darren berada.
"Aku tidak akan membiarkannya melarikan diri lagi!" Darren berbisik dalam hati sambil memutuskan untuk merencanakan langkah selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments