Ospek Kampus

Matahari pagi yang semakin terang, terlihat jam sudah menunjukkan pukul 07.12 Alaska bergegas keluar dari kamar lalu berlari menuruni anak tangga menuju kamar mandi yang letaknya di paling pojok. Sesampai di depan kamar mandi, Alaska mencoba untuk menggedor-gedor pintu agar orang di dalam segera keluar.

“Siapa yang ada di dalam? Cepat keluar, gue mau berak.” Teriak Alaska menahan perutnya yang sangat sakit.

“Sebentar lagi, gue cuci muka dulu.”

Beberapa menit kemudian pintu kamar mandi pun terbuka, dengan cepat Alaska menarik tangan Vino lalu masuk ke dalam. Vino hanya menggeleng heran berjalan mendekati Zen yang sedang duduk di sofa.

“Lo berangkat sekarang?”

Zen mengangguk. “Gue gak bisa nunggu Alaska karena gue mau mampir dulu ke supermarket beli kopi.”

.

.

.

Brueuuumm….

Alaska melajukan motornya menuju Universita Gudarma Indonesia membutuhkan waktu sekitar 20 atau 30 menit dari kos-kosannya, tergantung kecepatan motor yang di kendarainya.

Sesampai di kampus, Alaska memarkir motornya lalu berjalan menuju Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Terlihat banyaknya mahasiswa baru yang sudah berkumpul di depan fakultas itu, ada beberapa orang yang terlambat datang salah satunya adalah Alaska.

Panitia yang melihat Alaska ingin masuk barisan pun langsung memanggilnya untuk menyuruhnya berdiri di depan sana. Mau tidak mau Alaska harus berdiri di depan karena terlambat datang. Seketika Alaska terkejut melihat ada Zen juga di sana membuatnya bersemangat.

Alaska berjalan melewati mahasiswi, salah satu dari mereka memanggil Alaska tetapi Alaska malah lewat begitu saja tanpa menoleh. Beberapa Mahasiswa terkagum-kagum melihat wajah tampan seorang Bintang Alaska.

“Kenapa lo berdiri di sini? Bukannya tadi lo duluan berangkat ke kampus?” bisik Alaska.

“Gue tadi mampir ke supermarket, karena gue terlalu santai jadi lupa kalau hari ini ospek.”

“Lo beliin gue kopi gak?”

“Tenang, gue beli 2.”

“Vino sama Carlos di mana?”

Zen menunjuk mereka berdua yang sedang berbaris di barisan nomor 3 bagian tengah, mereka berdua nyengir sambil mengangkat minum.

“Gila rajin banget mereka.” Alaska terkekeh kecil melihat kedua temannya berbaris rapi di sana.

“Gak, mereka juga tadi hampir telat tapi masih sempat masuk barisan.”

Bagas yang melihat Alaska dan Zen sedang mengobrol pun langsung menghampiri mereka.

“Ketua panitia sedang menjelaskan, kalian enak-enak mengobrol di sini.”

“Maaf kak, kami….” Ucap Zen terpotong.

“Lari sebanyak 10 kali.”

“Kami hanya mengobrol itu pun berbisik, kami tidak mengganggu ketua panitia.” Keluh Alaska.

“Tapi kalian tidak menghargai orang yang sedang berbicara. Lari, kalau tidak….”

“Kami lari.”

Zen menarik tangan Alaska lalu mengajaknya berlari keliling lapangan Fakultas yang lumayan luas. Beberapa kali putaran Zen sudah kelelahan begitu juga dengan Alaska tetapi dari tadi Bagas memperhatikan mereka membuat mereka tidak bisa curang.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 8.50 panasnya matahari membuat Alaska dan Zen mencari perlindungan dari teman yang ada di depan mereka.

“Sampai jam berapa si, kok lama banget.”

Zen mengeluar kopi Alaska lalu menyerahkan kepadanya. “Nih kopi lo.”

Tanpa melihat sekitar Alaska langsung meminum kopinya sampai habis karena ukuran botolnya yang kecil membuatnya cukup 1 kali minum saja. Ketua panitia mulai pembagian kelompok ospek, seketika nama Alaska di panggil untuk masuk ke dalam kelompok 4.

Alaska pun masuk ke dalam kelompok 4, terlihat di sana sudah ada 4 cowok dan juga 6 cewek. Alaska berdiri di paling belakang dengan suasana hatinya yang kurang baik di pikirnya teman-temannya tidak ada yang 1 kelompok dengannya, ternyata tidak lama kemudian Zen masuk barisan dalam hitungan detik suasana hati Alaska berubah.

Ospek pun di mulai. Sesaat Alaska menoleh Zen yang sedang fokus memperhatikan ketua panitia, Alaska menendang kaki Zen membuat Zen hampir terjatuh.

Zen memukul Alaska dengan kasar. “Gila ya lo, gue gak mau di hukum lagi.”

“Gue bosan.”

“Bisa diam gak?”

Tiba-tiba seorang wanita menegur mereka, Alaska tidak peduli dengan wanita itu lagi dan lagi Alaska menjahili Zen membuat wanita itu menegur mereka lagi karena merasa terganggu. Wanita itu pun memutuskan untuk pindah ke barisan nomor 3.

“Gara-gara lo, mampus lo.” Bisik Zen.

“Gue gak peduli.”

10 menit kemudian ketua panitia mengakhiri penjelasannya, masing-masing ketua kelompok menyuruh anggota kelompok untuk saling berkenalan terlebih dahulu.

“Kumpul-kumpul.”

Terdengar teriakan suara masing-masing ketua kelompok menyuruh anggota mereka untuk berkumpul dalam bentuk lingkaran agar bisa saling melihat satu sama lain. Saat ini posisi Alaska berhadap dengan wanita yang tadi bermasalah dengannya, wajah wanita itu sama sekali tidak ada senyuman.

“Lihatlah wajahnya, apa dia tidak pernah senyum.” Ucap Alaska kepada Zen yang duduk di sampingnya.

“Mungkin lagi sakit gigi.” Terkekeh kecil.

Perkenalan anggota kelompok di mulai dari ketua kelompok mereka yang bernama Rayna di lanjut anggota kelompok sampai Alaska.

“Nama gue Bintang Alaska dari SMA Garuda Bima Raya, hobi gue balapan.” Alaska menaikkan sebelah alisnya dengan wajah kebanggan setelah mengucapkan hobinya.

“Nama lo bagus.” Ucap Rayna.

“Biasa aja, oh iya panggil gue Alaska.”

“Gue panggil lo Bintang.”

Zen terkekeh kecil. “Maksud lo bintang di langit?” ledeknya.

Seketika teman-teman yang lain tertawa mendengar candaan Zen, berbeda dengan Aline yang dari tadi sama sekali tidak mengekspresikan wajahnya.

“Eh lo, kenapa dari tadi lo diam aja? Orang-orang tertawa, tapi lo gak?” Alaska menunjuk Aline yang sedang melamun.

“Hah? Siapa yang lo maksud, gue?” tanya Aline bingung, semua teman-temannya melihat ke arahnya.

Alaska mengangguk. “Lo lagi sakit gigi atau bau mulut?” ledek Alaska.

“Heh jaga ucapan lo! Memangnya kenapa kalau gue gak ikut ketawa? Ada yang salah? Kenapa lo mempermasalahkan gue?” kesal Aline.

“Santai santai, gue gak ada maksud apa-apa.” Alaska duduk kembali ke tempatnya, sesaat menggeleng melihat reaksi Aline.

“Nama gue Zen hobi gue sama kayak Alaska.”

“Tapi lo gak seganteng Alaska.” Ucap Tia sambil terkekeh kecil.

“Heh kata siapa gue gak seganteng Alaska, lihat saja muka gue hampir mirip dengannya.” Zen mengibaskan rambutnya ke belakang.

“Sudahlah sudahlah, kalian sama-sama ganteng.” Rayna mencoba menenangkan mereka.

Salah satu panitia berjalan mendekati kelompok 3 untuk menanyakan apakah mereka sudah selesai berkenalan atau belum.

“Belum kak, masih ada 1 lagi.”

“Kalau sudah nanti bilang saja.” Panitia itu pun beranjak pergi.

Aline berdiri sesaat melihat sekitar lalu menghela nafas. “Perkenalkan nama gue Aline Fransisca dari SMA Bakti 1. Hobi gue nyanyi, menulis, membaca novel, dan menonton film/drama.”

“Wah ternyata lo dari SMA pintar.” Ucap Zen.

SMA Bakti di kenal murid-muridnya yang sangat pintar dan juga ketika ikut lomba olimpiade salah satu dari murid mereka pasti ada yang berhasil juara 1. Dan juga di kenal murid yang sangat rajin juga bersih.

“Sebenarnya gue juga gak terlalu pintar.” Bantah Aline.

“Jangan merendah untuk meroket.” Sahut Alaska.

“Dari tadi lo mencari masalah sama gue, memangnya kita ada dendam apa?” Aline sangat kesal, Alaska selalu saja mencari masalah dengannya.

“Gak, gue ngomong apa adanya. Siapa yang gak kenal SMA Bakti, ya gak?” tanya Alaska kepada teman-temannya.

Semua temannya mengangguk, Alaska menatap Aline dengan sombong membuat Aline langsung duduk lalu mengalihkan pandangannya.

.

.

.

Saat ini mereka berbaris kembali mendengar sambutan dari wakil ketua panitia membahas mengenai lingkungan Fakultas dan juga jurusan. Alaska ingin menjahili Zen lagi tapi tiba-tiba Zen keluar barisan karena kebelet pipis, Alaska yang sangat bosan pun mencoba untuk mengajak Aline mengobrol.

“Eh lo pilih jurusan apa?” bisiknya kepada Aline yang berdiri di depan samping kiri.

“Apa urusannya dengan lo?” tanpa menoleh.

“Gue penasaran, orang pintar kayak lo pilih jurusan kayagimana.”

“Bukan urusan lo!”

“Temani gue ngobrol, gue bosan.”

Aline diam saja tidak menjawab Alaska, lagi lagi Alaska bertanya kepadanya tetapi tidak di jawab Aline.

“Sombong banget lo.” Alaska mulai kesal kepada Aline.

Terlihat Zen masuk lagi ke barisannya berdiri di depan Alaska. Sesaat Zen melihat Alaska yang sedang memperhatikan Aline.

“Heh hati-hati mata lo keluar.”

Alaska memukul Zen. “Gue mengajak dia ngobrol tapi sangat sombong.”

“Lo ngajak ngobrol gak di waktu yang tepat.”

“Gue bosan, dahlah gue mau ke kantin.” Bisik. “Gue harus.” Lanjutnya.

“Tapi panitia ada di belakang, kalau ketahuan di hukum lagi. Gue gak ikut.”

“Yakin lo gak mau ikut? Kalau gak, gue sendiri….” Beranjak pergi di susul Alaska.

Mereka izin ke toilet, Zen berhasil lolos karena yang berjaga di dekat kelompoknya panitianya sudah berganti. Aline yang melihat mereka hanya bisa menggeleng heran.

Walaupun mereka sudah menjadi Mahasiswa baru tetapi tingkap Alaska tetap saja seperti anak-anak yang masih duduk di bangku SMA tapi begitulah Alaska.

...Bersambung…....

Terpopuler

Comments

Butterfly

Butterfly

hahaha ada-ada aja 🤣

2023-07-20

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!