Bintang Alaska
Saat ini Alaska dan Gevan berada di salah satu kampus yang ada di kota Jakarta. Di sinilah Alaska akan menempuh pendidikan untuk gelar S1.
Alaska dan Gevan berjalan di lorong kampus mencari tempat untuk daftar ulang mahasiswa baru. Dari tadi mereka bolak-balik membuat Gevan marah karena setelah ini ada kesibukan penting.
“Lo tahu tempatnya gak?” tanya Gevan.
“Gue juga gak tahu.” Alaska melihat sekitar, tiba-tiba melihat 2 orang wanita yang ingin melewatinya.
Gevan langsung mendorong Alaska mendekati kedua wanita itu.
"Ekhem...." Sesaat Alaska berdehem. "Kalau boleh tahu untuk pembayaran daftar ulang tempatnya di mana ya?"
“Kakak ganteng tinggal berjalan lurus ke depan lalu belok kanan.”
Alaska hanya bisa menelan saliva ketika mendengar wanita itu memangilnya dengan sebutan kakak ganteng.
“Terima kasih.” Ucap Gevan.
“Sama-sama kak, kami permisi dulu.” Berjalan melewati mereka.
Gevan terkekeh sambil merangkul Alaska. “Kakak ganteng.” Ledeknya.
“Gue emang ganteng, mau apa lo?”
Gevan menepuk-nepuk bahu Alaska. “Lebih ganteng gue dong.” Tidak terima.
Alaska melepaskan tangan Gevan sambil mendengus kesal karena ngeledek nya. Alaska berjalan duluan di susul Gevan menuju tempat pendaftaran ulang.
Terlihat banyaknya antrian di depan salah satu ruangan, membuat Gevan menghela nafas panjangnya. Sementara Alaska hanya bisa pasrah karena kalau bukan dia siapa lagi yang akan membayar daftar ulang? Orang tuanya? Mereka sangat sibuk tidak ada waktu untuk itu.
“Gue kayaknya gak bisa menemani lo sampai selesai.” Bisik Gevan.
“Gue malas sendiri." Alaska tidak peduli.
“Gak bisa atau gue panggilin teman gue buat nemani lo?”
“Cewek atau cowok?”
“Cewek, dia….”
“Gak, gue bisa sendiri.”
Dengan tegas Alaska menolak Gevan, Alaska memang paling malas jika berurusan dengan wanita.
“Kenapa lo jadi alergi cewek?” Gevan terheran. "Teman gue cantik, bahkan sangat cantik."
Alaska bersandar ke dinding. “Pergilah, gue bisa sendiri.”
Gevan menarik ujung bibirnya lalu menepuk bahu Alaska. “Gue pergi dulu.” Beranjak pergi.
Alaska mengantri lumayan lama hingga 1 jam kemudian giliran Alaska untuk bayar daftar ulang. Selesai daftar ulang, Alaska memutuskan untuk ke Basecamp mendatangi teman-temannya.
.
.
.
Breuum…. Breuum…. Breuum….
Motor Alaska mulai memasuki halaman Basecamp, mereka yang tadinya duduk santai langsung berdiri untuk menyambut kedatangan Alaska.
Basecamp Redwolf ini adalah tempat berkumpulnya geng motor Redwolf bisa di bilang rumah kedua, tapi ada juga yang memang tinggal di basecamp karena malas pulang atau masalah keluarga yang membuat mereka pusing mendengarnya.
“Dimana ELANG?” Alaska berdiri didepan mereka sambil melepaskan helm.
ELANG adalah sebutan untuk Zen, Vino dan Carlos. Mereka teman yang paling dekat dengan Alaska.
“Mereka ada di lantai 2.” Jawab Ken.
Sesaat Alaska melihat ke atas. “Ambil minuman di motor gue.” Berlari masuk ke dalam Basecamp.
Basecamp Redwolf ada di ujung jalan dekat hutan. Dan disana ada jalan pintas yang menghubungkan ke jalan utama. Beberapa kali mereka ganti tempat karena para warga risih mendengar suara motor mereka yang nyaring.
Sebelumnya Basecamp mereka lebih besar dari yang sekarang tapi karena tidak di terima oleh warga setempat membuat mereka merelakan basecamp itu.
“Kenapa lo baru datang?" Tanya Zen.
Alaska duduk di depan mereka. “Gue tadi daftar ulang dulu.”
“Ka, katanya malam ini ada pertandingan di jalan Rotan.” Sahut Carlos.
“Gue ikut.”
Dengan santai Alaska mengatakan itu tanpa berpikir panjang dan banyak bicara, Alaska paling suka kalau ada balapan.
“Jangan, lo baru sembuh lebih baik….” Ucap Vino terpotong.
“Kenapa? Apa lo meremehkan gue?” memasukkan potongan buah Mangga ke dalam mulut.
“Gak, nanti kami kena marah tante Rani kalau…….” Lagi dan lagi ucapan Vino terpotong.
Akhir-akhir ini Alaska di larang ibunya ikut balap liar pokoknya yang berhubungan dengan balapan.
“Tenang saja, gue berencana mau mengajak kak Gevan.”
Zen yang mendengar itu langsung berdiri. “Kalau kak Gevan ikut, gue bakal dukung lo.”
“Sudah lama gak melihat kak Gevan balap liar.” Sahut Carlos sambil melempar minuman dingin kepada Alaska.
Elang sangat mengagumi Gevan, permainan Gevan sangat bagus membuat mata yang melihatnya terkagum-kagum.
.
.
.
Breeeuuuuummmmm……
Alaska melajukan motornya memasuki halaman rumah lalu memarkir di teras. Penuh semangat Alaska masuk ke dalam rumah.
Semangat membara setelah sekian lama, akhirnya Alaska balapan lagi apalagi jika bersama sang kakak.
“KAK GEVAN.” Teriak Alaska. "GUE ADA BERITA BAHAGIA."
Teriakan suara Alaska yang sangat nyaring membuat Bi Iyem (Pekerja di rumah Alaska) menghentikan aktivitasnya lalu berlari kecil mendekati Alaska sambil membawa kemoceng bulu Merak.
“Tuan Alaska sedang tidak ada di rumah.”
“Kemana dia? Kenapa tidak ada? Atau memang belum pulang ke rumah?”
Bi Iyem mengangguk. “Sepertinya sebentar lagi Tuan Gevan pulang.”
Alaska mengangguk lalu berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
.
.
.
Klekkkkk....
Alaska masuk ke dalam kamar Gevan, terlihat di dalam sana Gevan sedang memainkan ponselnya.
“Mau apa lo datang ke sini? Gue….”
Alaska duduk di sofa. “Apa? Lo sibuk lagi?”
“Ada apa?” tanya Gevan.
“Malam ini ada pertandingan di jalan Rotan, gue mau….”
“Lo pergi sendiri, gue malas keluar.”
“Yakin lo gak mau ikut?” Alaska berusaha menggoda Gevan agar ikut dengannya.
Gevan menghiraukannya, tetapi Alaska tetap berusaha membujuk kakaknya agar ikut pertandingan bersamanya.
Setelah beberapa menit Alaska membujuk, merayu Gevan akhirnya luluh juga.
“Iya iya gue ikut, jam berapa?”
“Jam 12, urusan papa gue serahkan sama lo.”
“Kyaaa kau….” Kesal Gevan melempar bantalnya ke arah Alaska. “Lo ngajak gue pasti biar lo di izinkan keluar?”
Alaska melempar kembali bantal Gevan. “Serah lo, gue mau tidur dulu.” Beranjak pergi.
.
.
.
Jam menunjukkan 12 malam, Alaska dan Gevan menuruni anak tangga sambil memegang helm mereka. Ketika menuruni anak tangga terakhir terdengar ada seseorang yang berdehem.
“Malam-malam begini kalian mau pergi kemana?” tanya Daren.
“Pa, aku menemani kak Gevan kumpul dengan teman-temannya.”
Alaska menjadikan teman-teman Gevan sebagai alasan agar di izinkan keluar rumah karena kalau mereka bilang balapan liar maka di pastikan tidak bisa keluar.
“Gevan?”
Gevan mencubit lengan Alaska. “Iya pa."
“Pergilah, kalau bisa jam 1 sudah di rumah.”
“Pa, hanya 1 jam?” keluh Alaska.
Gevan langsung menarik paksa Alaska keluar. “Jangan banyak omong, kalau papa berubah pikiran mau apa lo?”
.
.
.
Sesampai di tempat pertandingan yang berada di jalan Rotan. Redwolf berteriak menyambut kedatangan mereka berdua. Dengan heboh suara anak Redwolf membuat Alaska mengibaskan rambutnya untuk tebar pesona.
“Apa kabar, kak?” tanya Zen.
Gevan menepuk bahu Zen sambil mengangguk. “Baik, sebenarnya gue malas keluar tapi Alaska memaksa.”
“Sejak kapan gue maksa lo?” melepaskan helm.
“Gue paling suka kalau lihat kak Gevan balapan.” Ucap Carlos.
Alaska yang mendengar itu pun menendang kaki Carlos. “Heh permainan gue lebih bagus dari dia.”
Sebelum pertandingan di mulai, mereka duduk santai terlebih dahulu sambil bersenda gurau. Banyaknya orang berkumpul untuk menyaksikan pertandingan, terlihat di wajah Alaska kebahagiaan untuk yang tiada tara.
Beberapa menit kemudian pertandingan pun di mulai, Alaska dan Gevan berjalan mendekati motor mereka melewati cewek-cewek cantik yang sedang tertawa bersama.
Alaska dan Gevan naik ke atas motor lalu menuju garis start, tiba-tiba Gevan terkejut melihat kehadiran seseorang yang akan tanding malam ini.
Arnold mendekati Gevan. “Wah ternyata lo ikut tanding, gue pikir lo sudah gak tertarik."
Alaska mendorong Arnold. “Jaga jarak lo dari kakak gue.”
“Ka, diamlah. Jangan ikut campur dengan urusan gue!”
Alaska menatap kesal Gevan.
“Kenapa? Apa lo takut kalah lagi melawan gue?”
Arnold terkekeh nyaring. “Bagaimana mungkin? Apa lo gak tahu berita terbaru gue?”
Salah satu teman Gevan memberikan beberapa gelas yang berisi minuman dingin kepada mereka yang akan tanding.
Mereka semua minum sampai habis, tanpa sengaja Gevan melihat Arnold menyeringai.
“Ka, hati-hati.” Ucap Gevan.
Setelah melihat Arnold menyeringai, tiba-tiba perasaan Gevan berubah menjadi tidak enak atau gelisah.
“Kak Gevan tenang saja, malam ini kita harus menang.” Ucap Alaska.
Gevan hanya mengangguk cuek.
Kini mereka sudah berbaris rapi di garis start menunggu aba-aba, sesaat Gevan menoleh Arnold untuk memastikan sang adik aman-aman saja.
Priittttt….
Peluit berbunyi, pertandingan pun di mulai. Mereka semua langsung melajukan motor keluar dari garis start.
“Ka, hati-hati.” Teriak Gevan sedikit mengkhawatirkan Alaska karena merasa tidak enak melihat Arnold menyeringai.
“Kak Gevan tenang saja.”
Alaska meyakinkan Gevan bahwa dirinya baik-baik saja, justru Alaska terheran kenapa Gevan tiba-tiba seperti ini karena sebelumnya kalau mereka tanding Gevan tidak pernah memperhatikan Alaska malahan suka menantang Alaska.
Gevan pun melajukan motornya meninggalkan Alaska, tiba-tiba dengan jarak yang tidak jauh dari Alaska. Motor Gevan hilang kendali hingga menabrak pembatas dengan keras membuat Gevan terpental jauh dari motornya.
Semua orang tercengang melihat kejadian itu, bahkan anak motor yang ada di depan langsung berhenti.
“Kak Gevan.” Teriak Alaska melajukan motornya mendekati Gevan.
...Bersambung……....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments