Complicated Bubble
"Nyatanya, kakak kelas lebih menggoda daripada teman sekelas."
Complicated Bubble
"SYAFAAAAA!" teriak seorang gadis berambut sebahu. Kedua tangannya tak berhenti menggoyangkan bahu gadis lain di sampingnya yang sibuk menulis. Di dalam kelas yang sebagian muridnya sibuk memasang kelengkapan atribut pramuka. Seperti kacu dan tanda kecapakan umum Bantara di kedua bahu, terkesan gagah dan pemberani ketika seseorang memakainya.
"Apaan sih, Tik? Gue lagi nulis juga, ganggu aja. Tuh kan, ke coret, lo sih!" kesal Syafa, tulisan yang sudah dia tulis dari hati secara hati-hati kini tercoret begitu saja.
Atika memutar bola mata, "Kebiasaan deh, nulis kata-kata di belakang buku, gue dianggurin mulu!"
Syafa mengangkat kedua bahu, bersikap seolah tak peduli. Toh, nanti juga Atika pasti akan berteriak senang selepas merengut sebal. Perubahan mood gadis itu terbilang terlalu cepat. Namun bukan berarti Atika mengidap penyakit bipolar. Dia hanya mempunya mood-swing seperti kebanyakan wanita di bumi.
"Astaga, itu kak Rendra ngajar Pramuka di kelas kita woi!" ujar Atika, tangannya dengan sengaja menepuk kedua pipi, diikuti senyum yang terbit di bibir mungilnya, "Gue lagi gak mimpi kan?"
Syafa menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya yang satu ini, bisa dibilang sangat overdosis menggilai Rendra, yang katanya sih, prince charming di sekolah. Entahlah, Syafa tidak begitu peduli dan tidak begitu tahu-menahu, sebab, dia baru bersekolah di sini selama empat hari. Hari ini tepat hari ke lima dia bersekolah di SMA Starmoonlight.
Kegiatan rutin setiap hari Jumat di SMA Starmoonlight yaitu Pramuka. Siswa kelas dua belas--alumni Ambalan menjadi pembantu pembina yang ditugaskan mengajar kelas sebelas dan sepuluh. Jadi, mau tak mau, seluruh siswa kelas sepuluh, sebelas dan sebagian kecil siswa kelas dua belas--yang hanya terpilih mengajar Pramuka, harus mengikuti kegiatan.
"Terus?" Syafa terlihat ogah-ogahan meladeni Atika, sudah muak mendengar nama Rendra selalu keluar dari mulut Atika yang setiap hari membahas Rendra, Rendra dan Rendra. Everytime. Everyday. Everyplace.
"Emang seganteng apa sih Rendra? Emang gak ada topik yang lebih menarik gitu?" pikir Syafa dalam hati. Katanya sih, mirip Iqbaal Ex. CJR yang sedang digilai banyak wanita. Namun, Syafa tidak termasuk salah satunya. Dia hanya menggilai EXO, boyband Korea. Tidak ada yang lain selain mereka.
"Kak Rendra ganteng banget! Manis, lebih manis daripada marjan ditambah madu. Ah, bisa kena diabetes, nih, gue kalau tiap hari liat yang manis-manis."
Atika selalu saja menghalukan Rendra, dengan gaya andalannya; menahan kedua pipi yang memerah dengan tangan yang menempel di meja sembari tersenyum, memandangi Rendra dari jauh tanpa berkedip satu detik pun, "Ish Syafa, liat, kak Rendra senyumnya manis banget, ya Tuhan, cowok ganteng di depan mata emang nikmat untuk dipandang."
"Hanya sekedar memandang, Sekedar mengagumi lalu diam-diam mulai mencintai. Sedangkan dia? Kenal lo gak?" Mungkin ucapan Syafa terlalu kejam bagi Atika. Namun, ucapannya memang benar adanya, kan? Syafa hanya tidak mau banyak perempuan di muka bumi yang terlalu mengagumi lelaki, yang pada akhirnya galau berhari-hari.
"Jahat banget sih lo, Sya, iya-iya tau dia kenal gue aja enggak. Tapi ya jangan jatuhin gue gitu dong. Sakit nih hati gue."
Di samping mereka seorang gadis yang sibuk dengan buku dan bolpennya merengut kesal, "Ck, berisik banget sih lo pada, gue lagi bikin peta pita nih!"
Syafa mengernyitkan alis, "Peta pita? Buat apaan Raina?"
"Astaga! Kak Rendra nyuruh buat peta pita dari sini ke stadion. Ngobrol mulu sih kerjaannya!" ujar Raina.
"Tika nih!"
"Kok gue sih!?"
"Emang lo! Udah jangan ngajak ngobrol gue lagi, gue pingin bikin peta pita, jangan nganggu lho! Awas kalau ganggu! Ga ngomong seminggu!"
"Serem banget, santai kali, Mbak."
Mereka sibuk dengan bolpen dan buku. Sesekali saling bertanya tentang arah dan tempat-tempat yang akan mereka gambar di peta pita.
"Yang sudah, kumpulkan!" perintah Rendra. Siswa yang sudah selesai mengerjakan peta pita pun menggumpulkannya di meja guru untuk dinilai oleh Rendra. Termasuk Syafa.
"Sya, gue belum selesai!" histeris Atika, tepat disaat Syafa baru saja duduk selepas mengumpulkan tugasnya.
"Kenapa baru bilang sekarang, buku gue udah dikumpulin, sini buku lo, gue bantuin." Syafa mengambil alih buka Atika dan mulai menggambar di sana dengan telaten.
"Uh, baik sekali sih, Mbak Syafa."
Syafa melirik Atika sekilas yang tadi mencolek dagunya, "Gak gratis, traktir."
"Huh, kebiasan, porotin aja gue terus."
Syafa hanya tertawa merespon ucapan Atika yang benar adanya. Baru seminggu dia sekolah di sini. Atika sudah mentraktir tiga kali. Setelah Syafa selesai tugas Atika, Atika memberikan buku kepada Rendra.
"Nih, Kak, tadi gue telat," ujar Atika diakhiri dengan kekehan kecil.
"Nilai aja sendiri," ucap Rendra acuh.
"Tapi Kak ...."
"Gue bilang, nilai aja sendiri, susah amat."
Mendengar jawaban Rendra, Atika sangat-sangat terluka. Segera dia memberikan buku pada Syafa dan kembali ke tempat duduk dengan lesu. Syafa mengepal kedua tangannya, lelaki yang selalu dipuja Atika ternyata bukan hanya tampan, namun juga kejam.
Syafa memandang Rendra dengan tatapan murka. Ingin membela Atika, tapi dia trauma dengan lelaki bermulut kejam. Apalagi, statusnya sebagai murid baru tak mungkin jika membuat masalah dengan kakak kelas, kan?
Syafa membelalakan mata, segera mengalihkan pandang kala Rendra tak sengaja melihat ke arahnya. Mungkin, lelaki itu merasa diperhatikan.
***
"Tuhan, perasaan apakah ini? Kumohon jangan biarkanku menaruh perasaan aneh ini padanya."
Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, siswa seantareo sekolah ramai mengantre di kantin. Di kelas 11 IPA 3 hanya tersisa Syafa, Raina dan Atika yang sedari tadi bermain Subway Surf. Challenge, rekor paling jauh itu yang akan ditraktir. Dan seperti biasanya, Syafa yang memenangkan challenge ini.
"Yes gue menang lagi!" pekik Syafa dengan sorak kemenangan.
Raina dan Atika mendengus kesal, "Lo pake dukun ya Sya?" heran Atika, disambung oleh Raina, "Jangan-jangan lo pengabdi setan!"
"Gak terima kekalahan, fitnah aja sepuasnya silahkan. Yang penting lo berdua tetep traktir gue," kekeh Syafa. Diikuti jitakan kedua gadis lainnya. Mereka bertiga pergi ke kantin. Memainkan permainan taruhan yang mereka lakukan cukup menguras isi perut.
Mereka mengatre di stand kantin yang menjual batagor, antrean cukup panjang, hingga mereka memutuskan untuk satu orang saja yang mengantre. Karena Syafa ditraktir, jadilah gadis itu yang akan berjuang mengantre demi makanan.
Syafa semakin dekat menuju barisan depan, berdecak sebal karena barisan belakang saling dorong-mendorong. Telinganya yang peka tak sengaja mendengar perkataan gadis di belakang, "*****, Kak Rendra liatin gue tuh!" pekiknya, disusul pekikan gadis lain yang menyergah ucapan temannya, "Kepedean amat *****!"
Syafa menengok ke samping, mendapati Rendra yang di ujung sana dengan jarak yang cukup jauh. Syafa bisa melihat senyuman cowok tampan itu, dia sedang tersenyum ke arahnya. Namun, mungkin saja lelaki itu melihat orang di belakang atau di depannya.
Tak disangka, Rendra berjalan ke arahnya. Hingga terdengar pekikan yang berasal dari gadis di belakang lagi-lagi. Syafa mengangkat bahu, kembali menatap ke arah depan.
"Suka batagor?" pertanyaan itu berasal dari seorang lelaki yang kini berada di samping. Syafa tak berniat menjawab, takut kepedean, kan malu sendiri. Lagi pula dia tidak ingin berurusan dengan Rendra yang kejam itu.
"Suka!" pekik gadis dibelakangnya. Syafa menghela nafas lega, untung saja dirinya tak menjawab pertanyaan yang bukan diajukan untuknya.
Syafa sudah berada di depan, segera memesan tiga batagor. Aneh, Rendra tetap saja mengikuti langkahnya dan berdiri di sampingnya. Hingga pesanan Syafa datang, gadis itu hendak pergi menemui temannya. Membalikkan badan ke arah samping. Tanpa di duga, Rendra sedang menatap lekat ke arahnya.
Syafa tak sengaja ikut menatap mata Rendra sekejap pandang. Syafa mengakui jika mata Rendra sangatlah indah. Tak ingin berlama-lama di sini juga karena ingin segera mengisi perut, Syafa segera pergi dari sana tanpa permisi.
"Tuh kan lo kepedean! Rendra liatin orang di depan lo bukan lo *****!" pekik gadis lain yang tadi menyergah ucapan gadis yang berteriak senang karena berasumsi diperhatikan oleh Rendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Keysha Putri
jnv
2022-10-30
0
Elya Mawati
❤❤
2020-07-06
2