Membalas Mereka Yang Menyakitiku
Sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti tepat di depan pintu masuk gedung yang memiliki 10 lantai.
Seorang pria membuka pintu mobil dan menundukkan kepalanya begitu juga dengan wanita di sebelahnya.
Wanita cantik memakai kacamata hitam dan rambut di kuncir turun dari mobil dengan wajah angkuh.
Berjalan menginjak karpet merah dirinya memasuki gedung dan seluruh karyawan menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.
Si cantik itu bernama Amy Janson, wanita berusia 28 tahun memiliki 2 asisten pribadi. Mereka adalah Tody dan Miley.
Keduanya mengikuti langkah atasannya, menuju ruang kerjanya.
Tak ingin melakukan kesalahan. Dengan cepat, keduanya mampu membaca pikiran atasannya itu sebelum diminta.
Amy duduk di kursi singgasananya dan membuka kacamatanya.
"Panggilkan dia!" perintah Amy kepada kedua asistennya.
"Baik, Nona." Jawab Tody kemudian pergi memanggilkan seseorang yang dimaksud.
Tak lama kemudian, Tody datang bersama seorang pria berusia 33 tahun.
"Tinggalkan kami berdua!" perintahnya kepada Tody dan Miley.
Keduanya mengangguk kemudian pergi.
Amy bangkit dari kursinya dan mendekati karyawannya lalu jemari lentiknya mengelus pipinya membuatnya semakin gugup.
"Siapa namamu?" tanya Amy menatap wajah pria itu dengan menyeringai.
"Kenapa aku tidak asing dengan wajahnya?" batinnya.
"Aku tanya, siapa namamu?" tanya Amy sedikit meninggikan nada suaranya.
"Emil, Nona."
"Apa kamu sudah menikah?"
"Belum, Nona."
"Ciih," Amy tersenyum sinis lalu menurunkan tangannya.
"Apa sudah pernah menikah?" tanya Amy lagi.
"Saya belum pernah menikah sama sekali, Nona."
"Aku tidak suka dibohongi."
"Saya memang belum menikah, Nona."
"Baiklah, aku akan percaya dengan kata-kata kamu hari ini. Jika tidak, tahu akibatnya 'kan?"
"Tidak, Nona."
"Baiklah, aku akan memberitahu hukuman diterima karyawan yang berani berbohong atau menjadi pengkhianat," ujar Amy dengan nada bicara dingin.
Emil menunggu penjelasan atasan barunya itu.
"Pemecatan secara tidak hormat dan kamu juga harus menyerahkan uang sebesar tiga ratus juta ke perusahaan bahkan lebih tergantung kesalahannya."
Emil menelan salivanya.
"Apa kamu paham penjelasan aku?"
Emil mengangguk.
"Keluarlah!" perintahnya.
Emil menundukkan kepalanya lalu pergi.
Amy menjatuhkan tubuhnya di kursi dan memegang dadanya, air matanya hampir saja jatuh. Rasanya sakit sekali mendengar pernyataan Emil jika belum menikah.
Amy mengepalkan tangannya, "Aku akan membalas kalian yang telah menghancurkan hidupku!"
Pintu ruangan terbuka, Tody dan Miley muncul.
Amy dengan cepat memperbaiki posisi duduknya dan memakai kacamatanya.
"Apa Nona sudah memberikan dia hukuman?" tanya Miley.
"Waktunya belum tepat."
"Beritahu kami jika ingin memberikan dia pelajaran," ucap Miley.
Amy mengangguk tanda mengiyakan.
Tody dan Miley pun keluar ruangan.
Amy berdiri dan menghadap ke jendela kaca memperlihatkan bangunan-bangunan pencakar langit dari lantai 7.
Kejadian beberapa waktu lalu muncul dipikirannya.
"Lepaskan aku, Mas!" pekik seorang wanita berusia 20 tahun berkulit sawo matang, namun dekil memegang rambutnya.
"Kamu tuh sudah membuat aku malu!" bentak pria yang merupakan suaminya.
"Aku minta maaf, Mas!" tangisnya.
"Minta maaf, buat apa? Hah! Semua sudah terjadi, mereka pulang karena kamu berkata jujur!" pria itu membentaknya lagi.
"Aku 'kan memang istrimu, Mas!"
"Kamu hanya istri di atas kertas, wajahmu sangat buruk, badanmu bau dan kulitmu tak terawat!" pria itu melepaskan cengkeramannya secara kasar.
"Aku begini karena melayani keluargamu, Mas!"
Tamparan di pipinya membuat wanita malang itu memegangnya dan menahan perih.
"Harusnya kamu bersyukur, aku mau menikahimu dan memberikan tempat yang layak di sini!"
"Aku bersyukur menikah dengan Mas, tapi tolong jangan siksa aku begini. Apapun aku akan lakukan!" air mata tak henti menetes.
"Harusnya kamu tidak perlu memberitahunya kalau kita sudah menikah, biar mereka dapat menjodohkan anaknya denganku!"
"Aku tidak mau dimadu, Mas!"
Pria itu tertawa sinis.
"Ku mohon, jangan mendua!"
"Aku jijik menyentuhmu, makanya ku ingin menikah lagi," ucapnya.
"Aku janji akan mandi yang bersih dan berdandan agar kamu menyentuhku, Mas."
"Percuma kamu mandi, bau badanmu takkan pernah hilang meskipun sabun habis selusin!"
Ingatan tentang penghinaan itu membuat Amy menjerit sekencangnya, "Argh.........."
"Aku akan membuat kalian menderita!" desis Amy mengepalkan tangannya.
Pintu ruangan terbuka, Amy menghapus air matanya dan membalikkan badannya.
Seorang pria tampan masuk dan melemparkan senyuman.
Amy membalas senyuman itu.
"Kamu habis menangis?" tanyanya.
Amy mendekat dan memeluk pria tersebut.
"Kamu pikir aku tidak tahu," ucapnya.
"Sayang, aku tidak menangis." Amy mendongakkan wajahnya menatap suaminya.
Mendorong pelan tubuh istrinya dan menangkup wajahnya, "Aku tahu kamu sudah berbohong."
Amy tersenyum.
"Apa karena dia?"
Amy terdiam.
"Aku sudah pernah melarangmu untuk melakukan ini, tapi kamu memaksa."
"Aku tidak akan puas jika belum membalasnya, sayang."
"Resikonya ini sangat besar."
"Kamu tenang saja, aku janji tidak akan pernah terjebak dengan rayuannya karena dihatiku saat ini hanya ada Ardan Janson." Kata Amy mengecup bibir suaminya.
Ardan tersenyum.
"Bertahun-tahun aku menunggu waktu ini tiba," ujar Amy.
"Jika kamu mengizinkan, mungkin dari beberapa tahun lalu aku akan membalasnya."
"Tidak, sayang. Jangan kotori tanganmu untuk melukai mereka, biarkan aku yang akan melakukannya. Cukup dukunganmu saja kepadaku," ujar Amy.
"Baiklah, sayang. Aku hanya akan memantau kamu saja," kata Ardan.
"Terima kasih, sayang." Amy memeluk kembali suaminya.
"Aku lapar, ayo kita makan diluar!" ajak Ardan.
"Tunggu sebentar, sayang!" Amy meraih tas di atas meja. Keduanya pun keluar ruangan.
Ardan menggenggam erat tangan istrinya, berpapasan dengan Emil yang menundukkan kepalanya.
Emil melihat pasangan suami istri itu dari kejauhan.
"Istri Tuan Muda sangat cantik, ya."
"Sepertinya sangat kejam."
"Jangan bilang begitu, bisa saja wajahnya kejam tapi hatinya baik!"
"Hari ini kita akan dipimpin olehnya."
"Semoga saja dia baik dan tidak kejam."
Begitulah ocehan para karyawan yang menyaksikan Amy bersama suaminya.
"Sepertinya dia mirip dengan mantan istriku," gumam Emil
Seluruh mata tertuju pada Emil.
"Jangan mimpi deh!"
"Mana mungkin wanita secantik Nona Amy seperti mantan istrimu!"
"Aku tidak berbohong, Nona Amy persis seperti dia," kata Emil.
"Lebih baik kamu bangun dan cuci wajah!" saran rekan kerjanya Emil.
"Aku serius," ucapnya lagi.
"Bukankah kamu sendiri yang mengatakan belum pernah menikah?" singgung rekan kerjanya.
Emil terdiam.
Tiga tahun lalu, Emil pernah bilang kepada teman-temannya jika belum menikah. Karena ada satu karyawan wanita cantik yang menjadi targetnya namun hingga sekarang belum menerimanya.
"Kenapa berdiri saja? Lanjutkan pekerjaan kalian!" tegur Tody.
"Iya, Tuan."
Seluruhnya pun membubarkan diri.
"Emil!" panggil Tody.
Emil membalikkan badannya.
"Setelah Nona Amy selesai makan siang dengan suaminya, kamu di suruh ke ruangannya!" perintah Tody.
"Baik, Tuan."
"Sekalian bawa laporan kamu!" lanjut Tody.
Emil mengangguk mengiyakan.
Sejam berlalu, Emil kini sudah berada di ruangan kerjanya Amy dengan posisi berdiri.
Amy memeriksa laporan kerja, lalu merobeknya di depan Emil membuatnya mendelikkan matanya.
Amy menghamburkan kertas yang telah dirobeknya menjadi 4 bagian di depan wajah Emil.
"Kamu bisa kerja tidak!" bentak Aileen.
Galih mengepalkan tangannya atas penghinaan Amy, selama bekerja di perusahaan ini kinerjanya sangat diperhitungkan.
"Ulangi lagi!" perintah Amy dengan mimik wajah marah.
Amy tersenyum puas melihat wajah Emil yang memerah menahan amarah keluar dari ruangannya.
"Ini baru pembukaan Tuan Emil Sudrajat, sebentar lagi kamu akan merasakan yang lebih sakit," batin Amy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Intan IbunyaAzam
keknyaak gabung thorr
2023-09-22
0
•❥𝓟𝓣𝓧°ʰᵗᶻ°
Aku hadir mami 😂
2023-07-24
0
•❥𝓟𝓣𝓧°ʰᵗᶻ°
Stress banget, woy dah kawin woy... mau nikah lagi gilakk 😒😒
2023-07-24
0