Bab 5

"Kau dimana?" Tanya Bryan sambil mengemudikan mobilnya.

"Aku sedang di kantor." Jawab Karina setelah memarkir sepeda motornya. Tepat setelah melepas helmnya, ponselnya berdering tanpa panggilan masuk yang menerakan nama kekasihnya.

"Aku sudah bilang akan menjemputmu kan?" Ucap Bryan merajuk.

"Aku sudah bilang tidak usah kan, aku bisa pergi sendiri." Tolak Karina halus membujuk kekasihnya.

"Huff... Baiklah. Nanti pulang kerja aku akan menjemputmu."

"Bagaimana dengan motorku?"

"Aku yang akan mengurusnya. Lagi pula aku ingin mengajakmu bertemu dengan orang tuaku." Tubuh Karina membeku mendengar ucapan Bryan di seberang ponselnya.

"A-apa maksudmu?" Seru Karina tanpa sadar mendadak gugup.

"Kenapa sayang, cepat atau lambat kau akan tetap bertemu mereka kan?" Goda Bryan tertawa di seberang ponsel.

"Baiklah. Aku akan mempersiapkan diri. Semoga orang tuamu mau menerimaku yang tidak ada apa-apanya ketimbang dirimu." Jawab Karina merendah, meski kegugupan masih terasa jelas padanya.

"Hei.. Kau adalah sempurna bagiku sayang." Sahut Bryan cepat.

Tapi belum tentu orang tuamu pun sama. Batin Karina menghela nafas panjang.

"Ada aku sayang. Sudah kukatakan hanya kau yang akan kunikahi." Ucap Bryan yakin sudah tak peduli dengan petuah ibunya tentang calon istrinya.

Bryan tersenyum menatap layar ponselnya yang mulai menghitam tanda panggilan sudah dimatikan.

"Aku akan memperjuangkanmu apapun yang terjadi. Karena aku mencintaimu Karin, sayang." Guman Bryan tersenyum bahagia.

.

.

"Terima kasih telah bersedia bekerja sama dengan perusahaan kami tuan Rey." Ucap pria paruh baya itu sambil menjabat tangan Rey yang sudah sepakat untuk menanda tangani kontrak kerja sama siang itu. Sudah hampir satu jam pembahasan proposal kerja sama itu yang dilanjutkan dengan camilan dan kopi untuk meredakan siang yang sedikit menyengat itu.

"Kalau begitu saya permisi tuan, masih ada janji lain yang harus saya lakukan." Pamit Rey beranjak dari duduknya.

"Ah, tentu saja tuan Rey. Anda memang seperti yang dirumorkan. Pekerja keras." Puji pria paruh baya itu.

"Terima kasih." Jawab Rey ingin menyudahi basa-basi penjilat itu. Dia tak peduli dengan watak seseorang asal kerja sama mereka memberikan keuntungan yang besar.

"Kemana lagi kita?" Tanya Rey terlihat bosan dan tak bersemangat.

"Pertemuan dengan perusahaan ABC untuk membahas kerja sama beberapa bulan lalu. Ada hal yang harus mereka bahas dan ingin bertemu langsung dengan pimpinan langsung yaitu anda." Jelas Aldi.

"Perusahaan ABC?" Rey berbalik menatap Aldi yang menganggukkan kepalanya yakin dengan ucapannya.

"Benar tuan muda. Perusahaan ayah anda." Rey kembali berbalik untuk melanjutkan langkahnya menuju parkiran mobilnya berada. Dia mencerna perkataan sang asisten.

"Apa beliau tahu?"

"Tidak."

"Jadi, siapa yang akan menemui kita?"

"Saya dengar manager dan sekretarisnya pak Reno."

"Kenapa bukan CEO mereka yang datang?" Kesal Rey merasa direndahkan karena atasan mereka langsung tidak turun tangan langsung merasa dia direndahkan.

"Reno adalah manager yang berbakat, semua proyek perusahaan ABC dipegang olehnya dan hampir semua berhasil. Apalagi bagian keuangan yang membuat rencana detail dan dapat dipercaya." Jelas Aldi.

"Kau yakin?" Mobil mulai melaju ke tempat tujuan mereka selanjutnya. Di sebuah mall besar. Mereka sudah reservasi restoran terkenal di mall tersebut karena pembahasan mereka juga tentang perkembangan mall itu sendiri.

"Saya sudah menelusuri secara menyeluruh tentang perusahaan yang bekerja sama dengan kita." Jawab Aldi yakin membuat Rey terdiam tak banyak protea lagi. Dia percaya sepenuhnya pada kinerja Aldi yang memang benar-benar berkompeten dan profesional. Meski mereka adalah sahabat di masa kuliah S2 nya di negara asal kakek neneknya.

Mobil Rey berhenti di depan mall terkenal di ibukota tersebut. Rey turun diikuti Aldi untuk menuju restoran tempat mereka bertemu. Sementara sopir memarkirkan mobilnya di parkiran basemen mall tersebut.

Rey menatap sekeliling mall melihat perkembangan mall sesuai dengan laporan yang dibawa Aldi sesuai dengan apa yang dilihatnya saat ini. Mall terlihat ramai dan berkembang pesat, dilihat dari banyaknya pengunjung dari kalangan atas, menengah dan bawah. Semua masyarakat bisa menjangkaunya.

"Mari tuan muda!" Tunjuk Aldi untuk masuk ke dalam restoran yang dimaksud tadi. Namun Rey terlihat membeku di tempatnya berdiri melihat seseorang di masa lalu yang terlihat familiar di matanya. Meski tahun sudah berganti lebih dari lima tahun yang lalu tapi Rey tetap bisa mengenali wajah itu.

Rey tak mungkin lupa padanya. Cinta pertamanya di masa lalu yang tidak bisa digapainya. Juniornya di kampus yang diam-diam dikaguminya hingga ditaksirnya dalam diam. Dulu dia sangat pendiam dan pemalu. Hingga mendekati gadis yang dicintainya saja dia tidak berani. Hingga dia ingin memberanikan diri untuk menyatakan cintanya pada gadis itu setelah hampir wisuda S1 nya, Rey harus menelan kekecewaan yang begitu dalam.

Dia melihat gadis itu tengah berciuman mesra dan panas dengan seorang pria di kampus yang sama. Namun karena tubuh pria itu membelakangi tubuhnya dia tidak tahu betul siapa pria itu. Terlihat keduanya begitu menikmati ciuman panas sepasang kekasih. Hingga suara serak gadis itu terdengar jelas di telinganya.

"Aku juga mencintaimu." Jawab Karina menatap pria itu dan kembali berciuman.

Rey menjatuhkan bunga mawar pink nya yang katanya itu adalah bunga kesayangan gadis yang dicintainya itu. Kekecewaan terasa mendalam di relung hati Rey yang baru saja merasakan indahnya mencintai seseorang. Namun dia harus rela kecewa dan terlambat satu langkah dia pria itu. Dan nyatanya mereka juga saling mencintai. Pantas saja keduanya sedikit mencurigakan saat Rey tidak sengaja memergoki mereka mencuri pandang malu-malu.

Seharusnya Rey peka sejak awal dengan tingkah keduanya. Sehingga Rey bisa menghentikan perasaannya sejak awal. Namun semua terlambat. Benar kata orang, cinta pertama tidak pernah berhasil. Itulah petuah yang selalu berkeliaran di benak Rey saat itu.

Hingga dia pun memutuskan untuk pergi untuk melanjutkan pendidikan S2 nya di negara asal kakek dan neneknya di Beland*.

"Tuan muda."

"Tuan muda."

Pluk

"Ya?" Sentak Rey tanpa sadar membuyarkan lamunan tentang masa lalunya.

"Mereka sudah datang tuan muda." Beri tahu Aldi menggelengkan kepalanya tak percaya melihat tuan mudanya masih sempat melamun.

"Ayo!"

"Apa yang anda lihat?"

"Bukan urusanmu." Aldi melotot mendengar jawaban sarkas Rey.

Cklek

"Apa kabar tuan Rey?" Sapa pak Reno langsung berdiri dari tempat duduknya menyambut kedatangan presiden direktur perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaannya.

"Silahkan duduk!" Ucap Aldi, Rey langsung duduk tak membalas basa-basi Reno. Dia masih terbawa lamunan masa lalunya tadi.

"Maaf saya terlambat." Suara familiar yang menginterupsi mereka membuat tubuh Rey membeku dan menegang. Entah kenapa kegugupan itu dia alami lagi. Seolah langsung merespon saat mendengar suara yang sejak dulu membuatnya tegang dan kaku sesaat.

"Maaf tuan..."

"Rey dan saya asistennya Aldi."

"Oh selamat datang tuan Rey dan tuan Aldi. Maaf saya dari toilet sebentar tadi." Sapa Karina sopan dengan menundukkan kepalanya menghormati orang penting di depannya itu. Dan entah kenapa Karina merasa familiar dengan wajah di depannya ini. Meski kaca mata yang menutupi wajah Rey, dia yakin pernah bertemu pria itu.

Hingga akhirnya Reno menyenggolnya untuk duduk di tempatnya. Suara Aldi yang menjawab permintaan maaf Karina tenggelam dalam angan-angan Karina.

"Apa kita bisa segera dimulai?" Tanya Reno yang melihat Rey terus menatap wajah Karina dengan tajam. Seolah menelanjangi sosok Karina yang datang terlambat saat pertemuan mereka.

Lamunan Rey langsung buyar saat Aldi menyenggol paha Rey.

"Silahkan!" Jawab Rey tegas masih berusaha melirik Karina yang terlihat risih dan merasa bersalah ditatap lekat Rey.

Reno pun menunjuk Karina untuk menjelaskan tentang perkembangan proyek mall kerja sama mereka. Sebelum Reno menginterupsi lebih dulu kalau Karina adalah manager keuangan yang mengurus dana proyek mall kerja sama tersebut. Karena sekretarisnya sedang tidak enak badan dan akan lebih meyakinkan kalau yang menjelaskan langsung dari bagian keuangan itu sendiri.

"Begitulah laporan saya tentang proyek tersebut. Saya sudah membuat rekapan tentang apa yang saya sampaikan tadi. Anda bisa mengeceknya dan menanyakan langsung jika ada yang tidak dimengerti." Jelas Karina tegas sesekali menatap Rey yang tidak melepaskan pandangannya darinya saat presentasinya. Dan Karina lama-lama menjadi risih dan tidak nyaman.

"Kurasa sudah cukup jelas penjelasannya. Jika ada yang ingin saya tanyakan apakah bisa saya menghubungi and langsung nona Karina?" Ucap Rey setelah melihat laporan keuangan tersebut dan beralih menatap Karina.

Sebenarnya laporan keuangan tersebut sudah sangat jelas dan detail. Rey suka dengan semua itu. Namun entah kenapa dia merasa perlu alasan untuk menghubungi Karina lagi dengan alasan pekerjaan. Meski dia tahu cincin mahal yang tersemat di jari manisnya pertanda gadis ini sudah menjadi milik orang lain membuat Rey menjadi egois sedikit saja.

"Silahkan tuan! Ini kartu nama saya." Jawab Karina menyerahkan selembar kertas pada Aldi yang duduknya memang lebih dekat dengan Karina ketimbang Rey.

Aldi terdiam melihat Rey langsung menyahut kartu nama tersebut sebelum Aldi mendahuluinya. Meski semua orang yang ada disitu menatap aneh dan heran pada Rey. Namun Rey tidak peduli. Dia masih mencintai gadis atau wanita ini.

.

.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!