Amy melempar kertas yang sudah sobek ke dalam tong sampah, dirinya begitu kesal. Karena di bawah kepemimpinan Amy, pekerjaannya menjadi tambah banyak.
Emil menjambak rambutnya, "Argh....sial!" makinya.
"Kenapa marah-marah?" tanya rekan kerja Emil yang satu ruangan dengannya.
"Disuruh ulang buat laporannya," jawabnya.
Sontak, temannya Emil itu tertawa.
Emil menyipitkan matanya.
"Baru hari ini aku melihatmu begitu frustasi," ucap temannya.
"Bagaimana aku tidak stress? Dia belum membacanya sampai selesai tapi sudah merobeknya," ungkap Emil.
"Mungkin dia memiliki dendam padamu," celetuknya.
"Baru hari ini kami bertemu, bagaimana mungkin dia memiliki dendam padaku," ujar Emil.
"Siapa tahu kalian bertemu dalam mimpi," ucapnya asal sembari tertawa.
"Puas... sekarang meledekku!" Wajah Emil makin kesal.
Rekan kerja Emil bernama Dion semakin tertawa lebar.
"Jangan mengajakku berbicara, kerjakan pekerjaanmu!" ketus Emil.
"Iya, aku akan lanjut bekerja. Jangan lupa laporan yang diminta Nona Bos!"
"Berisik!" umpatnya.
Dion masih tertawa walau kecil.
Tepat jam 3 sore, Emil kembali mengantarkan laporan yang diminta Amy ke ruangannya.
"Jika tidak sesuai yang saya minta, siapkan sampai benar-benar saya setuju dengan laporan kerjamu," kata Amy tanpa menatap.
"Iya, Nona."
Meraih cangkir kopi dan menyesapnya tepat di atas kertas laporan. Dengan sengaja, Amy menumpahkan sedikit minumannya.
"Upss...." Amy lantas berdiri.
Emil melihat kertas laporannya basah, ia pun berdecak kesal.
Amy lalu menyerahkan laporan tersebut kepada Emil, "Tolong, ulangi!"
Dengan rasa marah yang dipendam, Emil menerimanya dan mengiyakan.
"Jangan pulang sebelum selesai!" ucap Amy.
"Tapi, Nona..."
"Apa ucapan saya kurang jelas?" tanya Amy.
"Sangat jelas, Nona." Emil menundukkan kepalanya.
"Pergilah!"
Emil pun meninggalkan ruangan, dalam hatinya berkata, "Jika aku tidak membutuhkan pekerjaan, mungkin aku akan melemparkan kertas ini ke wajahnya!"
"Emil, aku duluan!" pamit Dion.
"Iya," jawab Emil tak semangat.
"Disuruh ngulang lagi?" tanya Dion.
"Iya, kertasnya basah."
Dion tertawa kecil lalu berkata, "Selamat pulang larut malam!"
Emil mendengus.
Sejam kemudian, Emil kembali ke ruangan atasannya namun tampak gelap. Meja kedua asisten Amy juga telah rapi.
Emil akhirnya bertanya kepada petugas keamanan yang biasanya keliling di setiap lorong untuk memastikan apakah masih ada karyawan atau tidak. "Apa kamu melihat Nona Amy?"
"Mereka baru saja pulang, setengah jam yang lalu," jawabnya.
Emil berdecak kesal.
Petugas keamanan itu pun bergegas pergi.
Emil dengan langkah malas kembali ke ruang kerjanya mengambil tas dan menyimpan laporan tersebut di laci meja.
Tanpa dirinya tahu sepasang mata memantaunya dari kejauhan.
"Jika tahu dia pulang, lebih baik besok saja mengerjakannya!" gumamnya.
***
Esok paginya, Emil begitu panik karena melihat laporan kerjanya di laci yang terkunci malah menghilang.
Emil mengacak rambutnya mencari laporan kerjanya, "Tidak mungkin hilang, aku benar-benar meletakkannya di sini!"
"Pagi-pagi sudah stress, cari apaan 'sih?" tanya Widya.
"Kamu lihat laporan kerjaku?" tanya Emil.
"Tidak, tuh."
"Tidak mungkin laporan itu jalan sendiri, kunci aku yang pegang," ujar Emil.
"Mungkin salah letak," kata Widya.
"Aku yakin meletakkannya di sini!" ucap Emil.
"Buat saja yang baru," saran Dion.
"Itu hanya menghabiskan waktuku," ujar Emil.
"Kalau begitu tinggal pilih saja, mau di kurangi gaji atau buang waktu untuk membuatnya," kata Dion.
Emil akhirnya mengikuti saran dari temannya.
Jam 10 pagi, Emil datang ke ruangan atasannya. Begitu membuka pintu, gegas menundukkan pandangannya. "Maaf!"
Amy sedang berciuman dengan suaminya di kursi singgasananya.
Amy melepaskan tautan bibir suaminya lalu berdiri dari pangkuan.
"Kenapa masuk tidak mengetuk pintu?" tanya Amy dengan wajah kesal.
"Saya disuruh masuk oleh Tuan Tody, Nona." Jawab Emil.
Padahal Amy memang sengaja menyuruh asistennya itu untuk mempersilakan Emil ke ruangannya.
"Lain kali ketuk pintu, apalagi saya sekarang atasan kamu!" sentak Amy.
"Saya minta maaf, Nona!"
"Berikan laporan kamu!" pinta Amy.
Emil menyerahkannya.
Amy membacanya dengan posisi berdiri karena suaminya duduk di kursinya dan mencoba tak mendengarkan percakapan dirinya dengan Emil.
"Mengerjakan hal semudah ini saja, sampai dua hari. Bisa kerja atau tidak?" tanya Amy dengan marah.
"Baru dengan Nona Bos saya disuruh mengulanginya," Emil menyela.
Amy menutup berkas dengan kasar lalu melemparkannya ke arah Emil dan berkata penuh emosi, "Kamu pikir, saya bodoh. Tak dapat membaca laporan yang kamu buat!"
Emil tak menjawab.
"Ulangi lagi!" perintah Aileen.
"Tapi, Nona..."
"Kalau tidak mampu, jabatanmu akan saya turunkan!" ancam Amy.
"Tidak, Nona. Saya akan mengulanginya," janji Emil.
"Pergilah, jangan lupa mengetuk pintu. Kamu mengganggu waktuku dengan suamiku saja!" singgung Amy.
"Sekali lagi maaf, Nona. Permisi!" Emil pun berlalu.
Selepas Emil pergi, Ardan berdiri menutup ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celana.
Amy menghela napas.
Ardan mendekati istrinya dan memeluknya, "Aku tahu ini takkan mudah bagimu, kamu bukan seseorang yang pemarah."
"Aku bukan yang dulu, sayang. Mereka menganggap diriku lemah, tak sanggup melawan kedzaliman."
"Semoga sifat ini kamu tunjukkan kepada mereka saja," harap Ardan.
"Tentunya, sayang." Kata Amy dengan lembut.
Di ruang kerjanya, Emil meletakkan berkas di meja secara kasar membuat Widya dan Dion beserta 2 rekan lainnya tersentak.
"Bisa tidak kalau melakukan apa-apa tak mengagetkan orang," omel Widya.
"Sorry," ucap Emil lirih. Duduk dan meremas wajahnya.
"Ditolak lagi?" tanya Dion.
Emil mengangguk.
"Apa alasan Nona Bos menolak laporan kerjamu?" tanya Widya.
"Aku juga tidak tahu, dia melemparnya tanpa memberitahu alasannya," jelasnya.
"Pasti kamu pernah melakukan kesalahan besar, makanya Nona Bos sangat membencimu," celetuk Widya.
"Kesalahan apa? Baru dua hari bertemu dengannya," kata Emil.
"Kalau begitu, buat saja yang baru," usul Dion lagi.
"Nanti saja aku membuatnya, tunggu Tuan Bos pergi," ucap Emil.
"Memangnya kenapa kalau ada dia? Bukankah dapat menjadi penolongmu?" tanya Widya.
"Tuan Bos hanya duduk diam, tak peduli aku dimarahinya. Apalagi kalian tahu, bisa-bisanya mereka ciuman di ruang kerja. Gila banget!" ungkapnya.
Dion dan Widya tertawa.
"Biarkan saja mereka ciuman, Lagian ini perusahaan miliknya. Kamu saja yang iri melihat kemesraan Tuan Bos dengan istrinya," sindir Dion.
"Aku cemburu? Buat apa? Kenapa harus di kantor? Apa mereka sebenarnya pasangan yang menikah siri?" tanya Emil kepada rekan-rekannya.
"Jangan asal fitnah, nanti kualat!" celetuk Widya.
"Aku tidak fitnah, lagian mereka memiliki rumah. Buat apa melakukannya di kantor. Oh, atau bisa jadi mereka adalah pasangan selingkuh terus menikah. Buktinya, kita sebagai karyawan tak pernah ada undangan dari Tuan Bos," tutur Emil.
Widya dan Dion saling pandang.
"Kalian berpikir sama dengan aku, 'kan?" tanya Emil.
"Aku sudah tiga tahun di sini, tiba-tiba saja tanpa ada acara perkenalan. Nona Bos muncul dihadapan kita menggantikan suaminya, padahal tak pernah mendengar kabar pernikahannya," ungkap Emil.
"Jangan pernah menyebarkan berita buruk tentang Nona Bos!"
Mendengar suara bariton, membuat Emil dan rekan kerja lainnya terperanjat. Gegas mereka menoleh dan begitu ketakutan melihat yang berbicara.
Tody berdiri dengan wajah marah dan dibelakangnya ada Amy yang bersedekap menyilang tangannya.
"Kalian tahu akibatnya 'kan jika berani menyebarkan berita buruk tentang Tuan Bos dan istrinya?" tanya Tody memperhatikan satu persatu karyawan yang menunduk.
"Pemecatan secara tidak hormat dan gaji di kurangin!" lanjut Tody berucap.
"Lanjutkan pekerjaan kalian, ini kantor bukan tempat untuk menggosip!" sahut Miley.
"Baik, Tuan, Nona!" ucap Emil dan rekan kerja lainnya.
"Kamu!" tatapan tajam Amy ke arah Emil.
"Saya minta kamu mengerjakan tugas yang diminta, bukan menjelekkan atasanmu!" singgung Amy.
"Maaf, Nona!" Emil menundukkan kepalanya.
"Tody, potong gajinya bulan ini sebesar tiga puluh persen!" titah Amy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
•❥𝓟𝓣𝓧°ʰᵗᶻ°
Awas tensi naik ntar Amy kalo marah² 🤣🤣
2023-07-24
1
•❥𝓟𝓣𝓧°ʰᵗᶻ°
Buahahahaha 🤣🤣 ngakak aku kalau jadi Amy, suka deh sikap arogansinya 😆😆
2023-07-24
0
•❥𝓟𝓣𝓧°ʰᵗᶻ°
syukurin, jahat sih dulu... wlekkk 😜😜😜
2023-07-24
0