Suami Dan Adik Ipar
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Tanda waktu pulang kantor tempat Karina bekerja. Dia pun bersiap untuk pulang setelah menyelesaikan laporan keuangan yang akan diserahkan pada atasannya pak Reno.
"Tak terasa sudah jam empat sore." Ucap suara tekan kerja Karina di sebelah mejanya yang bernama Dina.
"Aku juga sudah selesai dengan laporanku. Dan itu artinya aku pulang cepat hari ini." Jawab Karina penuh semangat.
"Sepertinya kau senang sekali tidak lembur?" Sahut Angel menatap Karina sengit. Rekan kerja Karina yang begitu membencinya. Entah karena apa, yang jelas Karina lebih cantik dari Angel dengan wajah polos tanpa make up nya. Sedang Angel cantik karena polesan make up yang sangat tebal.
"Kau benar." Jawab Karina setengah menyindir meski niatnya tidak seperti itu masih menampilkan senyumannya meski dia tidak suka. Tapi rekan kerjanya itu sangat sensi dengannya.
"Huh." Sebal Angel melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai dan itu artinya dia harus lembur. Dan hanya dia, semua temannya sudah selesai dan bersiap pulang.
.
.
"Aku pulang dulu." Pamit Karina pada Dina saat mereka sampai di tempat parkir menuju sepeda motor mereka masing-masing.
"Bye." Sapa balik Dina memakai helmnya.
Karina melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dia tidak sabar untuk pulang ke apartemennya. Meski bukan apartemen mewah, tapi dia membelinya dengan hasil kerjanya selama bekerja tiga tahun ini. Meski dia juga mampu membeli mobil, namun Karina lebih nyaman memakai motor. Tidak terjebak macet.
Apalagi kabar terakhir kemarin, kekasihnya yang sedang menuntut ilmu di negeri paman Sam akan pulang setelah wisudanya sebulan lalu. Semakin membuat Karina bahagia. Sudah hampir dua tahun mereka melakukan hubungan jarak jauh. Namun keduanya tetap berjanji untuk berkomitmen saling percaya dan saling mencintai.
Karina percaya kekasihnya tak akan pernah mengkhianati, sudah dua setengah tahun hubungan mereka terjalin. Hingga setelah setengah tahun Karina harus rela LDR karena pendidikan S2 yang harus ditempuh kekasihnya.
Mereka berkenalan setelah Karina bekerja di perusahaan tempatnya bekerja saat ini. Dan ternyata mereka satu sekolah saat sekolah menengah atas namun beda kelas. Sejak dulu kekasihnya sudah mengaguminya dan saat bertemu kembali. Dia langsung mengutarakan perasaannya pada Karina.
Meski penolakan berkali-kali dialami, dia tetap tidak menyerah untuk mendekati Karina. Dan setelah tiga bulan pendekatan dan menunjukkan ketulusannya, Karina pun luluh dan mereka pun jadian. Hingga pendidikan itu membuat keduanya terpaksa berpisah. Dan setiap setahun sekali kekasihnya selalu menyempatkan mengunjunginya.
"Hai sayang." Sapa pesan dari nomer ponsel kekasih Karina.
"Hai juga sayang." Sapa balik Karina dengan wajah memerah karena malu padahal kekasihnya tidak bisa melihat wajahnya yang malu-malu.
"Aku pulang." Senyum cerah Karina semakin cerah saja membaca pesan tersebut. Antara percaya dan tidak percaya membaca pesan tersebut pagi tadi.
"Benarkah?" Tanya Karina disertai emoticon senyum bahagia.
"Tunggu aku sore nanti! Aku akan ke apartemenmu dulu." Senyum Karina melebar lagi hingga dia ingin berteriak kegirangan meski harus ditahan karena sedang berada di area kantor, apalagi baru saja mulai jam kerjanya.
"Aku akan menunggumu sayang." Jawaban Karina yang terdengar lebay diiringi balasan pesan emoticon tawa bahagia membuat keduanya melebarkan senyumnya.
Yang itu artinya, mereka tidak akan LDR lagi tapi akan selalu bersama di negara tanah air ini.
Senyum Karina terus terkembang selama perjalanan. Dia mampir ke supermarket dekat apartemennya untuk belanja. Dia berencana untuk makan malam bersama di apartemennya dengan masakannya.
"Aku akan masak makanan kesukaannya." Guman Karina berkeliling di supermarket tersebut untuk mencari apa yang dicarinya.
Tak sampai setengah jam, Karina sudah membayar di kasir dan segera pulang untuk mulai memasak. Setelah berganti pakaian dengan pakaian rumahan, Karina menggelung rambutnya berbentuk cepol ke atas dan mulai unboxing belanjanya.
Karina berencana membuat gurame bakar, sambal terasi dan cah kangkung. Itu adalah menu favorit kekasihnya. Meski dia tidak begitu menyukai gurame bakar, dia akan melakukannya untuk kekasih tercintanya. Dia juga menggoreng ayam goreng untuk dirinya sendiri.
Sudah hampir satu jam Karina berkutat di dapur minimalis apartemennya. Semua masakan akhirnya selesai. Namun belum ada tanda-tanda kalau kekasihnya akan segera datang. Dia pun memilih untuk membersihkan tubuhnya setelah memasak terasa lengket.
Bel pintu apartemen berbunyi, Karina segera berlari ke depan setelah menyelesaikan make up tipis naturalnya yang tidak sempat menggerai rambutnya. Meski mereka kekasih, kekasihnya tidak tahu apa password pintu apartemen Karina. Bukan Karina tak mau memberi tahunya. Tapi kekasihnya takut akan kebablasan. Dia berpikir nanti saja setelah melamarnya.
Bel pintu berbunyi lagi tidak sabaran membuat Karina berteriak.
"Iya... Sebentar." Teriak Karina sambil berlari ke arah pintu depan.
Cklek
Niat hati ingin berteriak menyambut kedatangan kekasihnya namun bukan kekasihnya yang datang. Sebuah buket bunga mawar berwarna pink yang besar sampai menutupi wajah sang kurir.
"Maaf?" Tanya Karina merubah raut wajah kecewanya.
"Paket." Suara kurir tersebut.
"Dari siapa pak?" Tanya Karina penasaran. Dia merasa tidak memesan itu atau akan ada seseorang yang memberinya.
"Silahkan diterima dulu!" Ucap kurir tersebut.
"Oh iya." Karina terlihat kesusahan membawanya karena memang sangat besar. Dia sempat berpikir apabila bunga itu diganti bunga bank saja. Namun pikiran konyolnya segera ditepis saat kurir tersebut membuka topi dan maskernya. Sejenak Karina masih loading menatap wajah familiar di depannya tersebut.
"Tak merindukanku?" Ucap pria itu merentangkan kedua tangannya dengan senyum lebar bahagianya penuh kerinduan.
"Sayang." Karina langsung melompat menerjang pria yang ternyata adalah kekasihnya tersebut yang menyamar sebagai kurir tadi.
"Ukh." Pria itu terlihat kualahan saat menerima terjangan pelukan sang kekasih hati yang dirindukannya.
"Kau jahat." Isak Karina menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kekasihnya merasa terharu. Dan bunga tadi entah dimana, jatuh di bawah karena Karina melingkarkan kedua kakinya di pinggang kekasihnya.
Tentu saja kekasihnya itu tidak keberatan membopong tubuh ramping bahkan terlihat kurus itu dengan enteng. Dia hanya terkejut dengan reaksi agresif kekasihnya yang tidak ditemui setahun ini. Meski begitu video call sering mereka lakukan hampir setiap malam kalau Karina tidak lembur.
"Maaf." Bisik pria itu mengecup pucuk kepala Karina.
.
.
Kini keduanya sudah saling mencium, mel**at dan bertarung bibir dan lidah di sofa ruang tamu apartemen Karina. Entah kemana bunga itu tadi, pria itu menutup pintu depan dengan kakinya karena dia membopong Karina agar tidak jatuh.
Pergulatan bibir dan lidah itu tidak berhenti disana. Bibir kekasihnya mulai menjalar turun ke bawah memberikan kenikmatan karena desa**n Karina yang memenuhi ruang tamu yang menyatu dengan dapur tersebut.
Karina mendongak seolah memberikan akses pada kekasihnya untuk mengeksplornya. Hingga kancing dress Karina sudah terbuka semua dengan menampilkan dada kembar Karina yang dikecup dan dijil** bergantian oleh bibir kekasihnya.
Desa**n dan eran**n terdengar di sudut ruangan membuat pria semakin bersemangat. Hingga sesuatu menonjol di balik celana membuat pria itu menghentikan kulu**nnnya di dada kembar Karina.
Keduanya saling menatap seolah meminta untuk melakukan lebih dari itu. Pandangan mata sayu dan nafsu pada keduanya membuat pria itu mengecup singkat bibir Karina.
"Sudah cukup. Aku ingin menikmatinya saat malam pertama nanti." Ucap Pria itu membuat seketika hati Karina menghangat. Meski sebenarnya dia sudah siap menyerahkan harta berharganya untuk kekasihnya itu namun dia bahagia karena diperlakukan seberharga itu olehnya.
"I love you." Bisik Karina memeluk tubuh prianya.
"I love you too." Bisik balik pria itu.
.
.
TBC
Hai-hai... Ini novel baruku. Semoga suka.
Baca terus semua karyaku.
Beri semangat dan dukungannya
Terima kasih
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments