2. Keinginan Mengenal

"Tolong jangan membuatku menjadi seorang pencandu senyuman itu, nanti jika sudah kecanduan, apakah kau ingin bertanggung jawab?"

Complicated Bubble

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Syafak kini sudah siap pergi ke alam mimpi, merebahkan diri di kasur seraya memeluk guling kesayangan. Dan detik itu juga, Syafa mulai terlelap di kasur yang mempunyai gravitasi sangat tinggi itu. Namun, baru sebentar dia bermimpi, mimpi itu mendadak hilang ketika indra pendengarannya terganggu oleh suara dari ponsel yang berdering.

"Got me feeling like

Pop rocks, strawberry, bubble gum."

Ya, itu lah ringtone handphone Syafa, lagu Candy - Baekhyun EXO mengalunkan suara indah milik member EXO yang menduduki pososi vokal utama, menandakan terdapat panggilan masuk. Dengan terpaksa dan tanpa melihat siapa yang menelfon, Syafa langsung mengangkat dan berbicara. "Siapa sih yang nelfon malam-malam. Gatau apa kalo ngantuk. Mau tidur, ganggu aja!"

"Sengaja. Biar lo nanti mimpiin gue."

Syafa mengerjapkan matanya kala mendengar suara bas tepat ditelinganya, segera melihat ke layar handphonenya, nomor tak di kenal. Yang benar saja? Siapa dia? Dan tahu dari mana nomornya?

"Gue Rendra."

Syafa membalalakan matanya. Tahu darimana kakak kelasnya ini? Dan ada apa dia menelponnya malam-malam seperti ini? Sangat menganggu kegiatannya.

"Lo gak nyadar tadi di kantin gue liatin lo? Gue bahkan nanya. Tapi lo gak jawab."

"Gausah basa-basi. Gue ngantuk."

"Tau kenapa gue ngeliatin lo?"

"Gak penting."

"Lo cantik."

"Gue tau."

"Ga nanya gue dapet no hp lo dari siapa gitu?"

"Ga penting."

"Besok lo ke kantin bareng gue."

"Males."

Syafa mematikan panggilan itu sebelah pihak. Sebab, merasa tak ada hal penting yang akan disampaikan lelaki itu padanya. Hanya membuang waktu beberapa menitnya yang sangat berharga untuk dipakai tidur. "Sedeng," umpatnya.

Drtt drrtt drtt

Kali ini ponselnya bergetar, pertanda pesan singkat masuk, dari nomor yang sama, nomor tak dikenal yang baru saja menelponnya.

089651851519

Gue Rendra kelas 12 IPA 1 ingin 12 ingin mengenal Syafa kelas 11 IPA 3 lebih dekat.

Syafa tidak terlalu memikirkan SMS dari Rendra, yang dia pikirkan saat ini adalah melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda. Suasana malam yang dingin mendukung suasana matanya yang sudah mengerjap lelah memekik untuk beristirahat setelah menjalani hari panjang.

"SYAFA!" teriakan dari luar kamar kembai membangunkannya. Lagi-lagi dia harus menunda diri untuk masuk ke alam mimpi. Belum sepenuhnya dia berdiri, lelaki paruh baya menariknya dengan kencang meninggalkan bekas merah di lengannya. Syafa hanya bisa diam dan pasrah dengan apa yang akan terjadi malam ini.

***

"Senyumanmu seperti matahari, menyinari hidupku."

Complicated Bubble

"Waktunya istirahat pertama, kepada seluruh siswa siswi dan dewan guru dipersilahkan untuk beristirahat."

Begitulah pengumuman dari meja piket yang terdengar tepat setelah bel istirahat berbunyi. Guru yang mengajar menyudahi pembelajaran dan mempersilahkan kepada muridnya untuk mengistirahatkan otak sejenak. Baru saja selesai memasukkan buku Pendidikan Kewarganegaraan ke dalam tas, Syafa terkejut karena dihadiahi teriakan Robby, "Syafa! Ada yang nyariin!"

"Siapa?"

"Kak Rendra."

"Kak Rendra nyariin Syafa?" gumam Atika yang kini menatap Syafa penuh dengan tanda tanya. Syafa yang ditatap seperti itu mengangkat bahu, pertanda tak tahu.

"Bilang, gue gamau ketemu dia."

Setelah mengatakan bahwa dia tidak ingin bertemu dengan lelaki itu, Syafa langsung membaca novel "Origami Hati" karya Boy Candra. Sedangkan Raina dan Atika menatap Syafa dengan tatapan tak percaya. Baru saja membaca satu paragraf, novel yang dia baca diambil oleh Rendra yang tiba-tiba datang seperti jailangkung, tak diundang. Syafa mendengus kesal, "Balikin!"

"Ikut gue dulu."

"Gak mau."

"Kalau gamau, buku lo, gue sita."

"Apaan? Sapa lo nyita-nyita buku gue!" pekik Syafa seraya melompat, mencoba menggambil buku dari tangan Rendra yang lebih tinggi darinya.

"SMS gue kurang jelas emangnya?"

"Gak jelas! Balikin!" pekik Syafa yang masih bersikeras mengambil bukunya dari tangan Rendra.

"Males amat, lo aja gamau ikut gue."

Syafa terus berusaha mengambil novelnya. Bahkan kini dia melompat lompat agar meraih novelnya.

Rendra tersenyum remeh, "Percuma, lo pendek."

"Sialan."

Rendra tertawa mendengar umpatan Syafa. Berlari ke luar kelas, diikuti oleh Syafa dan teriakannya yang menggelengar.

"Balikin!"

Rendra berhenti mendadak membuat badan mungil Syafa membentur bagian belakang tubuhnya. Syafa meringis, bukan apa-apa, pasalnya kejadian kemarin malam membuat badannya terasa sakit semua.

"Sakit tau! Pake acara ngerem segala!"

Rendra membalikkan badannya. Dia menatap lamat lamat Syafa dari ujung kaki hingga ujung kepala, perhatiannya langsung tertuju ke arah lengan Syafa yang memerah seperti habis dicambuk?

Rendra menarik tangan Syafa tanpa izin. Buat sang Empu meringis kecil lalu kembali berteriak. "Apaan sih, lepas!"

"Gak!"

"Lepas!"

"Gak!"

"Lepas Rendra!"

"Mau dilepas?"

"Iya!"

Rendra melepas genggamannya, Syafa pun mencoba untuk lari. Namun, kalah cepat dengan Remdra yang kini sudah menggendong badan Syafa,"Turunin gue Rendra!"

***

"Jangan membuatku jatuh hati, aku tak ingin jatuh, nanti terluka."

Complicated Bubble

"Ngapain ke UKS?" tanya Syafa setelah Rendra menurunkannya di brankar UKS. Rendra diam, berjalan ke arah dapur UKS setelah itu kembali ke hadapan Syafa dengan baskom berisi air dingin dan sapu tangan, menaruhnya di meja dekat bramkar yang di duduki oleh Syafa.

"Lo nanya apa tadi?"

Syafa memutar kedua bola matanya kesal dengan sikap Rendra, "NGAPAIN LO BAWA GUE KE UKS HAH?" teriak Syafa tepat di telinga Rendra yang kini bergerak menjauh sembari mengelus telinga yang berdenyut selepas mendapat teriakan maut dari Syafa.

"Lo abis nelen toak masjid?"

"Sialan."

Rendra tertawa sekilas, sebelum akhirnya memegang lengan Syafa, mengompresnya dengan air dingin yang dia bawa tadi.

"Sshh, pelan-pelan dong!" protes Syafa

Rendra melirik Syafa sekilas, "Ini udah pelan-pelan."

"Kok lo sewot sih!" ujar Syafa tak terima mendengar tone Rendra yang naik satu oktaf dari biasanya.

"Gak suka ya kalau gue sewot ke lo? Padahal gue gak sewot perasaan." Rendra mengangkat alisnya, berniat menggoda gadis di depannya. Sedangkan gadis yang digodanya justru terlihat sebal. "Kepedean!"

"Udah selesai," ucap Rendra seusai mengompres lengan Syafa yang merah tadi. Sebenarnya, Rendra ingin bertanya mengapa tangan gadis ini bisa memerah, namun dia pikir ini bukan waktu yang tepat.

"Thanks." Rendra spechless mendengar ucapan terima kasih yang terlontar dari mulut Syafa, "Apa? Tadi lo bilang apa?"

"Budeg."

"Bukan, tadi bukan itu."

"Gausah pura-pura budeg, nanti budeg beneran!"

"Lucu."

Syafa menaikan sebelas alisnya, dan dengan percaya diri yang tinggi selangit dia mengakui ucapan Rendra, "Gua emang lucu."

"Ya, makannya gue pengen deket sama lo terus."

"Sayangnya, gue gamau deket sama lo."

"Harus mau."

"Gamau ya gamau."

Begitulah Syafa, dengan sikap keras kepala dan teguh pendirian yang melekat pada dirinya. Sekalinya tidak ya sudah pasti tidak. Itu sudah final. Rendra menghela napas menghadapi gadis batu satu ini.

"Gananya 'kenapa' gitu?"

"Ga penting."

"Karena kalau deket lo, hari gue berwarna."

"Gua gak nanya."

"Halah, baper kan lo?" ujar Rendra dengan percaya dirinya, jika ditanding rasa percaya diri antara Syafa dan Rendra, juri pasti bingung yang jadi pemenang siapa.

Syafa membelalakan matanya, bergaya seperti orang muntah, "Najis mughaladoh."

"Emang gue **** gitu?"

"Iya lo ****."

"Pegalan huruf **** yang terakhir apa?"

"Gausah pura-pura gatau, katanya pintar."

Rendra terkekeh mendengar ucapan Syafa, gadis ini membuatnya gemas sendiri, "Yang bilang gue pintar siapa?"

"Banyak."

Memang, Rendra terkenal dengan kepintaran dan ketampanannya jadi tak heran jika banyak guru-guru dan siswa siswi yang membicarakannya, Syafa sering mendengar dari Atika yang memang salah satu dari seribu orang yang menggilai Rendra.

"Lo salah satu mengakui itu?"

"Gatau. Karena, gue cuma denger ga liat pembuktiannya secara langsung. Gue lebih percaya pembuktian daripada kata-kata."

"Buktiin gue pintar itu gampang, buktinya, gue bisa tau kalau lo cantik, pintar kan gue?"

"Najis!"

Rendra lagi lagi tertawa, padahal menurut Syafa tidak ada hal lucu yang mesti ditertawakan. Apa mungkin, cowok ini sudah gila? "Ga lucu."

"Lo yang lucu," ucap Rendra tepat di depan Syafa yang kini hanya berjarak dua inci darinya. Syafa terlihat gelagapan, menjauhkan wajah Rendra darinya dengan cara mendorong wajah Rendra dengan tangannya. "Novel gue mana Rendra!"

"Baper ya lo?"

"Enggak!"

"Oke-oke, gue kasih novelnya ke lo, tapi hari ini kita jalan."

"Gue gak mau."

"Kalau lo mau jalan sama gue, gue beliin novel apa aja yang lo mau."

"Ga tertarik."

"Plus beli eskrim, gimana mau?"

"Mau!" Ucap Syafa tersenyum kegirangan. Buat Rendra dengan sendirinya ikut tersenyum. Memang, kelemahan terbesar seorang Syafa hanyalah es krim dan EXO saja. Jadi gadis itu tak mungkin menolak ajakan trsktir es krim, kan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!