Hamil Anak Presdir

Hamil Anak Presdir

1. Awal Yang Buruk

“Kau sudah dengar kalau hari ini kita kedatangan manajer baru?”

Hmm, Gia Luciella bergumam, menggeleng pelan. Matanya berat, masih mengantuk karena semalam ikut bergabung dalam acara kantor.

“Hai! Semalam kau habis berapa botol?” Jenni, teman kerja Gia tampak bersemangat. “Aku sudah bilang berapa kali, kau hanya perlu menolak para seniormu. Kalau kau terus mengikuti perintah mereka, bisa jadi kau akan selalu menjadi bulan-bulanan mereka. Ingat, kau bekerja di perusahaan ini bukan untuk mereka tapi untuk atasanmu.”

Gia mengusap matanya yang terasa berat. “Ah, menyebalkan. Kepalaku terasa pusing.”

“Pergilah ke toilet, setelah jam makan siang manajer baru kita akan datang. Dengar-dengar manajer kita yang baru nanti sangat kejam. Kau harus terus waspada, Gi!”

“Hmm, aku tahu ... sudah sana pergi. Makan siang masih lama. Biarkan aku tidur sebentar lagi.”

“Dasar!” Jenni melangkah pergi kembali ke meja kerjanya.

Hari-hari terasa berat bagi Gia, lahir bukan dari keluarga kaya membuatnya harus bekerja keras. Ada adik laki-laki serta ibu yang harus dia nafkahi.

Namun Gia memilih tinggal di sendiri di kontrakan susun yang tak jauh dari tempat kerjanya. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menghemat pengeluaran setiap bulannya agar sebagian gajinya bisa dia kirim ke rumah.

~♤~

Jam makan siang telah selesai. Semua karyawan kembali ke kursi masing-masing kebetulan saat itu Gia sulit dibangunkan maka dari itu terpaksa dia harus makan roti dengan isian sayur dan irisan daging serta susu kotak di rooftop sendirian.

Gia beruntung memiliki sahabat Jenni yang perhatian, bahkan roti serta susu kotak itu pemberian dari Jenni.

Sluruuuppp ... aaahhhh! “Uuuh, kenyang.” Setelah menghabiskan roti isi dan sekotak susu, Gia membuang kotaknya ke tong sampah.

Tanpa disadari bahwa sejak tadi saat Gia menikmati sepotong roti isinya ternyata ada seorang lelaki melangkah keluar dari pintu. Melihat Gia tengah sibuk menikmati makan siangnya, lelaki dengan postur tubuh yang sangat tinggi itu memilih sisi lain rooftop untuk merokok.

“Aku baru tahu kalau perusahaan ini memperbolehkan pegawainya makan siang di luar jamnya,” ucap lelaki itu.

Gia terpaku. “Siapa yang baru saja bicara? Kenapa aku merasa asing dengan suaranya?” gumam Gia. Menoleh perlahan ke sumber suara itu berasal. Matanya menangkap sosok lelaki jangkung berdiri di tepi gedung.

Kedua lengannya ditekuk, bersandar di plang besi saat lelaki itu bersandar santai. Angin berhembus kencang, membuat jas yang dia kenakan sebagian terbang terbawa angin. Begitu juga dengan dasi serta rambutnya yang lumayan panjang untuk seukuran lelaki. Melambai bak seorang lelaki yang sedang menggoda kaum hawa.

Dia berdiri membelakangi matahari, sehingga wajahnya tak begitu terlihat jelas.

“S–siapa?” ucap Gia terbata.

Lelaki itu menggigit rokoknya, membiarkan kepalanya mendongak menikmati angin yang meniup tubuhnya.

Ssssss, huuuft!

Setelah menyesap rokoknya, lelaki itu menghembuskan asap putih dari mulut dan menghilang terbawa angin.

“Waaah, dia ... dia sangat tampan,” gumam Gia.

“Sesi perkenalan sudah selesai. Dan sepertinya ... kau melewatkan hal itu.” Suara berat keluar dari bibirnya. Lelaki itu melangkah mendekati Gia. Mengambil bungkus roti isi yang telah habis.

Ppssssttt!

Setelah memadamkan rokoknya menggunakan bungkus roti tersebut, lelaki itu mengembalikan apa yang dia ambil dari tangan Gia. “Terima kasih,” ucapnya mengacu pada bungkus roti yang dia gunakan untuk membungkus sisa rokok miliknya. Tanpa rasa berdosa, lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Gia begitu saja.

“A–apa-apaan ini?” Gia terpaku, menatap bungkus roti di tangannya.

“Kau!” seru lelaki itu, ternyata dia menghentikan langkahnya di ambang pintu. Kepalanya menoleh ke samping saat berucap. “Kalau tidak ingin mendapat hukuman, segera kembali ke meja kerjamu.” Lelaki yang belum diketahui namanya itu mencoba memberi peringatan. Setelahnya melangkah pergi.

Hah! “Apa-apaan dia. Aku akui dia tampan ... tapi kenapa sikapnya sangat menjengkelkan!” Gia beranjak berdiri dari bangku, melempar bungkus bekas roti isi ke tong sampah. “Tunggu! Aku sepertinya pernah melihat wajahnya ... tapi, di mana?” gumam Gia sembari berjalan menuju pintu.

Dalam perjalanan menuju ke meja kerjanya, Gia teringat ucapan Jenni.

‘Kau sudah dengar kalau hari ini kita kedatangan manajer baru?’

“Ah, atau jangan-jangan dia manajer barunya?”

~♤~

Semuanya telah berkumpul di ruang meeting, termasuk Gia dan juga Jenni.

“Kenapa dengan wajahmu?” Jenni menarik kursi, lalu duduk di samping Gia.

“Entah, aku rasa aku sedang tidak enak badan.” Gia terlihat lesu.

“Kau harus banyak minum vitamin. Manajer kita sekarang akan sering-sering mengajak kita meeting. Dan ingat, jangan membuat kesalahan di depannya atau kau akan menjadi incarannya.

“Kau sejak tadi selalu bilang kalau manajer kita itu mengerikan, aku saja belum melihat wajahnya.”

“Aku lupa, tadi dia datang saat kau makan siang di rooftop. Dia sangat tampan tapi terkenal dengan manajer paling mematikan.”

Gia terdiam. “Jangan bilang manajer baru itu benar-benar lelaki yang aku temui di rooftop tadi?” gumamnya dalam hati.

Ceklek!

Suara pintu dibuka dari luar, manajer baru dari tim 8 melangkah masuk ke dalam membawa beberapa map di tangan.

Kreek!

Lelaki itu menarik kursi, duduk di ujung meja. Kharismanya sungguh sangat luar biasa. Manajer tapi auranya sudah melebihi seorang CEO di perusahaan itu.

Gia lagi-lagi terdiam, mendapati bahwa apa yang dia pikirkan memang benar.

“Gia Luciella, apa yang kau kerjakan sepanjang hari ini?”

Gia melamun, menatap sang manajer tanpa menghiraukan panggilannya.

“Gi, Gia!” Menggunakan sikunya, Jenni membuyarkan lamunan Gia.

“He? Kenapa Jen?” Gia menoleh setelah sadar dari lamunan.

“Manajer bicara padamu!” bisik Jenni dengan hati-hati karena Manajer itu berganti menatapnya tajam setelah menatap Gia.

“Apa seperti ini pekerjaanmu setiap hari? Pantas saja kau tidak ada progres selama setahun ini,” sahut Manajer.

“Apa-apaan dia, jangan bilang dia memeriksa laporan pekerjaanku selama ini?” batin Gia.

“Tentu saja!” sahutnya lagi, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Gia. “Sebagai manajer baru aku harus memeriksa penilaian tentang anak buahnya selama satu tahun ini. Aku harus mengetahui bagaimana anak buahku bekerja. Jika kau keberatan, aku bisa merekomendasikanmu ke divisi lain?”

“Astaga! Benar ucapan Jenni ... manajer ini memang kejam!” Lagi-lagi Gia menggerutu dalam hati dan itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.

“Apa kau bekerja di sini dan digaji hanya untuk diam?” Suaranya mulai meninggi.

“M–maaf manajer–“

“Apa kau digaji untuk meminta maaf?” sahutnya lagi.

Gia tertunduk, Jenni merasa buruk untuk sahabatnya itu. Entah apa yang terjadi tapi sikap manajer terlalu kejam kepada Gia.

“Jika kau merasa buruk, minta maaflah pada diri sendiri. Karena itu artinya kau telah menjadi orang yang tidak berguna untukmu sendiri. Sebelum meeting dimulai satu jam yang lalu aku sudah mengirim email padamu. Tapi sepertinya kau tidak membaca emailnya.”

Dengan cepat Gia membuka ponselnya untuk memeriksa email yang dibicarakan manajer.

“Terlambat, jika kau memang bertanggung jawab terhadap pekerjaanmu seharusnya kau tahu jika ada email masuk! Lirikannya mematikan, penuh arti kepada Gia. “Kita mulai meeting!” ucapnya sinis.

~♤~

Huuuft! Gia menarik napas panjang. Hanya bisa menangis sendirian di pantry. Tidak ingin membuat Jenni dan yang lain khawatir, maka dari itu Gia memilih menyendiri.

Hiks! “Sungguh, ini hari paling menyebalkan selama aku bekerja di sini. Apa yang sudah aku lakukan sampai-sampai dia memperlakukanku sejahat itu. Kenapa hanya padaku, apakah hanya aku anak buahnya? Masih banyak yang lain yang lebih tidak teliti dariku.” Gia bergumam, mengeluarkan keluh kesahnya. “Aku tidak akan menangis jika dia memarahiku, tapi aku jadi lemah ketika dia marah-marah di depan semua anak buahnya, apa lagi dia marah hanya padaku!” Gia kesal. “Itu terkesan seperti dia sengaja mempermalukanku di depan umum!”

“Jadi seperti ini kebiasaanmu ... Menangis di pantry dan mengutukku?” sahut Lian, sang manajer yang tiba-tiba masuk.

Terpopuler

Comments

Reza Putih

Reza Putih

lumayan bgus awalnya..smgat thor

2023-09-15

0

hatsuki chaaan

hatsuki chaaan

sensitif banget mnjernya

2023-07-20

0

hatsuki chaaan

hatsuki chaaan

buset wkwkw

2023-07-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!