Jika tidak bisa mengendalikan diri, mungkin Gia sudah meneteskan air liurnya saat ini.
Dadanya yang sangat bidang, serta bentuk perutnya sixpack dan terlihat keras menarik perhatian Gia.
Anehnya, Oh Lian justru memberikan kemeja barunya kepada Gia.
“Manajer ... kenapa kau memberikan kemejanya padaku?” Gia kebingungan. “Eh!” Gia semakin terkejut saat Lian mendekat, memaksa dirinya mundur hingga tak lagi bisa bergerak karena pintu di belakangnya. Gia memalingkan wajahnya karena dada Lian berada dekat dan tepat di depan mata.
Lian membungkuk di atas Gia. “Kenapa denganmu? Aku hanya ingin memintamu membuka kancing kemejanya.” Lian tersenyum tipis, seolah sangat menikmati apa yang dia lakukan kepada Gia. Melihat Gia gugup membuatnya merasa senang.
“Lalu, kau tidak perlu sedekat ini manajer. Menjauhlah ... kau membuat ruangan ini terasa semakin sempit.”
Pffft! Lagi-lagi Oh Lian terkekeh dibuatnya.
Setelah selesai membuka kancingnya, Gia yang jelas-jelas gugup karena Lian terus memperhatikannya pun memberikan kemeja tersebut. “Silakan manajer.”
Bukannya mengambil kemeja itu, Oh Lian justru membuka kedua tangannya. “Bantu aku memakainya.”
Gia melongo, tidak menyangka Oh Lian akan berucap demikian. “Lihatlah sikapnya, apa-apaan ini kenapa aku merasa dia sangat manja?” Ekspresi kesal bercampur bingung terlihat jelas di wajahnya. “Kenapa berbeda sekali dengan saat di ruang meeting? Orang ini sebenarnya memiliki berapa sifat yang belum dia perlihatkan?” lanjutnya dalam hati. “Maaf manajer, tapi kau lihat sendiri kalau aku juga harus memegang jasmu.”
Tanpa banyak berbicara, Lian mengambil jasnya yang diberikan kepada Gia sebelumnya lalu menggunakan jas itu untuk menutupi kepala Gia.
“Manajer apa yang kau lakukan?”
“Dengan begini kau tidak perlu bingung lagi, kan?”
Gia terlihat seperti anak kecil yang tengah berlindung dibalik jas dari hujan. “Apa-apaan dia ini. Hah ... hari ini benar-benar hari sialku!” gumamnya dalam hati. Mau tak mau akhirnya Gia membantu Lian mengenakan kemeja.
Oh Lian yang tak mau menghadap belakang, membuat Gia harus bersusah payah saat menarik kemejanya agar lengan satunya lagi bisa masuk. Akhirnya Gia dipaksa mendekat hingga posisinya terlihat ingin memeluk Lian dari depan.
Deg!
Gia sempat panik saat takut kalau Lian akan mendengar detak jantungnya yang tak mau tenang sejak tadi. Tapi nyatanya Gia justru dikejutkan setelah tanpa sengaja telinganya menempel ke dada Lian dan mendengar detak jantungnya. “Eh, aku tidak salah dengan kan?”
Lian sepertinya tak sadar kalau degup jantungnya bisa terdengar di ruangan yang sempit itu karena fokusnya tertuju ke wajah Gia yang merona.
Sejak tadi perhatian Lian hanya tertuju pada wajah Gia. Melihat wajah kecil yang tertutup jasnya membuat Gia semakin imut.
Lian menggertakkan giginya, menahan diri agar tak lepas kendali. “Aku bisa memakai sendiri.”
“Kenapa tidak dari tadi?” batin Gia.
Cetak!
Oh Lian menghadiahi sentilan di keningnya.
“Ah, manajer! Kenapa kau memukul keningku. Bukankah seharusnya kau berterima kasih?” Gia protes, tangannya sibuk mengusap kening.
“Jika memiliki sesuatu lebih baik kau keluarkan, jangan kau pendam dalam pikiranmu. Aku sampai bisa melihat kerutan di keningmu! Kau ingin wajahmu cepat kusut di saat usiamu masih muda?”
“Kenapa jadi membahas wajah dan usiaku?” Lagi-lagi Gia menggerutu dalam hati.
“Kan? Aku baru saja selesai bicara tapi kau sudah mengulanginya.” Tangan Lian sibuk mengancing kemejanya. “Aku lebih suka mendengarmu mengumpat di depanku dari pada diam, tapi semuanya terlihat di raut wajahmu yang kusut. Oh Lian telah selesai mengancingkan semua kemejanya. Kini dia memilih fokus dengan Gia, langkahnya mendekat membuat Gia lagi-lagi tersudut karena tak bisa bergerak.
Dug!
Tanpa sengaja Gia menabrak sisi pintu di belakangnya, Lian terlalu dekat bahkan mengurung dirinya di dalam kungkungan punggungnya yang kekar.
Lian mendekatkan kepalanya, melewati bibi Gia begitu saja. Menyingkirkan jas yang masih menutupi kepala Gia agar bisa berbisik di telinga. “Ingat, aku tidak suka melihat ekspresi saat kau menahannya.” Bisikan Lian membuat Gia meringkuk menahan geli. Bukannya menjauh, Kesempatan itu Lian gunakan untuk semakin menggoda Gia. Bibirnya semakin mendekat, bahkan menempel ketika Lian berucap di telinga. “Aku harap, ke depannya kau mengeluarkan semuanya di depanku. Teriaklah sepuasmu ... aku menantikan hari itu.”
Perlahan Lian menjauh menegakkan punggungnya, tapi dia terpaku saat melihat Gia tengah memejamkan mata menahan geli akibat ulahnya.
Deg!
Lagi-lagi, Lian menggertakkan gigi menahan diri. “Apa yang sedang kau lakukan? Keluarlah ... aku sudah selesai.”
Secepat kilat Gia membuka mata, kemudian keluar dari ruang ganti karena malu. Akhirnya Gia bisa bernapas lega. Wajahnya sangat merah seperti udang rebus.
Apa yang baru saja diucapkan oleh Lian saat berbisik di telinga terdengar begitu tabu di telinga meski Gia sangat paham betul bahwa ucapan Lian mengacu pada umpatan yang sering tertahan di pikirannya. “Aaarrrh! Sebenarnya siapa yang mesum!” Gia menggerutu saat berjalan menuju kasir.
Tangannya menarik paksa jas milik Lian yang masih menutupi kepala, tak peduli rambutnya menjadi berantakan.
“Permisi, tolong tagihan untuk kemeja yang dipilih tadi.” Gia bermaksud membayar kemeja yang beli Lian, seperti perjanjian di awal bahwa dia diminta tanggung jawab karena telah mengotori kemeja Lian sebelumnya.
“Baik Nona, mohon tunggu sebentar.” Pegawai kasir kemudian membuat struk untuk satu kemeja milik Lian. “Total semuanya 3. 489.999,00 Nona.”
Gia nyaris mati berdiri mendengar tagihan sebesar itu hanya untuk satu kemeja saja. “Be–berapa?”
“Iya, saya ulangi Nona. Semua total untuk satu kemeja putih polos merek Luis Vuitton tiga juga empat ratus delapan puluh sembilang ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah.”
Otaknya langsung ngebul, seakan keluar asap setelah mendengar harga yang begitu fantastis hanya untuk satu kemeja putih polos.
Gia merasa sangat rugi dan itu termasuk pemborosan uang. Dengan uang sebanyak itu dia bisa memberikan sebagian uang untuk ibunya dan sisanya bisa dia gunakan untuk membayar kontrakan. “Kenapa aku merasa sakit hati harus membayar sebanyak itu, sementara aku menabung beberapa bulan untuk dari sisa gajiku saja harus menunggu berbulan-bulan untuk bisa terkumpul. Ah ya ampun! Apa tahun ini aku akan benar-benar sial?”
Dengan berat hati Gia memberikan kartu atm kepada pegawai kasir untuk membayar tagihan.
Tak lama kemudian Lian keluar dari ruang ganti, kemejanya sangat cocok untuk tubuhnya yang kekar. Tidak kebesaran dan justru terlihat pas sampai terlihat setiap lekukan di dada serta otot di perutnya.
“Maaf Tuan, kekasih Anda tadi sudah membayar tagihannya,” ucap pegawai kasir ketika Lian ingin membayar kemejanya.
“Kekasih?” gumam Lian.
“Iya, dia menunggu Anda di luar.”
Lian menoleh, melihat Gian tengah berdiri di depan butik dengan setia memeluk jasnya. Pfffft! Tawanya lirih, tidak menyangka Gia akan benar-benar membayar kemejanya.
~♤~
Vrooooomm .... Ciiiiiiiiittt!
Gia bertanya-tanya saat Lian menghentikan mobil di tepi jalan. “Manajer? Kenapa kau menghentikan mobilnya?” Perhatian Gia menyapu sekitar.
Setelah melepas sabuk pengaman, Lian kemudian berucap. “Lepaskan pakaianmu!”
Ha!!! Gia menoleh cepat, kedua tangannya menyilang di depan dada. Seolah memberi perisai pada tubuhnya saat mendengar perintah yang tak masuk akal dari manajernya.
“Apa kau tidak mendengarku?” Punggung Lian bergerak maju, mendekati Gia. “Lepas pakaianmu!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Vivian
ampun satu baju 3jt lebih nangis kalo aku😭
2023-07-26
0
Anak sekolah
ngakak banget woi🤣
2023-07-24
0
Yulie⚘
main buka buka aja😆
2023-07-23
0