“Jadi seperti ini kebiasaanmu? Menangis di pantry dan mengutukku?” sahut Lian, sang manajer yang tiba-tiba masuk.
“Hah, tidak lagi,” batin Gia. Secepat kilat mengusap matanya yang basah. “Tidak manajer, aku di sini hanya sedang membuat kopi. Gia tak berani menoleh ke belakang. Memilih bertahan, memunggungi Lian yang baru datang.
Lian melirik jam yang melingkar di tangan. Melangkah mendekat, membuat Gia tak bisa bergerak karena Lian sengaja berdiri tepat di belakangnya. Mengurung Gia menggunakan tubuhnya yang kekar.
Gia sampai merinding, hanya meringkuk ketakutan di bawahnya. Bahunya terenyak ketika Lian membungkuk, berbisik di telinga.
“Jadi kau masih memiliki waktu untuk minum kopi?” Lian tersenyum sinis. Matanya terbelalak melihat telinga serta wajah Gia memerah akibat ulahnya. Jelas, napas panas yang keluar dari mulutnya saat Lian berucap menyapu telinga dan wajah Gia, seolah menggelitik hingga membuatnya merona.
Deg!
Seketika saja, Lian melangkah mundur menjauh waspada. Ghm! “Sepuluh menit lagi aku tunggu di mobil, kita akan pergi meeting keluar.”
“Apa?” Gia memutar tubuhnya cepat, tanpa menyadari bahwa Lian masih berada di sana.
Byur!
Kopi yang baru saja dia buat tumpah mengenai kemeja Lian.
“Eh, manajer? Maaf.” Setelah meletakkan gelas di meja, Gia mengambil lap bersih yang akan dia gunakan untuk membersihkan kemeja Lian yang telah kotor.
Kemeja putih bersih itu telah berlumuran kopi di bagian dada.
“Maaf manajer, aku tidak sengaja.” Tangannya sibuk mengusap dadanya yang basah.
Sementara itu, Lian masih diam mematung. Menggertakkan giginya menahan perih. Bagaimana tidak karena Gia membuat kopi menggunakan air mendidih.
“Maaf, ini pasti sakit.”
Lian terdiam, matanya menatap ekspresi khawatir di wajah Gia saat mengusap bahkan meniup dadanya. “Stop!” Lian terkejut sampai mencengkeram tangan Gia. “Apa yang ingin kau lakukan?”
“Aku tidak bermaksud ... eum, aku hanya ingin melihat lukanya. Kulitmu pasti terbakar manajer, karena aku membuat kopi menggunakan air yang baru saja mendidih.” Gia nyaris menarik dasi dan membuka kancing kemejanya tapi Lian menolak.
“Apa aku menyuruhmu untuk membukanya?”
“E, maaf.” Gia meringis merasakan cengkeraman tangan Lian semakin kuat.
Menyadari bahwa dia telah melukai tangan Gia, Lian pun menepis tangannya. “Aku bisa mengurus diriku sendiri, kau bersihkan saja kekacauan ini. Waktumu tersisa 5 menit, aku menunggu di mobil.” Lian kemudian melangkah pergi.
~♤~
“Lian tak peduli lagi dengan luka bakar di dadanya, saat ini dia sedang melamun di dalam mobil. Menunggu Gia yang tak kunjung datang.
Lian melamun memikirkan tangan Gia. Sebelum dia pergi meninggalkan pantri, Lian sebenarnya melihat bekas merah di pergelangan tangan Gia karena cengkeramannya.
Tok, tok, tok!
Lamunan Lian ter buyarkan oleh suara ketukan pintu.
“Maaf Manajer, membuatmu menunggu.” Gia tergesa-gesa masuk ke dalam sampai lupa meletakkan dokumen di kursi belakang dan memilih untuk memangku semua dokumen tersebut di atas paha.
Bukannya segera mengemudikan mobilnya, Lian justru diam melirik kesal.
“Eum, manajer ... kita bisa berangkat sekarang,” ucap Gia ragu.
“Kau ingin membuat dokumen berantakan nantinya?”
Gia tak paham dengan ucapan Lian. Yang pasti saat ini Gia sangat terkejut ketika manajernya itu tiba-tiba mendekat seperti hendak menciumnya. Tetapi ternyata Lian hanya mengambil tumpukan dokumen dari pahanya lalu memindahkan semua dokumen ke kursi belakang.
“Kenapa ekspresimu seperti itu?” Kening Lian berkerut.
“Ti–tidak apa-apa manajer.” Pipi Gia merona.
Pfftt! “Kau pikir aku akan menciummu?” Hahaha .... “Mimpi, hal itu tidak akan pernah terjadi.” Hahaha.
“Tidak, lagi pula siapa yang berpikir seperti itu.” Gia tidak menyangka akan melihat Lian tertawa. Sejak mereka bertemu siang tadi, Gia hanya bisa melihat raut wajah serius serta suaranya yang galak. Dan kini saat melihat tawa Lian, Gia merasa sedikit tenang. “Syukurlah, aku pikir dia lupa bagaimana caranya tertawa.”
Ghm! Lian berdehem menetralkan suasana.
“Oh ya, manajer. Bagaimana dengan pakaianmu?”
“Memangnya mau bagaimana lagi? Karena kau sudah mengotorinya jadi kau harus bertanggung jawab!”
“He?” Gia kebingungan.
Lian telah menyalakan mesin mobilnya. “Kita harus ke butik dulu ... dan kau yang harus memilih kemeja untukku!”
Akhirnya mereka sampai di sebuah butik.
Gia masih diam memikirkan butik yang dipilih oleh Lian sangatlah istimewa. “Mampus, aku saja belum pernah masuk ke tempat seperti ini. Sekarang dia kemari dan memintaku untuk mengganti kemeja yang kotor? Yang benar saja. Jika dilihat dari sikapnya padaku, manajer pasti akan memilih kemeja mahal. Bagaimana kalau tabunganku habis hanya untuk satu kemejanya saja? Ah ya ampun.” Gia terus bergumam, tak lupa menggaruk rambutnya frustasi.
“Kenapa kau diam saja?” Oh Lian telah melepas sabuk pengamannya tapi terdiam setelah menyadari Gia terus melamun. Melihat dari ekspresi wajahnya saja, Lian tahu jika Gia sedang memikirkan sesuatu. Ujung bibirnya terangkat, Oh Lian tersenyum miring. “Butik ini terkenal mahal karena kualitasnya. Jadi siapkan dompetmu dengan tebal sebelum masuk. Ayo cepat turun kau harus memilihkan kemeja untukku.”
Belum juga masuk, wajah Gia sudah lesu. Berpikir keriput di wajahnya akan bertambah banyak jika terus menghadapi Oh Lian.
Gia hanya diam, mengikuti langkah Lian ke mana pun lelaki itu melangkah.
Lian telah mengambil beberapa kemeja di tangan, lalu memamerkannya kepada Gia. “Bagaimana menurutmu? Lebih cocok yang mana?” Kedua alisnya terangkat sembari menempelkan kemeja yang dia pilih sebelumnya ke dada secara bergantian.
“Apanya yang berbeda manajer? Perasaan warnanya sama-sama putih.”
Ck! Lian berdecak kesal. “Jelas ini akan terlihat berbeda setelah aku memakainya, ayo!” Lian menarik tangan Gia, membawanya ikut bersama menuju ruang ganti.
“Tunggu, manajer?” Gia menahan langkahnya sebelum masuk ke ruangan.
“Apa lagi?”
“Ke–kenapa kau memintaku ikut masuk ke ruang ganti?” ucap Gia penuh waspada.
“Memangnya kenapa, kau bisa melihat perbedaannya nanti. Ayo!” Oh Lian masih menggenggam pergelangan tangannya tanpa dia sadari, Lian menggenggam tepat di tangan yang sebelumnya sempat memerah akibat cengkeramannya.
“Ta–tapi ....” Tak ada kesempatan bagi Gia untuk menolak. Dia akhirnya masuk ke ruang ganti.
Saat berada di ruangan yang lumayan sempit, hanya berukuran satu kali satu setengah meter itu Gia memilih diam. Perhatiannya tertuju ke punggung Lian yang baru saja melepas jasnya.
“Pegang!” perintah Lian kepada Gia.
Tanpa penolakan, Gia menerima jas Lian begitu saja. Dibalik jasnya yang membuat Lian terlihat gagah, kini Gia bisa melihat jelas bahunya yang lebar.
Sungguh sangat lebar, begitu terlihat nyaman ketika Gia membayangkan saat memeluk dan bersandar di sana. “Ah, sial! Lelaki ini benar-benar idaman wanita. Tinggi, tubuhnya sangat nyaman dipeluk dan tentunya sangat wangi. Ah, aku bisa gila jika terus menatapnya bahunya dari belakang.” Gia terus meracau dalam pikirannya.
Perbedaan tinggi mereka sangatlah kentara. Jika di lihat dari depan, Gia yang berdiri di belakang Lian saat ini pasti tidak akan terlihat karena tubuhnya yang mungil.
Deg!
Jantung Gia serasa mau meledak ketika melihat Lian telah melepas kemejanya.
Permukaan kulitnya mulus tanpa cela, terlalu putih untuk ukuran seorang lelaki. Akan tetapi jangan salah, otot yang menyembul di balik kulitnya terlihat jelas.
Gia bisa melihat sayap di punggung Oh Lian yang begitu besar dan keras. “Kenapa ruangan ini tiba-tiba jadi terasa panas?” batin Gia, mengalihkan perhatiannya dari pemandangan surgawi di depan mata.
Lian yang sejak tadi berdiri tenang, hanya menoleh sedikit ke samping. Seolah mengetahui apa yang ada di pikiran Gia.
Ada dua kemeja yang dipilih Lian, kini dia sedang mencoba satu kemeja. Lian sengaja berputar bahkan sebelum mengenakan kemejanya.
Tentu saja hal itu membuat Gia terkejut karena dengan jelas Gia bisa melihat coco chips milik Lian yang terekspose di depan mata.
Gia merona, pipinya sampai memerah, di samping itu ada hal lain yang jauh lebih menarik. Pemandangan yang tak kalah indah di banding dua coco chip itu. Perut Oh Lian benar-benar membuat kaum hawa lemas.
Jika tidak bisa mengendalikan diri, mungkin Gia sudah meneteskan air liurnya saat ini.
Namun bekas merah karena terkena air panas lebih menarik perhatiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Tara
wadidaw.. beruntung buanget bisa lihat pemandangan body bozz yg hotttt n s3xy.. 🤭😅🥰🤗🙏
2023-07-26
1
Big Løve ⚡
aku justru ngerasa kalau ada sesuatu sama manajernya ya
2023-07-21
1
Eri
kalo ditempat kerja dapet mnjer kya gini juga gedek kali
2023-07-21
0