Masih menikmati pekerjaan

Keesokan harinya, setibanya Aila di rumah sakit.

aila dan beberapa dokter residen telah bersiap memasuki ruang operasi. mereka mulai mensterilkan diri dan memakai jubah operasi.

tim operasi sudah bersiap didalam.

"baiklah kita mulai, ini tidak akan terlalu lama".

"ada yang belum sarapan?" tanya aila bercanda.

"sudah dok" jawab para residen.

" baiklah bagus, saya bercanda. kalaupun belum kalian terlanjur masuk disini" candanya. semua tertawa sambil beberapa menggaruk garuk kepalanya.

"baiklah, satu, dua, tiga,....... dan seterusnya" biusan total telah menyelami tubuh ibu paruh baya yang tengah sakit ini. ia mulai tak sadarkan diri.

sesaat aila tertegun melihat wanita paruh baya yang tengah tergeletak tak sadarkan diri dimeja operasi. aila teringat akan mendiang ibunya, "seandainya saja mama masih ada" harapannya sedikit berlebihan. ia merasa bersalah karena tidak mampu melakukan apapun saat ibunya berjuang melawan kanker ganas yang tumbuh agresif menggerogoti sel darahnya.

"dokter, sudah bisa dimulai" bisik seorang residen.

"eh... em baiklah".

"Ya Allah, lancarkan prosesnya, kuatkan dan sembuhkan pasien ini" do'anya begitu tulus.

seluruh tim bekerja sama berusaha menyelesaikan operasi pengangkatan sel tumor nya dengan begitu teliti.

itulah yang selalu ditanamkan aila pada para dokter muda yang di bimbingnya.

"Bantu pasien dengan sukarela, anggaplah kamu sedang mengobati keluargamu sendiri, berusaha secerdas mungkin, setepat mungkin, dan seteliti mungkin, kemudian bersyukurlah atas kemampuan yang tuhan berikan" kurang lebih ucapan inilah yang selalu ditanamkan aila pada setiap dokter yang dibimbingnya.

membuat setiap dokter begitu menghargai dan menghormatinya.

"dokter aila itu selalu cerdas, cantik, dia juga ramah" bisik para residen setiap kali bergosip.

keringat mulai timbul di dahi dan pelipis aila, seorang suster dengan sigap menyeka keringatnya. terlihat sekali ketangguhannya saat di meja operasi.

2 jam telah berlalu diruang operasi, "siapa yang mau melanjutkan?" tanya aila beranjak dari kursinya.

ryan sigap menggantikannya "saya dok" ucapnya.

"ok, mulailah untuk menutup, jahit dengan benar" perintahnya.

uuhhh, wanita lemah lembut ini begitu tegas ketika menjadi dokter. keren sekali, dia bisa berubah - ubah seiring tempatnya berdiri.

sementara diluar, keluarga pasien tengah menunggu dengan gelisah.

mereka lantas berdiri, beranjak mendekati aila saat melihat aila keluar dari pintu ruang operasi.

"bagaimana dokter ibu saya?" mereka harap harap cemas menanti jawabannya.

aila mulai mengembangkan senyumannya. "alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar pak" jawab aila tenang.

"Alhamdulillah dokter, terima kasih banyak sudah menolong istri saya" kata seorang lelaki paruh baya lirih sambil menitikan air mata haru.

"terima kasihnya sama Allah saja pak, Allah yang menguatkannya, dan terima kasih juga untuk istri bapak yang telah kuat berjuang" ucapnya ramah.

"terima kasih ya allah" ucap syukur bapak paruh baya itu kian beruraian air mata.

hati aila kembali terasa sesak. hatinya yang mati karena jahatnya cinta tiba-tiba sedikit terguncang, "masih ada cinta yang suci" gumamnya.

Ya allah, kenapa aku harus bertemu pria jahat jika masih banyak pria baik di dunia ini? rintihnya dalam hati.

"apakah aku sejahat itu? hingga aku harus mendapat pria jahat pula?" tanyanya mengukur dirinya sendiri..

*diruangan aila*

Aila memejamkan mata sembari menyenderkan kepalanya. pekerjaannya hari ini sangat melelahkan.

tok..tok..tok.. seseorang dibalik pintu memanggilnya "dokter...".

"boleh saya masuk? tanyanya sambil terus mengetuk pintu.

"masuk saja" jawab aila.

ternyata ryan, ryan ini usianya tak terlalu jauh dari Aila, tapi karena aila menempuh pendidikannya dengan sangat singkat akhirnya posisinya jauh diatas usianya. Ryan adalah residen dibawah bimbingan Aila, mereka sangat dekat, bahkan hampir seluruh kisah rumit Aila diketahui oleh ryan saking dekatnya mereka, ryan ini sudah seperti kaki tangannya sekaligus adiknya.

"siang dok" sapa ryan sembari membawa dua kantong keresek makanan dan minuman.

"siang ryan, ada apa?" tanya aila heran.

"hehehe... makan siang bareng ya mbak, aku lihat daritadi mbak belum makan" ajak ryan dengan lebih akrab. ryan memang sering memanggilnya mbak saja jika tidak ada siapa - siapa.

"boleh".

ryan mengerti ada yang tengah mengganggu pikiran Aila saat itu, itulah sebabnya ryan menemaninya karena ryan tahu aila tipikal orang yang tertutup.

"mbak, jangan galau terus. sebaiknya mbak mulai membuka hati untuk yang lebih baik, kayak aku misalnya" dengan PD nya ryan bicara.

"tokkk". "aaauuww" ryan merintih kesakitan setelah menerima lemparan spidol di pelipisnya.

"enak aja, kamu kira aku gak punya selera?" timpal Aila ketus.

"iissssshhh mbak kira aku gak pantes jadi seleranya orang kayak mbak, enak aja!" balas ryan sambil tertawa kecil.

"apa kata orang nanti kalau mereka tahu aku menikah dengan berondong teledor kayak kamu!".

"hahahaha... mbak... mbak... kenapa gak bisa banget dibawa bercanda sih! gini nih kalau galau dibiarin lama - lama!" ledek ryan.

iiiiissshhh, menyebalkan sekali anak ini. selalu habis Aila dia ejek hampir setiap hari. tapi tidak dipungkiri dia memang adik yang selalu menghibur Aila.

selesai mereka makan siang ryan menawarkan diri untuk pulang bersama "mbak nanti sore jadwal pulang kan, aku antar ya. lama aku gak ketemu ponakanku".

"hemmm" jawab aila singkat menyetujui ajakan ryan.

"oke mbak". ryan berlalu dari pandangan mata Aila.

sore mulai datang, aila segera membereskan barang - barangnya untuk bergegas pulang.

ia sudah tidak sabar mengakhiri kesibukannya untuk bertemu anak tercintanya dirumah.

"mbak ayo.." ajak ryan didepan pintu.

"iya sebentar".

aila lalu bergegas mengunci pintu ruangannya, berjalan menuju parkiran bersama ryan.

"mobilmu biar simpan disini saja mbak, besok aku yang jemput ke rumah". Aila kembali mengiyakan saran ryan.

*didalam mobil*

ryan memutar lagu - lagu bernuansa cinta. si lebay ini badannya saja yang kekar menyeramkan, tapi hatinya terlalu kental dengan cinta.

tiba - tiba ryan memulai pembicaraan, memecahkan keheningan.

"mbak udah tau belum senin depan ada dokter baru dari luar negeri loh mbak".

"oh..." aila sama sekali tidak tertarik dengan pembahasan ryan. Aila lebih tertarik dengan buku yang berada ditangannya.

hiihhhh udah cerdas masih aja kutu buku, ryan bergumam dalam hati.

"gak penting kali ya bahasan aku" celetuk ryan sambil mengemudikan stir mobilnya.

"dokter dari luar kan udah biasa" timpal Aila dingin.

"tapi ini calon staf loh mbak, bukan sekedar keperluan penelitian, bala bantuan, atau apapun" ryan terdengar agak kurang setuju.

"biarkan saja, itu permainan petinggi rumah sakit, kita kan cuma dokter, kita kan kerjanya ngobatin yang sakit, masalah manajemen rumah sakit mah diluar kendali kita kan" jelas Aila masih tetap tidak tertarik dengan pembahasan ryan.

"tapi mbak kan salah satu pemegang terbesar rumah sakit ini mbak".

Aila tak bergeming, ia tidak pernah suka bermain peran dirumah sakit. Ia lebih suka hanya menjadi dokter.

Aila masih tetap sibuk membulak balik tiap lembar buku di tangannya.

melihat itu ryan tetap berusaha ingin membuat Aila penasaran.

"dia ahli anestesi mbakkuuuuuuu".

"hemm" manggut manggut sambil membaca bukunya yang belum rampung.

"doi ahli anastesi, satu almamater denganmu mbak!!!!!!!" ryan mulai kehabisan kesabarannya.

"ryannnnnn kamu ini bicara terus, dokter anestesi dari amerika itu banyaaaaaaaaaaaaakkkkk!!!".

"sudah diam, kemudikan yang benar. kamu ni ganggu aku baca terus!" aila menyela.

"huuuuffffttt, lagian baca buku kok di mobil!".

ryan manyun sepanjang jalan, ia kesal dibuat seniornya.

tak berapa lama, mobil ryan berhenti didepan sebuah rumah mewah, megah, nan luas. Ryan memarkirkan mobilnya dihalaman.

"mbak tapi aku gak lama ya".

"iya, lagian bukan aku yang ajak" jawab Aila cuek.

ryan manyun lagi, "jutek amat!".

tiba - tiba dari dalam terdengar teriakan roshan yang begitu girang.

"bu...bu....." teriaknya sambil berlari dan memeluk ibunya.

"uncle yan" roshan teriak senang melihat ryan datang dan memeluknya. roshan langsung menarik ryan ke halaman belakang mengajaknya bermain bola.

"uncle bola ya" celoteh roshan belum begitu jelas bicaranya.

ryan pun menurut dan membawa roshan bermain dihalaman belakang.

"hemmmm aro... aro... kalau ryan datang dia pasti lupa sama ibunya!" Aila tersenyum tipis melihat mereka berdua.

*********

hai reader... maafkan telat post, maklumkan aku yaaa😥😥 nulis sambil kerja, beres kerja urus anak ternyata sulit juga..

jangan lupa like dan baca terus yaaa 😘😘

Terpopuler

Comments

oyen

oyen

dr Rohsan come back

2021-12-06

0

Devii Mayasari

Devii Mayasari

lanjuuuut😁😁gmna ya nanti stelah bertemu..

2021-11-06

1

Purwanti Kurniawan

Purwanti Kurniawan

lanjut author

2021-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!