Amy memasuki sebuah kafe dengan menjinjing tas mewah miliknya, meletakkan di atas meja dan memanggil seorang pelayan.
Tanpa membuka kacamatanya, Amy memesan es coklat untuk menemani sore harinya dan aksinya.
Tak lama kemudian, segelas es coklat tersaji dihadapannya. Amy lantas menyeruputnya sembari melirik wanita yang sedang mengelap meja di sampingnya.
Amy memanggil pelayan tersebut.
Wanita itu mendekat.
Dengan cepat Amy menyiramkan minumannya ke arahnya.
Sontak, pelayan wanita itu terkejut dan membentak Amy. "Apa yang Nona lakukan?"
Amy berkata dengan santai, "Upss, sorry!"
Seluruh mata karyawan kafe dan pengunjung menoleh ke arah keduanya.
"Kenapa anda menyiram saya?" tanya pelayan wanita yang bernama Dista dengan nada tinggi.
"Aku tidak tahu jika ada orang, kupikir kamu seekor kecoa," jawab Amy dengan sengaja.
Dista mengeraskan rahangnya dan ingin melayangkan tamparan kepada Amy.
Dengan cepat tangan Miley menahannya dan menyentaknya secara kasar.
Miley juga berkata, "Jangan berani menyentuh dia, jika tidak ingin anda dipecat!"
"Dia yang bersalah!" Dista membela diri.
"Dista, cepat minta maaf!" perintah manajer kafe yang datang mendekat.
"Kenapa saya yang harus minta maaf?" Dista tak terima.
"Dia tak bersalah dan juga telah meminta maaf. Jadi, kamu harus melakukan yang sama!" titah pria berusia 40 tahun itu.
"Aku tidak mau!" Dista menolaknya
"Kalau begitu, kamu saya pecat!" kata sang manajer dengan tegas.
Dista begitu heran, dirinya yang menjadi korban malah di pecat.
Amy tersenyum senang menatap ke arah Dista.
"Apa yang dilakukan manajer anda, saya rasa sangat tepat karena kamu telah memperlakukan tamu sesuka hati," kata Miley.
"Kenapa aku yang di pecat?" tanya Dista.
"Makanya cepat minta maaf!" jawab manajer.
"Aku tidak mau!" tolak Dista lagi.
"Baiklah, kalau begitu. Silahkan pergi, dari kafe ini!" usir manajer.
Dista melempar kasar lap di atas meja lalu pergi dengan perasaan jengkel dan kesal.
Amy tersenyum puas memperhatikan punggung Dista yang keluar dari kafe.
Amy lalu memerintahkan kepada Miley untuk memberikan sejumlah uang kepada manajer kafe.
Amy juga berkata kepada sang manajer, "Jangan lupa berbagi dengan karyawan yang lainnya!"
"Baik, Nona!" Manajer kafe sedikit menundukkan kepalanya.
Amy dan Miley kemudian pergi. Sementara beberapa karyawan mendekati manajer yang tersenyum senang karena mendapatkan uang banyak setara gajinya 2 minggu.
Miley memang sedari tadi mengikuti Amy, ia duduk tepat di belakangnya.
Amy sepanjang perjalanan menuju ke rumah sang suami tak hentinya tersenyum.
"Apa Nona sudah puas?" tanya Miley yang duduk di samping.
"Ini baru permulaan, Mil. Mereka belum merasakan sakit sesungguhnya," jawab Amy.
Miley manggut-manggut.
Begitu sampai di rumahnya, Amy disambut oleh ibu mertuanya yang begitu menyayanginya meskipun pertama kali bertemu sempat tak menyukainya.
Amy ingat ketika dirinya baru sebulan berada di apartemen miliknya Ardan. Anita, datang dan sangat terkejut melihat dirinya.
"Siapa kamu?" tanya Anita.
"Saya Alya, Tante. Temannya Tuan Ardan."
"Hah! Apa!"
Amy mengangguk pelan.
"Sejak kapan putraku punya teman kucel dan tidak menarik seperti ini ?" Anita masih tak percaya.
"Mama.." sapa Ardan yang keluar dari kamarnya.
"Dia siapa, Dan?" tanya Anita.
"Dia Alya temanku sekaligus orang yang bantuin aku membersihkan apartemen," jawab Ardan.
"Usir dia dari sini, Dan!" titah Anita.
Seketika raut wajah Alya ketakutan, dirinya tak mau diusir dari apartemen karena akan membuatnya mudah ditemukan oleh keluarga suaminya.
"Tidak, Ma. Aku takkan mengusirnya apalagi dia di sini bekerja tak digaji," ucap Ardan.
"Jangan mudah percaya dengan orang lain, bisa saja dia memiliki niat jahat pada kita. Sekarang kamu tahu 'kan modus orang-orang," kata Anita.
"Dia tidak seperti itu, buktinya selama sebulan di sini baik-baik saja," ujar Ardan.
"Tapi, kita tak tahu asal-usulnya. Kalian tinggal berdua, bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?" tanya Anita.
"Ma.. aku hanya beberapa kali ke sini. Lagian juga aku akan melanjutkan sekolah ke luar negeri. Jadi, sesuatu yang buruk dipikiran Mama takkan terjadi," ujar Ardan.
Mendengar penuturan Ardan, Amy mendongakkan kepalanya. Itu artinya mereka takkan pernah bertemu lagi. Bisa saja 'kan kalau pemuda itu pergi, dirinya akan benar-benar di usir.
"Ma, nanti aku akan menjelaskan tentang Alya," kata Ardan.
Anita menghela napas.
"Maaf sebelumnya tidak memberitahu Mama jika aku memasukkan orang lain ke sini," ujar Ardan.
"Pantas saja kamu jarang tidur di rumah dan suka membungkus makanan dari rumah ternyata untuk memberikan dia makan," Anita melirik Amy.
"Aku tidak memiliki penghasilan makanya membawa beberapa bahan dapur juga dari rumah," ujar Ardan menyengir.
Anita lalu menyuruh Amy membuatkan minuman untuk dirinya dan putranya.
Anita mengajak Ardan ke balkon apartemen. Menagih penjelasan siapa Amy sebenarnya.
Ardan mulai menjelaskan pertama kali bertemu dengan Amy dan tentang keluarga suami gadis tersebut yang selalu menyiksanya.
"Jadi, dia istri orang?" Anita lagi-lagi terkejut.
"Iya, Ma. Aku tidak tega membiarkan dirinya kembali, lagian Alya juga menginginkan berpisah dengan suaminya itu."
"Kejam sekali mereka,Mama akan bantu dia mengurus surat perceraian tanpa kendala," janji Anita.
"Terima kasih, Ma." Ardan begitu senang.
"Tapi, ingat kalian jangan macam-macam!" Anita mengingatkan.
"Iya, Ma."
"Kamu tetap harus melanjutkan sekolah, biarkan Alya menjadi urusan Mama," kata Anita.
Ardan manggut-manggut.
*
Amy memeluk ibu mertuanya dan bertanya, "Apa kabar, Ma?"
"Mama baik, sayang." Anita tersenyum.
"Baru seminggu tidak bertemu serasa sebulan, ya." Sindir Ardan.
"Kamu ini tidak pernah tahu jika menyangkut urusan wanita," singgung Anita.
Ardan merangkul pinggang istrinya dan berkata, "Semua tentang istriku aku tahu, Ma."
"Iya, Mama mengaku kalah." Kata Anita. Lalu pandangannya kembali ke arah menantunya, "Bagaimana bekerja di perusahaan, sayang?" tanyanya.
"Sangat menyenangkan, Ma."
"Kamu harus hati-hati jika bertindak, sayang." Nasehat Anita.
"Oh, tentunya, Ma. Terima kasih sudah memberikan kesempatan buatku untuk membalasnya," ujar Amy.
Anita mengangguk mengiyakan.
Sementara itu, dikediaman keluarganya Emil. Seorang wanita berusia 27 tahun, melempar tasnya secara kasar dan mengumpat, "Sial!"
"Kamu ini kenapa, 'sih? Tiba-tiba pulang malah marah-marah," omel Sari.
"Aku lagi kesal, Ma!"
"Kesal kenapa?"
"Aku dipecat, Ma!"
"Apa!" Sari terkejut.
"Kenapa dipecat? Kamu belum sebulan bekerja, lalu bagaimana dengan gajimu?" cecar Sari.
"Manajer tidak memberikan aku gaji, Ma." Dista mulai menangis.
"Tidak bisa gitu, dong. Hampir tiga minggu kamu bekerja di sana, harusnya dapat gaji," ujar Sari.
"Tapi, mereka tidak memberikan uang sepeser pun kepadaku," Dista mengencangkan tangisannya.
Sari memeluk putrinya agar tenang.
Emil yang baru pulang kerja memasang wajah lelah, dasinya tak beraturan lagi. Menjatuhkan tubuhnya di kursi, mendongakkan kepalanya ke atap rumah.
"Masalah kantor lagi?" tanya Sari.
Emil memperbaiki posisi duduknya lalu menatap ibunya kemudian mengangguk.
"Bos barumu itu?" tanya Sari.
"Iya, dia memotong gajiku bulan ini, Ma."
Sari lagi-lagi dibuat tak percaya.
"Gaji Kak Emil dipotong, aku malah dipecat," kata Dista.
Emil tampak terkejut.
"Hari ini memang sial, Kak!" umpat Dista.
"Kamu dipecat karena apa?" tanya Emil.
"Dia dipecat karena membentak seorang tamu, padahal adikmu hanya membela diri," jawab Sari.
"Kenapa kamu membentak tamu?" tanya Emil.
"Aku lagi mengelap meja, tiba-tiba wanita gila itu menyiram aku dengan minuman miliknya. Jelas aku marahlah, dia hanya tersenyum nyengir," ungkap Dista.
"Kenapa hari ini kita bisa bersamaan bertemu dengan wanita gila dan kejam?" tanya Emil yang kesal.
"Jika bertemu dengannya, aku akan memberikan pelajaran padanya," ucap Dista.
"Aku juga akan membalas perlakuan Amy Janson yang semena-mena!" geram Emil.
"Bagaimana cara Kakak membalasnya?" tanya Dista.
Emil tersenyum jahat. "Kita lihat saja nanti!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
•❥𝓟𝓣𝓧°ʰᵗᶻ°
Nyari mati si emil ini mah 🙄🙄
2023-07-30
1
•❥𝓟𝓣𝓧°ʰᵗᶻ°
woah siapa ini biang keladi, Dista 🤣🤣
2023-07-30
0