Setelah sampai di rumah, Lily segera melepas sepatu dan berjalan ke arah dapur dimana ibunya sedang memasak. Lily memeluk ibunya dengan manja.
"Ibu memasak apa?" tanyaku lembut.
"Masak ayam kecap sayang, bagaimana tadi sekolahnya hmm?" tanya ibukku.
"Semua baik baik saja bu, Febi dan rena memberi salam pada ibu katanya mereka rindu dengan kue buatan ibu yang enak," ucapku dengan semangat.
"Benarkah, lalu besok ibu akan buatkan kue untuk mereka," ucap ibuku dengan senyum.
"Hum, lihatlah ibu hanya sayang pada mereka," ucapku dengan cemberut.
Ibu pasti tau aku hanya bercanda karna memang kami bertiga dekat. Tidak jarang mereka menginap saat akhir pekan. Sering kali bahkan kita liburan bersama.
Kita berteman sudah sejak SMP jadi tidak heran mereka seperti keluarga bagiku. Itulah sebabnya ibu hanya bisa tersenyum, tau sekali tabiat anaknya itu.
"Ngomong-ngomong dimana kakakmu, bukankah kalian pulang bersama?" tanya ibukku.
"Ahh ibu harus memarahi kak Zay nanti. Bagaimana dia lebih memilih eskul OSIS nya itu ketimbang mengantar adiknya yang cantik ini. Sudah jauh jauh aku ke kelasnya menahan malu, bagaimana jika ada yang mengganggu ku tadi, ibu harus memarahinya,’’ terangku kesal.
"Baiklah sudah jangan cemberut terus. Ganti baju sana lalu kita makan bersama. Biar nanti ibu nasehati kakakmu untuk tidak meninggalkan adiknya yang cantik ini lagi," ucap ibuku.
"Hehe, ibu memang yang terbaik,’’ ucapku senang.
****
Lily baru saja masuk ke kamarnya saat ada notif di grub kelas. Ada daftar barang yang mesti dia bawa untuk praktek di sekolah besok. Untungnya hari masih belum sore jadi ia memutuskan bersiap dan berpamitan pada ibunya.
Daerah rumahku memang cukup strategis terdapat puskesmas, kantor polisi, pusat perbelanjaan bahkan pasar tradisional. Sehingga aku hanya perlu berjalan melewati beberapa gang untuk sampai di toko perlengkapan yang aku butuhkan.
Lily pun sampai di toko dan segera membeli beberapa barang yang ia butuhkan. Saat hendak pulang ia tertarik dengan buku karya penulis kesukaannya. Ia memutuskan untuk membaca nya karna memang di toko ini menyediakan buku disini secara gratis. Asal kita membaca nya di tempat dan tidak merusaknya.
Tak terasa hari mulai gelap Lily segera memutuskan untuk pulang. Lampu lampu dijalan terlihat mulai menyala, para pekerja pun terlihat berbondong-bondong pulang ke rumahnya masing-masing. Anak-anak yang asik bermain pun terlihat lari berhamburan.
Lily hendak mempercepat langkah kakinya saat ia tiba-tiba mendengar suara yang sangat di kenalnya.
"Sial, dasar pengecut. Berani nya mereka menyerang secara diam diam. Lihat bagaimana kita akan membalas dendam nanti," ucap Alvano disertai umpatan-umpatan kasar.
Lily berhenti dan menoleh ke asal suara itu. Ia melihat alion beserta teman-temannya ada disana. Aku hanya mengenali Agas, kembar Alvano dan Alvaro, serta yang terakhir adalah Zidan. Sedangkan, yang lain aku tidak tau.
Mereka terlihat berantakan dengan mulut robek dan pipi lebam-lebam. Mereka berjalan menuju ke arahku dengan muka kesal. Karena ada orang yang memang berlalu-lalang disini sepertinya mereka tidak melihatku. Terlihat beberapa orang melirik ke arah mereka seolah penasaran.
Mereka terkejut saat tepat ada di depanku. Lio menatapku dengan aneh seolah bertanya sedang apa aku disini.
Aku terdiam bingung harus mengatakan apa, canggung rasanya jika aku menyapa mereka sedang kita tidak dekat. Agas yang memang banyak bicara pun memecah ke heningan ini.
"Lily, benar kan. Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanyanya padaku.
"Hmm ya, rumahku ada di dekat sini. Aku baru saja dari toko dan sekarang akan pulang," kataku menjelaskan.
"Wahh lalu kita tidak sengaja bertemu. Mungkinkah ini takdir hahaha."
Tawa Alvano langsung meledah setelah mengatakannya. Yang diikuti teman-temannya kecuali Lio dan Zidan yang memang pendiam.
"Berisik, pergi sana obati luka kalian,’’ kata Lio tegas.
"Siap boss, hahaha,’’ seru mereka dengan tawa yang masih menggema, mereka beranjak pergi.
Tersisa hanya aku dan Lio berdua.
Alion mendekat ke arahku, Lily bisa melihat luka lebam di dahi Lio dengan jelas. Luka itu sangat mengerikan karna tidak hanya memar biru tapi darah menetes dari sana.
Lio masih mengenakan seragam sekolah seperti terakhir kita bertemu. Sepertiya dia tidak pulang sehabis sekolah tadi.
Melihat darah itu membuat Lily teringat kenangan buruk itu lagi. Tangan Lily gemetar ia rasa takut menyeruak dalam hatinya. Ia tidak ingin kehilangan lagi.
Alion juga sepertinya sadar kegelisahan Lily. Ia terpikir apa kelinci ini ketakukan melihat penampilannya. Ia dan teman temannya memang baru saja bertengkar dengan sekolah sebelah. Ia belum sempat membersihkan diri sehingga dia tau seberapa buruk penampilannya.
Ia memutuskan untuk pergi karna tidak ingin gadisnya ketakutan. Tapi tepat saat ia melewatinya, ia mendengar suara gemetar gadisnya.
"Lio, bisahkah kamu mengantarku pulang?" ucap gadis itu pada Lio.
Alion tidak ingin gadisnya melihatnya berantakan, ia hendak menolak. Tapi, saat melihat binar harap di matanya dengan tangan gemetar, itu membuatnya berubah pikiran.
"Jalan-lah. Aku akan mengikuti dari belakang mu," kata Alion.
Lily pun berjalan dengan Alion mengikuti di belakang. Mereka diam selama sisa perjalanan dengan pikiran mereka masing masing.
Hingga tidak terasa sampai tidak jauh dari rumah Lily berada. Tepat di depan gang rumah Lily mereka berhenti.
"Disini saja Lio rumahku ada di depan sana. Terima kasih sudah mengantarku," ucap Lily lembut.
"Hmm, aku pergi," kata Alion dingin.
Lio beranjak pergi tepat belum jauh dia berjalan ada suara menghentikannya.
"Tunggu!! Bisakah kamu menunggu sebentar. Aku akan segera kembali kesini," kata Lily menahan kepergian Lio.
"Jangan lar...."
Belum selesai Lio menyelesaikan kata katanya. Lily sudah lari dan memasuki rumahnya. Entah apa yang ingin dilakukan gadis itu kenapa terburu-buru sekali. Bukannya dia tidak akan menunggu. Alion hanya bisa mendesah tak berdaya.
Alion tidak menunggu lama karna Lily segera kembali dengan membawa kotak obat.
Ia tau itu untuk luka di dahinya. Lily menarikku ke arah bangku tepat di depan kita. Lio hanya menatap lembut bagaimana Lily mengobati lukanya dengan sangat hati hati.
Sebenarnya luka itu tidak terlalu serius dia sudah terbiasa. Bahkan dia tidak merasa sakit sedikitpun. Tapi, melihat gadisnya begitu hati-hati takut ia kesakitan. Membuat hatinya melembut seketika.
Segala perasaan kesal perihal kelakuan musuhnya pun langsung hilang.
"Lio bisakah kau tidak berkelahi,’’ ucap Lily hati hati.
"Kenapa, apa kau khawatir padaku hmm. Apa kau selalu seperti ini. Jangan baik pada sembarang pria atau mereka akan salah paham," kata Lio penuh goda.
"Apa maksudmu aku gadis seperti itu huh," seru Lily kesal.
Mendengar Lio berkata begitu Lily pergi dengan kesal. Apa maksudnya itu dia hanya begini pada kekasihnya.
Lily bahkan tidak dekat pada pria selain ayah dan kakaknya.
Lio hanya bisa terdiam melihat gadisnya pergi, sepertinya dia salah paham. Dia hanya ingin Lily peduli padanya saja.
Dia tidak bisa membayangkan ada pria lain yang mendapat perhatian Lily selain dirinya dan keluarganya. Dia bisa mati cemburu jika hal itu terjadi. Lio menyesal harusnya dia mengatakannya dengan jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Diah Al Khalifi
smpi sini aku suka ceritanya,GK bertele2 jelas🥰
2025-04-04
0
Noona Kim
di suruh emaknya dia lio
2023-10-13
2
Noona Kim
bau bau habis tawurann
2023-10-13
2