Bryan melirik jam tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dia harus pamit jika tidak ingin kebablasan. Sejak tadi kekasihnya menempel padanya saat ketakutan menonton film horor di televisi. Hal itu bukannya membuat Bryan menenangkannya, namun sesuatu yang lain dari tubuhnya ikut tidak tenang. Apalagi sebelumnya mereka sempat bercumbu mesra meski hanya sebatas bagian atas.
"Aku harus pulang." Ucap Bryan.
Karina sontak menoleh menatap Bryan dengan wajah seriusnya.
"Baiklah." Jawab Karina meski dengan tatapan tak rela. Sebenarnya dia ingin ditemani semalaman oleh kekasihnya, tak apa jika harus menginap, toh mereka tidak melakukan hal lebih. Apalagi Bryan sudah melamarnya tadi, itu artinya hubungan mereka akan segera resmi ke jenjang berikutnya.
"Besok aku akan datang lagi." Ucap Bryan seolah tahu apa yang dipikirkan kekasihnya. Karina diam menatap lekat wajah kekasihnya, dia mungkin berharap wajah itu akan datang ke dalam mimpinya.
Grep
"Aku masih merindukanmu." Karina mendekap lagi tubuh Bryan.
"Aku pun sama. Tapi sesuatu yang lain tidak bisa diajak kompromi, aku tak mau merusakmu. Kau sangat berharga bagiku." Ucap Bryan mengelus lembut rambut belakang sepinggang Karina.
Karina malah menduselkan wajahnya ke ceruk leher Bryan membuat Bryan kualahan menahan hasratnya yang tadinya sudah mulai redup namun bangkit lagi.
"Sayang, kumohon!" Bisik Bryan parau dengan suara mulai serak-serak basah.
"Lakukanlah!" Lirih Karina dalam dekapan itu.
"Tidak. Aku akan memilikimu dengan sempurna, di saat yang tepat. Dan saat itu, aku tak akan pernah melepaskanmu." Bisik Bryan menggoda membuat Karina tersipu menyembunyikan wajahnya lagi semakin dalam ke ceruk leher Bryan.
"Sayang."
"Pergilah! Hati-hati di jalan! Kabari aku jika sudah sampai!" Bryan merasa kehilangan saat Karina melepaskan dekapannya, namun dia benar-benar ingin menjaga kekasihnya.
"Bahkan orang tuaku belum tahu kalau hari ini aku pulang ke tanah air." Beri tahu Bryan dengan senyum tenang khasnya. Karina sontak melotot tak percaya.
"Benarkah? Panggilan mamimu tadi pasti bertanya-tanya tentangmu? Maaf aku menahanmu terlalu lama sayang." Ucap Karina penuh penyesalan.
"Tidak masalah, aku mengatakan pada mami kalau aku akan kembali besok." Jelas Bryan sambil mengedikkan bahunya acuh.
"Kau sungguh anak durhaka. Seharusnya kau mendatangi mamimu dulu?" Kesal Karina pura-pura.
"Tapi kau yang paling kurindukan." Ucap Bryan dengan wajah memelasnya.
Karina tertawa dan menatap penuh cinta pada kekasihnya yang baru saja melamarnya itu.
"Aku akan mengenalkanmu pada orang tuaku setelah aku bicara pada mereka nanti."
"Tidak!" Sontak Karina berteriak entah marah, senang atau lainnya.
"Kenapa?" Tanya Bryan yang salah paham dengan teriakan Karina.
"Bukan, maksudku aku belum siap. Bagaimana kalau orang tuamu tidak menyukaiku dan tidak merestui kita?" Tanya Karina tiba-tiba deg deg an.
"Itu akan jadi urusanku. Karena aku hanya ingin menikah denganmu." Ucapan Bryan membuat Karina meleleh merasa terharu dengan rasa mendalam pria selisih satu tahun dengannya itu.
"Aku semakin mencintaimu." Ucap Karina kembali memeluk.
"Aku lebih mencintaimu sayang." Ucap balik Bryan membalas pelukan kekasihnya.
.
.
"Selamat datang tuan muda kedua." Sapa seorang pria paruh baya berdiri di dekat pintu depan seolah memang menunggu kedatangan Bryan untuk menyapa.
"Dimana mami dan papi?" Tanya Bryan pada pria paruh baya bernama Albert itu. Seorang pelayan membantunya juga melepas coat nya dan kopernya untuk dibawa ke kamarnya di lantai dua.
"Tuan besar dan nyonya besar sudah istirahat di kamarnya tuan muda." Jawab Albert sopan dan tegas.
"Aku akan menyapa mereka besok pagi saja." Jawab Bryan melangkah ke dalam mansion orang tuanya untuk menuju kamar yang selama dipakainya sejak kecil.
"Apa tuan muda mau disiapkan makan malam?" Tanya Albert masih mengikuti langkah Bryan.
"Tidak perlu. Aku mau mandi dan langsung istirahat saja. Kalian istirahatlah juga!" Jawab Bryan ramah menuju kamar pribadinya.
"Baik tuan muda." Jawab Albert sopan dan berbalik kembali ke arah kamarnya di lantai satu.
Bryan masuk ke dalam kamarnya yang sudah ditinggalkan setahun yang lalu. Dia menatap sekeliling kamar yang masih sama seperti sebelum dia meninggalkannya. Bryan membuka pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya.
Air hangat di bath tub sudah disiapkan tak lupa dengan aroma wewangian aroma terapi yang begitu menenangkan pikirannya. Bryan masuk ke dalam bath tub memilih untuk berendam mencari ketenangan. Bayang wajah kekasihnya yang menatapnya penuh cinta terbayang di benaknya membuat Bryan tersenyum dan 'adik kecilnya' berdiri tegak di bawah sana.
"****." Umpat Bryan melirik sesuatu yang bangun di bawah tubuhnya itu. Ingin sekali dia menembus milik berharga kekasihnya namun dia masih waras untuk tidak melakukannya karena dia terlalu mencintai gadis yang menjadi kekasihnya sejak dua setengah tahun yang lalu itu.
Dia tahu Karina tidak pernah mengkhianati selama dia menuntut ilmu di negeri paman Sam namun pandangan mata semua lelaki yang melihatnya ingin sekali dia congkel karena menatap Karina penuh hasrat. Padahal pakaian yang dikenakan Karina masih tergolong sangat tertutup dan tak menunjukkan lekuk tubuhnya. Tapi memang dasarnya Karina sangat cantik dengan wajah blasterannya.
Tapi Karina tak tahu siapa orang tuanya. Dia sejak masih bayi sudah tinggal di panti asuhan tempatnya tinggal sebelumnya.
Bagaimana Bryan bisa tahu tentang keseharian Karina? Ya, dia memang menempatkan seseorang untuk melindungi Karina dari apapun. Meski dia percaya padanya, di melakukannya tidak semata-mata untuk mengawasi setiap harinya. Namun dia tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada kekasihnya terutama para kumbang yang menatapnya penuh minat.
"Aku bisa gila kalau kembali jauh darimu sayang." Guman Bryan mengurut 'adik kecilnya' sambil membayangkan wajah kekasihnya. Dia sudah berdiri di bawah shower kamar mandi sambil berfantasi se* membayangkan wajah Karina dengan mengurut kecil sesuatu di bawah sana.
"Oh sayang.. Oh... ah...aahhh..." Erangan panjang terdengar di dalam kamar mandi tersebut setelah berhasil melampiaskan hasratnya yang sejak tadi membumbung tinggi di benaknya.
"Aku mencintaimu Karin." Guman Bryan dengan nafas tersengal sambil membuang calon benihnya yang berharga.
Bryan segera melanjutkan mandinya karena merasa tubuhnya lelah setelah perjalanan penerbangannya yang tidak sebentar tadi. Besok dia ingin mengutarakan niatnya untuk melamar kekasihnya. Dan Bryan tidak sabar untuk menikah dengan kekasihnya yang dicintainya tersebut.
"Aku tak sabar menjadikanmu milikku sayang." Guman Bryan menatap tubuhnya yang hanya memakai celana boxer dengan bertelanjang dada. Dia menatap kagum tubuhnya yang sixpack membuatnya semakin merasa percaya diri untuk memperistri kekasihnya.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments