Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Tanda waktu pulang kantor tempat Karina bekerja. Dia pun bersiap untuk pulang setelah menyelesaikan laporan keuangan yang akan diserahkan pada atasannya pak Reno.
"Tak terasa sudah jam empat sore." Ucap suara tekan kerja Karina di sebelah mejanya yang bernama Dina.
"Aku juga sudah selesai dengan laporanku. Dan itu artinya aku pulang cepat hari ini." Jawab Karina penuh semangat.
"Sepertinya kau senang sekali tidak lembur?" Sahut Angel menatap Karina sengit. Rekan kerja Karina yang begitu membencinya. Entah karena apa, yang jelas Karina lebih cantik dari Angel dengan wajah polos tanpa make up nya. Sedang Angel cantik karena polesan make up yang sangat tebal.
"Kau benar." Jawab Karina setengah menyindir meski niatnya tidak seperti itu masih menampilkan senyumannya meski dia tidak suka. Tapi rekan kerjanya itu sangat sensi dengannya.
"Huh." Sebal Angel melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai dan itu artinya dia harus lembur. Dan hanya dia, semua temannya sudah selesai dan bersiap pulang.
.
.
"Aku pulang dulu." Pamit Karina pada Dina saat mereka sampai di tempat parkir menuju sepeda motor mereka masing-masing.
"Bye." Sapa balik Dina memakai helmnya.
Karina melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dia tidak sabar untuk pulang ke apartemennya. Meski bukan apartemen mewah, tapi dia membelinya dengan hasil kerjanya selama bekerja tiga tahun ini. Meski dia juga mampu membeli mobil, namun Karina lebih nyaman memakai motor. Tidak terjebak macet.
Apalagi kabar terakhir kemarin, kekasihnya yang sedang menuntut ilmu di negeri paman Sam akan pulang setelah wisudanya sebulan lalu. Semakin membuat Karina bahagia. Sudah hampir dua tahun mereka melakukan hubungan jarak jauh. Namun keduanya tetap berjanji untuk berkomitmen saling percaya dan saling mencintai.
Karina percaya kekasihnya tak akan pernah mengkhianati, sudah dua setengah tahun hubungan mereka terjalin. Hingga setelah setengah tahun Karina harus rela LDR karena pendidikan S2 yang harus ditempuh kekasihnya.
Mereka berkenalan setelah Karina bekerja di perusahaan tempatnya bekerja saat ini. Dan ternyata mereka satu sekolah saat sekolah menengah atas namun beda kelas. Sejak dulu kekasihnya sudah mengaguminya dan saat bertemu kembali. Dia langsung mengutarakan perasaannya pada Karina.
Meski penolakan berkali-kali dialami, dia tetap tidak menyerah untuk mendekati Karina. Dan setelah tiga bulan pendekatan dan menunjukkan ketulusannya, Karina pun luluh dan mereka pun jadian. Hingga pendidikan itu membuat keduanya terpaksa berpisah. Dan setiap setahun sekali kekasihnya selalu menyempatkan mengunjunginya.
"Hai sayang." Sapa pesan dari nomer ponsel kekasih Karina.
"Hai juga sayang." Sapa balik Karina dengan wajah memerah karena malu padahal kekasihnya tidak bisa melihat wajahnya yang malu-malu.
"Aku pulang." Senyum cerah Karina semakin cerah saja membaca pesan tersebut. Antara percaya dan tidak percaya membaca pesan tersebut pagi tadi.
"Benarkah?" Tanya Karina disertai emoticon senyum bahagia.
"Tunggu aku sore nanti! Aku akan ke apartemenmu dulu." Senyum Karina melebar lagi hingga dia ingin berteriak kegirangan meski harus ditahan karena sedang berada di area kantor, apalagi baru saja mulai jam kerjanya.
"Aku akan menunggumu sayang." Jawaban Karina yang terdengar lebay diiringi balasan pesan emoticon tawa bahagia membuat keduanya melebarkan senyumnya.
Yang itu artinya, mereka tidak akan LDR lagi tapi akan selalu bersama di negara tanah air ini.
Senyum Karina terus terkembang selama perjalanan. Dia mampir ke supermarket dekat apartemennya untuk belanja. Dia berencana untuk makan malam bersama di apartemennya dengan masakannya.
"Aku akan masak makanan kesukaannya." Guman Karina berkeliling di supermarket tersebut untuk mencari apa yang dicarinya.
Tak sampai setengah jam, Karina sudah membayar di kasir dan segera pulang untuk mulai memasak. Setelah berganti pakaian dengan pakaian rumahan, Karina menggelung rambutnya berbentuk cepol ke atas dan mulai unboxing belanjanya.
Karina berencana membuat gurame bakar, sambal terasi dan cah kangkung. Itu adalah menu favorit kekasihnya. Meski dia tidak begitu menyukai gurame bakar, dia akan melakukannya untuk kekasih tercintanya. Dia juga menggoreng ayam goreng untuk dirinya sendiri.
Sudah hampir satu jam Karina berkutat di dapur minimalis apartemennya. Semua masakan akhirnya selesai. Namun belum ada tanda-tanda kalau kekasihnya akan segera datang. Dia pun memilih untuk membersihkan tubuhnya setelah memasak terasa lengket.
Bel pintu apartemen berbunyi, Karina segera berlari ke depan setelah menyelesaikan make up tipis naturalnya yang tidak sempat menggerai rambutnya. Meski mereka kekasih, kekasihnya tidak tahu apa password pintu apartemen Karina. Bukan Karina tak mau memberi tahunya. Tapi kekasihnya takut akan kebablasan. Dia berpikir nanti saja setelah melamarnya.
Bel pintu berbunyi lagi tidak sabaran membuat Karina berteriak.
"Iya... Sebentar." Teriak Karina sambil berlari ke arah pintu depan.
Cklek
Niat hati ingin berteriak menyambut kedatangan kekasihnya namun bukan kekasihnya yang datang. Sebuah buket bunga mawar berwarna pink yang besar sampai menutupi wajah sang kurir.
"Maaf?" Tanya Karina merubah raut wajah kecewanya.
"Paket." Suara kurir tersebut.
"Dari siapa pak?" Tanya Karina penasaran. Dia merasa tidak memesan itu atau akan ada seseorang yang memberinya.
"Silahkan diterima dulu!" Ucap kurir tersebut.
"Oh iya." Karina terlihat kesusahan membawanya karena memang sangat besar. Dia sempat berpikir apabila bunga itu diganti bunga bank saja. Namun pikiran konyolnya segera ditepis saat kurir tersebut membuka topi dan maskernya. Sejenak Karina masih loading menatap wajah familiar di depannya tersebut.
"Tak merindukanku?" Ucap pria itu merentangkan kedua tangannya dengan senyum lebar bahagianya penuh kerinduan.
"Sayang." Karina langsung melompat menerjang pria yang ternyata adalah kekasihnya tersebut yang menyamar sebagai kurir tadi.
"Ukh." Pria itu terlihat kualahan saat menerima terjangan pelukan sang kekasih hati yang dirindukannya.
"Kau jahat." Isak Karina menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kekasihnya merasa terharu. Dan bunga tadi entah dimana, jatuh di bawah karena Karina melingkarkan kedua kakinya di pinggang kekasihnya.
Tentu saja kekasihnya itu tidak keberatan membopong tubuh ramping bahkan terlihat kurus itu dengan enteng. Dia hanya terkejut dengan reaksi agresif kekasihnya yang tidak ditemui setahun ini. Meski begitu video call sering mereka lakukan hampir setiap malam kalau Karina tidak lembur.
"Maaf." Bisik pria itu mengecup pucuk kepala Karina.
.
.
Kini keduanya sudah saling mencium, mel**at dan bertarung bibir dan lidah di sofa ruang tamu apartemen Karina. Entah kemana bunga itu tadi, pria itu menutup pintu depan dengan kakinya karena dia membopong Karina agar tidak jatuh.
Pergulatan bibir dan lidah itu tidak berhenti disana. Bibir kekasihnya mulai menjalar turun ke bawah memberikan kenikmatan karena desa**n Karina yang memenuhi ruang tamu yang menyatu dengan dapur tersebut.
Karina mendongak seolah memberikan akses pada kekasihnya untuk mengeksplornya. Hingga kancing dress Karina sudah terbuka semua dengan menampilkan dada kembar Karina yang dikecup dan dijil** bergantian oleh bibir kekasihnya.
Desa**n dan eran**n terdengar di sudut ruangan membuat pria semakin bersemangat. Hingga sesuatu menonjol di balik celana membuat pria itu menghentikan kulu**nnnya di dada kembar Karina.
Keduanya saling menatap seolah meminta untuk melakukan lebih dari itu. Pandangan mata sayu dan nafsu pada keduanya membuat pria itu mengecup singkat bibir Karina.
"Sudah cukup. Aku ingin menikmatinya saat malam pertama nanti." Ucap Pria itu membuat seketika hati Karina menghangat. Meski sebenarnya dia sudah siap menyerahkan harta berharganya untuk kekasihnya itu namun dia bahagia karena diperlakukan seberharga itu olehnya.
"I love you." Bisik Karina memeluk tubuh prianya.
"I love you too." Bisik balik pria itu.
.
.
TBC
Hai-hai... Ini novel baruku. Semoga suka.
Baca terus semua karyaku.
Beri semangat dan dukungannya
Terima kasih
.
.
"Terima kasih sayang. Ini enak sekali." Ucap Bryan, kekasih Karina tersenyum menatap Karina.
"Kau suka?" Tanya Karina.
"Sangat." Jawab Bryan tersenyum sambil menghabiskan suapan terakhirnya.
"Aku khusus masak ini untukmu." Ucap Karina.
"Terima kasih sayang. Kau membuatku tersanjung. Kurasa..." Belum selesai Bryan menyelesaikan ucapannya ponselnya tiba-tiba berbunyi. Bryan hanya melirik yang diikuti tatapan Karina seolah bertanya siapa.
"Mami." Jawab Bryan enteng tanpa mengangkatnya.
"Kenapa tidak kau angkat?"
"Malas."
"Yak!" Bryan malah tertawa melihat pelototan kekasihnya.
"Aku ingin menghabiskan waktu kita berdua." Ucap Bryan mendekatkan kursinya mendekati kursi Karina.
"Bagaimana dengan kuliahmu?" Tanya Karina menatap Bryan yang meraih jemari tangannya.
"Baik. Dan selesai dengan baik. Kenapa kau bahas kuliahku? Bagaimana denganmu? Apa kau punya kekasih baru?" Canda Bryan menggoda.
"Yak. Kau kira aku serendah itu? Kau sendiri, bukankah disana negara bebas apalagi mengenai se*?" Tanya balik Karina dengan candaannya balik.
"Huh..."
"A-ada apa?" Tanya Karina menahan nafasnya melihat wajah muram kekasihnya. Terus terang dia belum sanggup mendengar kenyataan yang bersifat curang.
"Kau benar, disana se* bebas sering terjadi. Dan aku..." Bryan menoleh menatap wajah muram kekasihnya ingin mengeluarkan tawanya karena berhasil menggoda kekasihnya tersebut namun dia menahannya sebentar.
"Si-siapa wanita itu? Ah tidak, berapa banyak wanita..." Karina mengalihkan pandangannya ke arah lain tak sanggup untuk mendengar lanjutan cerita Bryan. Dia berusaha melepaskan tautan jemari tangannya dari jemari tangan besar Bryan. Namun Bryan menahannya semakin erat.
"Hanya satu wanita saja. Dan itu..." Karina mendongak merasakan matanya mulai berkaca-kaca.
"Sayang." Bryan beranjak dari tempat duduknya dan segera meraih Karina yang juga beranjak meninggalkan tempat duduknya.
"A-aku akan membersihkan meja dulu." Hati Karina terasa sesak, sesaat dia menyesali ciuman panas mereka tadi karena mendengar cerita kekasihnya yang bahkan tidak sanggup dia dengar padahal cerita belum usai.
"Hei... Kau kenapa? Dengarkan aku dulu!" Bryan menarik tautan jemari tangannya dan meraih tubuh Karina ke dalam pelukannya.
"Hanya satu wanita itu yaitu kau. Bukan orang lain."
Loading.. otak Karina tiba-tiba lambat untuk berpikir. Dia masih terdiam membeku di dalam dekapan erat Bryan. Hingga akhirnya Bryan melepas dekapannya dan menatap Karina intens yang terlihat melamun dengan pandangan mata masih mencerna.
Tiba-tiba saja Bryan berjongkok di depan Karina sambil menyodorkan sebuah kotak cincin dan membukanya.
"Aku tak mampu berkata-kata apa-apa. Hanya satu yang kuinginkan sejak dulu yaitu kau. Maukah kau menikah denganku sayangku, Karina Melasari?" Sontak Karina menutup mulutnya tak percaya menerima lamaran dari kekasihnya. Ini sungguh sangat diluar ekspektasinya. Bahkan tadi dia mulai goyah saat kekasihnya mengatakan iya tentang se* bebas yang terjadi di negeri tempatnya kuliah dan dia sempat terlibat.
Namun semuanya langsung menguap bagai angin membuat sesak di dadanya mulai menghilang berganti dengan bunga-bunga yang terasa bermekaran di dalam dadanya dan kupu-kupu terbang di perutnya. Bahagia... Itulah yang dirasakannya saat ini. Bahkan tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipi.
"Ya... Aku mau." Jawab Karina membuat Bryan tersenyum bahagia sambil memasangkan cincin kecil bertahta berlian yang besar dan sangat indah di jemari manis sang kekasih.
"Aku mencintaimu sayang. Hanya kamu." Ucap Bryan sambil memeluk erat tubuh Karina setelah menyematkan cincin tersebut yang sangat pas karena memang Bryan sudah menyiapkan sejak wisudanya di negeri paman Sam tersebut.
"Aku juga mencintaimu sayang. Sangat." Keduanya berpelukan bahagia.
.
.
Sementara itu.
"Tuan muda yakin akan pulang?" Tanya sang asisten pribadi pria tersebut sambil menarik kopernya menuju gate penerbangan.
"Hmm."
"Bukankah anda berjanji tidak akan kembali lagi?" Tanya pria itu lagi.
"Entahlah."
"Apa biar saya saja yang kembali tuan?" Tawar Asisten tersebut.
"Kenapa kau cerewet sekali sih?" Kesal pemuda itu menatap tajam pria yang sejak tadi mengikutinya itu.
"Saya hanya mencemaskan tuan muda." Bantah pria itu.
"Bisa kau diam saja dan ikuti aku!" Kesal pemuda itu menatap tajam menghentikan langkahnya.
"Anda yakin tidak akan bertemu dengannya nanti?" Pemuda itu menghembuskan nafas kasar menatap tajam pria yang sudah mendampinginya tiga tahun belakangan ini. Tapi pria itu sangat cerewet dan ingin sekali dia melemparnya jauh namun pekerjaannya yang selalu sempurna membuat pemuda itu urung melengserkan sang asisten.
"Apa aku sebodoh itu tidak bisa move on?" Ucap pemuda itu garang.
"Jangan mencari saya jika anda nanti bersedih!"
"Yak!" Serunya membuat semua orang yang ada di gate penerbangan menatap aneh padanya. Apalagi sang asisten hanya menunjukkan wajah datar tanpa rasa bersalah setelah membuat emosi tuan mudanya.
Keduanya sudah masuk di dalam pesawat, segera mencari tempat duduknya yang bersebelahan di kelas bisnis. Pemuda itu membuka laptopnya sebentar sebelum pesawat lepas landas. Sekaligus mengecek beberapa pekerjaannya sebelum meninggalkan negara penghasil keju tersebar di dunia itu.
"Perhatian-perhatian, pesawat akan segera lepas landas. Segera matikan semua barang elektronik anda. Terima kasih."
Pemuda itu menutup laptopnya setelah mematikannya. Dan dia pun memilih untuk memejamkan matanya untuk mengistirahatkan diri sejenak. Setelah semalaman mengerjakan pekerjaannya yang mendesak dan akhirnya dia pun memutuskan untuk pulang ke tanah air karena permintaan ayahnya yang kini sudah memiliki keluarga sendiri setelah kematian ibunya karena sakit lima tahun lalu.
Kalau saja bukan karena sekaligus mengurus pekerjaannya, dia tak akan pernah mau untuk pulang ke tanah air. Dia sudah memberikan kepercayaan kepada orangnya untuk mengurus perusahaan peninggalan ibunya. Bahkan ayahnya dengan baik hatinya tidak mau ikut campur, karena dia memiliki perusahaan sendiri yang dibangun setelah ibunya meninggal.
Reynaldi Erza Setyawan, pemuda berusia dua puluh tujuh tahun. Putra pasangan Arwana Gio Atmajaya dan Brenda Christin Setyawan. Nama Reynaldi membawa marga ibunya karena dia dirawat neneknya sejak kecil karena kesibukan kedua orang tuanya bekerja. Bahkan keduanya pergi ke Beland* untuk bekerja. Brenda yang warga keturunan dengan ayah Beland* dan ibu Indonesia terpaksa pulang ke tanah air ikut ibunya karena ayahnya meninggal karena sakit. Yaitu kakek Reynaldi. Sehingga Brenda ikut orang tuanya di tanah air hingga menikah dengan Arwana dan dikaruniai seorang putra yaitu Reynaldi.
Karena suatu masalah setelah melahirkan, dokter memvonis kandungan Brenda bermasalah dan terpaksa diangkat rahimnya. Hingga entah sejak kapan, ayahnya menyatakan menikah lagi setelah ibunya meninggal dan tiba-tiba datang memperkenalkan seorang wanita dengan anak laki-laki usia dibawahnya.
"Mereka akan menjadi ibu dan adikmu." Tentu saja Rey marah dan memilih pergi meninggalkan ayahnya untuk tinggal bersama neneknya yang pulang ke Beland* karena warisan kakeknya yang tidak bisa ditinggal begitu saja karena kakeknya adalah anak tunggal. Dan sampai saat ini Rey lah yang mengelola perusahaannya dan semakin berkembang hingga dia mampu membuka cabang di tanah air.
.
.
TBC
Bryan melirik jam tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dia harus pamit jika tidak ingin kebablasan. Sejak tadi kekasihnya menempel padanya saat ketakutan menonton film horor di televisi. Hal itu bukannya membuat Bryan menenangkannya, namun sesuatu yang lain dari tubuhnya ikut tidak tenang. Apalagi sebelumnya mereka sempat bercumbu mesra meski hanya sebatas bagian atas.
"Aku harus pulang." Ucap Bryan.
Karina sontak menoleh menatap Bryan dengan wajah seriusnya.
"Baiklah." Jawab Karina meski dengan tatapan tak rela. Sebenarnya dia ingin ditemani semalaman oleh kekasihnya, tak apa jika harus menginap, toh mereka tidak melakukan hal lebih. Apalagi Bryan sudah melamarnya tadi, itu artinya hubungan mereka akan segera resmi ke jenjang berikutnya.
"Besok aku akan datang lagi." Ucap Bryan seolah tahu apa yang dipikirkan kekasihnya. Karina diam menatap lekat wajah kekasihnya, dia mungkin berharap wajah itu akan datang ke dalam mimpinya.
Grep
"Aku masih merindukanmu." Karina mendekap lagi tubuh Bryan.
"Aku pun sama. Tapi sesuatu yang lain tidak bisa diajak kompromi, aku tak mau merusakmu. Kau sangat berharga bagiku." Ucap Bryan mengelus lembut rambut belakang sepinggang Karina.
Karina malah menduselkan wajahnya ke ceruk leher Bryan membuat Bryan kualahan menahan hasratnya yang tadinya sudah mulai redup namun bangkit lagi.
"Sayang, kumohon!" Bisik Bryan parau dengan suara mulai serak-serak basah.
"Lakukanlah!" Lirih Karina dalam dekapan itu.
"Tidak. Aku akan memilikimu dengan sempurna, di saat yang tepat. Dan saat itu, aku tak akan pernah melepaskanmu." Bisik Bryan menggoda membuat Karina tersipu menyembunyikan wajahnya lagi semakin dalam ke ceruk leher Bryan.
"Sayang."
"Pergilah! Hati-hati di jalan! Kabari aku jika sudah sampai!" Bryan merasa kehilangan saat Karina melepaskan dekapannya, namun dia benar-benar ingin menjaga kekasihnya.
"Bahkan orang tuaku belum tahu kalau hari ini aku pulang ke tanah air." Beri tahu Bryan dengan senyum tenang khasnya. Karina sontak melotot tak percaya.
"Benarkah? Panggilan mamimu tadi pasti bertanya-tanya tentangmu? Maaf aku menahanmu terlalu lama sayang." Ucap Karina penuh penyesalan.
"Tidak masalah, aku mengatakan pada mami kalau aku akan kembali besok." Jelas Bryan sambil mengedikkan bahunya acuh.
"Kau sungguh anak durhaka. Seharusnya kau mendatangi mamimu dulu?" Kesal Karina pura-pura.
"Tapi kau yang paling kurindukan." Ucap Bryan dengan wajah memelasnya.
Karina tertawa dan menatap penuh cinta pada kekasihnya yang baru saja melamarnya itu.
"Aku akan mengenalkanmu pada orang tuaku setelah aku bicara pada mereka nanti."
"Tidak!" Sontak Karina berteriak entah marah, senang atau lainnya.
"Kenapa?" Tanya Bryan yang salah paham dengan teriakan Karina.
"Bukan, maksudku aku belum siap. Bagaimana kalau orang tuamu tidak menyukaiku dan tidak merestui kita?" Tanya Karina tiba-tiba deg deg an.
"Itu akan jadi urusanku. Karena aku hanya ingin menikah denganmu." Ucapan Bryan membuat Karina meleleh merasa terharu dengan rasa mendalam pria selisih satu tahun dengannya itu.
"Aku semakin mencintaimu." Ucap Karina kembali memeluk.
"Aku lebih mencintaimu sayang." Ucap balik Bryan membalas pelukan kekasihnya.
.
.
"Selamat datang tuan muda kedua." Sapa seorang pria paruh baya berdiri di dekat pintu depan seolah memang menunggu kedatangan Bryan untuk menyapa.
"Dimana mami dan papi?" Tanya Bryan pada pria paruh baya bernama Albert itu. Seorang pelayan membantunya juga melepas coat nya dan kopernya untuk dibawa ke kamarnya di lantai dua.
"Tuan besar dan nyonya besar sudah istirahat di kamarnya tuan muda." Jawab Albert sopan dan tegas.
"Aku akan menyapa mereka besok pagi saja." Jawab Bryan melangkah ke dalam mansion orang tuanya untuk menuju kamar yang selama dipakainya sejak kecil.
"Apa tuan muda mau disiapkan makan malam?" Tanya Albert masih mengikuti langkah Bryan.
"Tidak perlu. Aku mau mandi dan langsung istirahat saja. Kalian istirahatlah juga!" Jawab Bryan ramah menuju kamar pribadinya.
"Baik tuan muda." Jawab Albert sopan dan berbalik kembali ke arah kamarnya di lantai satu.
Bryan masuk ke dalam kamarnya yang sudah ditinggalkan setahun yang lalu. Dia menatap sekeliling kamar yang masih sama seperti sebelum dia meninggalkannya. Bryan membuka pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya.
Air hangat di bath tub sudah disiapkan tak lupa dengan aroma wewangian aroma terapi yang begitu menenangkan pikirannya. Bryan masuk ke dalam bath tub memilih untuk berendam mencari ketenangan. Bayang wajah kekasihnya yang menatapnya penuh cinta terbayang di benaknya membuat Bryan tersenyum dan 'adik kecilnya' berdiri tegak di bawah sana.
"****." Umpat Bryan melirik sesuatu yang bangun di bawah tubuhnya itu. Ingin sekali dia menembus milik berharga kekasihnya namun dia masih waras untuk tidak melakukannya karena dia terlalu mencintai gadis yang menjadi kekasihnya sejak dua setengah tahun yang lalu itu.
Dia tahu Karina tidak pernah mengkhianati selama dia menuntut ilmu di negeri paman Sam namun pandangan mata semua lelaki yang melihatnya ingin sekali dia congkel karena menatap Karina penuh hasrat. Padahal pakaian yang dikenakan Karina masih tergolong sangat tertutup dan tak menunjukkan lekuk tubuhnya. Tapi memang dasarnya Karina sangat cantik dengan wajah blasterannya.
Tapi Karina tak tahu siapa orang tuanya. Dia sejak masih bayi sudah tinggal di panti asuhan tempatnya tinggal sebelumnya.
Bagaimana Bryan bisa tahu tentang keseharian Karina? Ya, dia memang menempatkan seseorang untuk melindungi Karina dari apapun. Meski dia percaya padanya, di melakukannya tidak semata-mata untuk mengawasi setiap harinya. Namun dia tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada kekasihnya terutama para kumbang yang menatapnya penuh minat.
"Aku bisa gila kalau kembali jauh darimu sayang." Guman Bryan mengurut 'adik kecilnya' sambil membayangkan wajah kekasihnya. Dia sudah berdiri di bawah shower kamar mandi sambil berfantasi se* membayangkan wajah Karina dengan mengurut kecil sesuatu di bawah sana.
"Oh sayang.. Oh... ah...aahhh..." Erangan panjang terdengar di dalam kamar mandi tersebut setelah berhasil melampiaskan hasratnya yang sejak tadi membumbung tinggi di benaknya.
"Aku mencintaimu Karin." Guman Bryan dengan nafas tersengal sambil membuang calon benihnya yang berharga.
Bryan segera melanjutkan mandinya karena merasa tubuhnya lelah setelah perjalanan penerbangannya yang tidak sebentar tadi. Besok dia ingin mengutarakan niatnya untuk melamar kekasihnya. Dan Bryan tidak sabar untuk menikah dengan kekasihnya yang dicintainya tersebut.
"Aku tak sabar menjadikanmu milikku sayang." Guman Bryan menatap tubuhnya yang hanya memakai celana boxer dengan bertelanjang dada. Dia menatap kagum tubuhnya yang sixpack membuatnya semakin merasa percaya diri untuk memperistri kekasihnya.
.
.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!