Ambarwati Briana Atmajaya, ibu kandung Bryan Adams Airlangga. Istri kedua Arwana Gio Atmajaya. Kenapa Bryan memakai nama Airlangga, itu adalah nama ayahnya yang sekarang entah dimana. Ibunya bilang kalau kedua orang tuanya sudah bercerai saat Bryan berusia dua tahun, dan Ambar memilih membawa Bryan untuk diurusnya karena orang tua ayah Bryan atau Kakek Bryan tidak setuju dengan hubungan keduanya karena status sosial Ambar yang jauh di bawah keluarga ayah kandung Bryan.
Hingga keduanya terpaksa berpisah karena keluarga ayah Bryan menjodohkan ayah Bryan dengan pilihan kakeknya yang kabar saat ini mereka sudah dikaruniai dua anak dan tinggal di luar negeri entah dimana. Meski begitu ayah Bryan tetap memberi nafkah pada putranya itu sebagai wujud kasih sayangnya pada putranya.
Dan itu syarat utama ayah Bryan pada kakek Bryan jika dia dipaksa untuk dijodohkan kalau tidak ayah Bryan memilih untuk meninggalkan keluarganya jika syarat utamanya tidak dikabulkan. Dan saat ini hubungan Bryan dengan keluarga ayahnya baik-baik saja meski pernikahan kedua orang tuanya tidak bisa bersatu. Hingga ibunya menikah dengan Arwana.
Pagi itu Ambar ikut membantu menyiapkan sarapan untuk keluarganya hingga akhirnya dia ingat pada putranya yang katanya pulang dari menuntut ilmu S2 nya.
"Oh ya Albert."
"Iya nyonya." Jawab Albert sopan menghentikan pekerjaannya untuk menjawab pertanyaan sang nyonya besar.
"Apa putraku sudah pulang semalam?"
"Sudah nyonya, beliau berada di kamarnya." Jawab Albert.
"Aku akan membangunkannya." Ambar hendak beranjak ke atas namun suara langkah kaki menuruni tangga menghentikannya.
"Selamat pagi mami." Sapa Bryan sudah bersiap rapi dengan pakaian casual dan blezer non formalnya.
"Kau nakal sekali ya? Tidak mengunjungi mamimu malah mampir? Kemana kau pergi setelah dari bandara kemarin?" Kesal Ambar pura-pura dengan kedua tangannya berkacak pinggang.
"Maaf mi, aku mampir ke suatu tempat dulu." Ucap Bryan penuh permohonan mencoba membujuk sang mami meski dia tahu itu hanya pura-pura.
"Dasar anak nakal." Kesal Ambar meski akhirnya memeluk putranya yang disayanginya itu.
"Bryan, kau seharusnya pulang dulu. Papi menjadi sasaran omelan mamimu semalaman." Sahut Arwana yang baru saja muncul dari kamarnya.
"Maafkan Bry pap." Bryan ganti menyapa papinya dan memeluknya erat ala lelaki. Pemandangan keluarga bahagia tersebut membuat Albert mengusap air mata di sudut matanya merasa terharu.
Seandainya tuan muda pertama ada disini, pasti akan lebih membahagiakan lagi. Batin Albert.
"Ayo kita sarapan!" Ajak Ambar ke meja makan diikuti kedua pria itu.
Mereka sarapan dengan nikmat tanpa ada yang bicara, karena aturan Arwana melarang siapapun untuk bicara saat makan.
"Kau punya rencana apa Bry?" Tanya Arwana setelah menyelesaikan sarapan mereka semua.
"Aku ingin mengenalkan seseorang pada kalian." Ucap Bryan memberi tahu setelah mengakhiri sarapannya juga. Senyum di bibirnya tidak pernah lepas dari bibirnya membayangkan wajah bahagia Karina.
"Apa dia kekasihmu?" Tanya Arwana tertawa senang menggodanya.
"Ah... Papi tahu saja?" Jawab Bryan malu-malu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, daun telinganya bahkan sudah memerah karena malu.
"Kau tidak lupa dengan bibit, bebet dan bobotnya kan sayang?" Sahutan suara Ambar membuat Bryan terdiam membeku. Dia lupa dengan aturan tidak tertulis ibunya tentang hal itu karena dia terlanjur terpikat dengan Karina.
"Mam, untuk apa semua itu kalau kita saling mencintai kan?" Arwana yang menjawabnya membuat Ambar tak menyahut. Tapi dia tetap bersikukuh dengan sikapnya.
"Papi benar." Jawab Bryan.
"Setidaknya kenalkan dulu pada kami." Ucap Arwana.
"Aku berencana mengajaknya makan malam kemari untuk bertemu kalian. Dan.. Ehm..
Dan aku ... A-aku sudah..." Entah kenapa Bryan menjadi gugup sekarang.
"Wah, sepertinya putra kita benar-benar jatuh cinta." Ucap Arwana tertawa senang namun tidak dengan Ambar, dia menatap tajam putranya tersebut. Dia belum merespon atau mungkin menyetujuinya.
"Mi."
"Kita lihat saja nanti." Jawab Ambar setelah ditegur suaminya. Dan perasaan Bryan tiba-tiba menjadi buruk setelah mendengar ucapan maminya, apalagi menunjukkan ketidak sukaannya pada Karina yang bahkan belum ditemuinya. Bahkan dia lupa dengan petuah ibunya jauh-jauh hari tentang calon istrinya kelak, kalau calon istrinya harus jelas bibit, bebet dan bobotnya.
.
.
"Kita langsung ke mansion tuan muda?" Tanya asisten tersebut setelah turun dari pesawat hendak menuju mobil yang sudah diutus untuk menjemputnya.
"Kita ke hotel!" Titah Rey setelah dia masuk ke dalam bangku penumpang di belakang.
"Baik tuan muda." Jawab sang sopir sopan, karena dia memang sopir kepercayaan Rey di tanah air untuk membantu orang kepercayaannya di tanah air mengurus perusahaannya.
"CK ck ck." Asisten Rey, Aldi berdecak kesal diacuhkan Rey karena dia bertanya sejak tadi bertanya tapi tidak dijawab, tapi saat sopir tersebut bertanya langsung dijawab.
"Kau sungguh pilih kasih bos." Kesal Aldi.
Rey memilih untuk memejamkan matanya, meski di pesawat tadi dia cukup beristirahat. Tapi tubuh lelahnya sepertimya tidak bisa diajak kompromi memilih untuk tidur lagi.
.
.
"Tuan muda."
"Tuan muda."
"Tuan Rey."
"Ya!" Rey gelagapan saat dibangunkan oleh Aldi karena tadi dia sedang bermimpi buruk, sangat buruk. Mimpi saat ayahnya memperkenalkan seorang wanita dan laki-laki kecil itu.
"Kita sudah sampai tuan muda." Beri tahu Aldi yang melihat keadaan Rey tidak baik-baik saja. Rey menatap keluar jendela, hotel milik keluarga ibunya yang masih tetap berdiri kokoh menjulang di depannya.
Rey segera turun untuk masuk ke dalam gedung hotel bintang lima tiga puluh lantai itu. Dia selalu tinggal di hotel itu saat berkunjung ke tanah air ketimbang pulang ke mansion ayahnya. Dia masih tidak nyaman bersama dengan keluarga ayahnya.
"Apa jadwalku hari ini?" Tanya Rey saat berada di dalam lift khusus eksekutif.
"Pagi ini masih free, meeting setelah makan siang nanti di restoran hotel ini. Sore pertemuan dengan tuan Tanaka dari Jepan* yang kebetulan menginap di hotel ini juga. Dia mengajak anda untuk makan malam sambil main golf di gedung khusus golf." Jelas Aldi mulai serius dengan pekerjaannya.
Ting
Suara pintu lift terbuka berhenti di lantai paling atas sebelum rootof hotel.
"Datang saat jam makan siang, aku mau istirahat sebentar." Titah Rey setelah pintu kamar hotel presiden suite room khusus untuknya menginap di lantai paling atas.
"Baik tuan muda." Jawab Aldi, setelah itu memberi kode pada room boy yang membawa koper milik Rey untuk dibawa masuk ke dalam kamar presiden suite room.
Rey melepas dasinya, melempar ke ranjang juga jas dan kancing lengan dan kemejanya. Dia sudah tidak sabar untuk membersihkan tubuhnya di dalam bathtub kamar mandi.
"Anda membutuhkan sesuatu yang lain tuan muda?" Tawar Aldi sebelum pergi meninggalkan kamar bosnya.
"Aku ingin masakan Pad*ng." Jawab Rey acuh.
"Baik tuan muda." Aldi pun undur diri, Rey melepas celananya juga ********** setelah mendengar pintu kamar tertutup pertanda semua orang sudah pergi.
Rey melangkah menuju kamar mandi yang sudah dihafalnya sambil bertelanjang tanpa sehelai benangpun dan masuk ke dalam kamar mandi untuk merendam tubuhnya lengketnya.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments