Terlahir Kembali Untuk Lebih Mencintaimu
"Tidak jangan pergi, maafkan aku. Aku juga mencintaimu Lio," Lily bergumam dalam tidurnya dengan derai air mata.
Hingga bunyi jam weker membangunkannya 'kriiiing, kringgg'. Lily pun duduk dengan rasa sakit di dadanya. Masih terbayang di benaknya bagaimana pria itu penuh darah dan masih memeluknya dengan lembut mengatakan, "Semua akan baik-baik saja." Sembari tersenyum sangat tipis.
Ruangan itu remang-remang dengan mentari pagi mengintip melewati celah gorden yang terhembus angin. Lily memilih bangkit dari tempat tidurnya ke arah meja dimana terdapat foto yang sangat dikenalnya.
Itu adalah foto saat ia masih remaja saat usianya masih 16 tahun. Ia melihat kalender dan benar saja itu adalah tahun 2xxx. Lily terhenyak, rasa sakit itu tertanam jelas dan ia yakin itu bukanlah mimpi. Dia mengangkat foto itu dan memegangnya erat-erat sambil membayangkan wajah pria itu.
Saat kecelakaan terjadi pria itu memeluknya dan melindunginya, tidak membiarkan tubuhnya terluka sedikitpun. Bisikannya yang lemah dan mengatakan,
"Semua akan baik baik saja."
"Aku mencintaimu Lily."
"Kau harus bahagia."
Tanganku gemetar dan hampir tidak bisa mengendalikan diri, air mata bercucuran dan isak tangis mula terdengar.
"Aku juga mencintaimu Lio, aku akan bahagia bila kau ada disisiku, jangan pergi," lirihku.
Sayang dia tidak akan pernah tahu, semuanya sudah terlambat. Seharusnya dia mengatakannya saat semua hal buruk ini belum terjadi. Lily menyesal, amat sangat menyesal.
****
Lily tidak tahu bagaimana ia bisa terlahir kembali. Dimana semua kehancuran itu belum dimulai. Ini sudah sudah hari ke-3 dia ada di sini tapi dia masih saja terkejut setiap kali terbangun.
Dia terdiam dan memikirkan pria itu kembali sampai terdengar suara ibunya.
"Nak, sudah waktunya makan. Kamu akan terlambat jika tidak segera bersiap," kata ibuku.
"Ya ibu, aku akan segera turun," ucapku lembut dan segera beranjak untuk segera bersiap.
Masih teringat saat aku pertama kali datang kesini aku menangis dengan keras saat bisa melihat ibu lagi, telah lama ia pergi karena kecelakaan naas yang menyisakan aku sendiri. Aku berfikir jika ini mimpi jangan biarkan aku terbangun.
Tangisku makin menjadi setelah ayahku dan kakakku datang. "Mimpi ini terlalu nyata kan, bahkan kakak ku yang menyebalkan pun datang," batinku dalam hati.
Hingga kakaku yang menyebalkan itu berkata, "Hei, adik kecil kau terlihat jelek dengan ingus mu itu. Kau akan memalukan kakakmu yang tampan ini."
Akupun mengadu pada ayahku dengan muka cemberut. "Lihatlah ayah kakak menyebalkan."
"Kau ini Zay, masih saja mengganggu adikmu, lihatlah dia baru saja sembuh dari demamnya. Sebagai kakaknya harusnya kau merawatnya bukan malah mengejeknya, ayo minta maaf," bela ayahku.
"Yaa baiklah, maafkan kakakmu ini adik kecil. Jangan menangis lagi okey, nanti tidak terlihat matamu yang sipit itu, hahahaha."
Kakak ku meninggalkan kamar dengan tawa terbahak-bahak.
Menyebalkan sekali dia itu, kakak durhaka memang. Saat itulah aku tersadar bahwa ini bukan mimpi dan aku telah terlahir kembali seperti novel fantasi yang aku baca.
****
Derap langkah kaki bergema saat aku menuruni tangga menuju ruang makan, disana terlihat keluarga ku sedang bercengkrama dengan hangat.
Kenangan bertahun tahun lalu pun terngiang di kepalaku. Ia ingat hari itu ulang tahun nya yang ke-20, saat ia menanti kejutan dari keluarganya. Yang didapatnya adalah kabar buruk bahwa mereka semua telah meninggal.
Air mata nya berkaca-kaca saat mengingat kenangan itu lagi.
"Tidak aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi, aku akan melindungi kalian semua," Batinku menguatkan diri.
Ibuku menoleh dan menegurku. "Hei, nak kenapa diam saja disana. Lihat ibu memasakkan makanan kesukaanmu."
ibuku mengatakan nya dengan sangat lembut. Dan itulah kehangatan yang paling dia rindukan.
"Adik kecil, kau terpana ya dengan ketampanan kakakmu ini," kata kak Zay dengan percaya diri.
"Iih, apaan sih gausah kepedean deh, huh." Dengusku sebal, tidak bosan-bosannya dia menyombongkan diri.
Aku pun beranjak duduk disebelah kakakku.
"Iya, kakak juga sayang kamu," balas kak Zay ngawur. Dengan tangan nakalnya nya mengacak-acak rambutku.
"Gak nyambung. Ish, berantakan nanti rambutku," balasku makin kesal dibuatnya.
"Sudah-sudah segera makan, ribut terus kerjanya," tegur ayahku.
****
Setelah keributan di pagi hari selesai, aku pun berangkat ke sekolah bersama dengan kak Zay naik motor besarnya.
Kak Zay merupakan siswa akhir yang sedang mempersiapkan kelulusannya. Tidak bisa kupungkiri dia memang tampan dan merupakan salah satu siswa populer di sekolah. Jadi, tidak heran saat kami baru saja sampai banyak siswi siswi yang melirik-lirik ke arah kami sembari berbisik-bisik.
Meski sudah lama ini terjadi tetap saja aku masih belum terbiasa. Aku yang memang tidak suka jadi perhatian memilih meninggalkan kak Zay yang asik tebar pesona.
Setelah berjalan dengan tergesa gesa tidak terasa aku sampai ke pinggir lapangan indoor sekolah. Aku berdiam sesaat, netraku tidak sengaja melihat sosok paling mencolok yang sedang bermain basket.
Aku bisa melihat netra tajam yang penuh aura dingin dan menenangkan. Aku terpesona hingga tidak berkedip. Hingga detik selanjutnya aku mendengar nada marah yang tajam.
"Agas, berhenti bermain main. Lakukan dengan serius!" ucap Alion.
"Hah-hah-hah,ini melelahkan," ucap Agas terengah-engah dan terduduk di tengah lapangan.
"Lemah sekali sih, baru segini saja sudah loyo," tukas Alvaro mengingatkan.
"Hmm." Dehem Zidan dingin.
"Zidan, tidak adakah kata lain selain deheman tidak jelas mu itu, huh," kata Alvaro. Seolah tidak habis pikir dengan temannya kenapa irit sekali bicara.
" .... " Zidan pun hanya diam tanpa berniat membalasnya.
"Hah, sudahlah," kata Alvaro mulai lelah.
"Kau seperti tidak tau teman kita saja Varo, hahaha enak kan dicuekin," kata Agas di sela tawa nya saat melihat Alvaro dicuekin.
Yang lain pun ikut tertawa melihat hal tersebut.
"Aku bukannya lemah ya, hanya lelah karena kurang tidur," balas Agas setelah mengatur nafasnya.
"Sudah kita istirahat, sebentar lagi bell berbunyi. Lebih baik kalian membersihkan diri. Untuk latihan berikutnya aku ingin kalian lebih serius lagi, waktu kita tidak banyak sampai pertandingan selanjutnya,"
terang Alion dengan nada tegas.
"Siap pak!!"
Balas mereka serentak sembari mengangkat tangan hormat seolah mendapat perintah militer.
Alion berjalan ke arahku diikuti teman-temannya dibelakang. Netra kami bertemu akupun memalingkan muka malu karena ketahuan melihatnya sedari tadi.
"Terpesona, heh," bisiknya saat tepat disampingku.
Pipiku pun merona mendengar suara seraknya yang sangat dekat, bahkan hembusan nafas nya terasa hangat hingga membuatku merinding.
"Hum," tukasku malu-malu.
Dia terkejut, sepertinya ia tidak menyangka aku akan menanggapi.
Aku pun terkejut dengan diriku sendiri. Aku sempat melihat matanya melotot, lucu sekali tidak pernah aku melihatnya seperti ini.
Aku segera beranjak meninggalkan Lio segera, karena takut debar jantungku terdengar. Aku tidak mau terburu buru saat ini Lio belum menyukaiku. Aku hanya bisa mendesah memikirkan kapan kita bisa segera dekat. Sudahlah lebih baik aku bergegas ke kelas. Perjuanganku masih panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Noona Kim
baru aja bilang selamat udah sad aja/Sob/
2023-10-13
2
Noona Kim
andai aku yang mengalami, aku bakal bisa ketemu bapak, beruntung sekali kamu
2023-10-13
3
Ciki
semangat thor!
2023-10-06
2