3. Sehari Bersama

"Trurth or dare ; permainan yang mengawali kisah kita, permainan yang berhasil membuat kita dekat."

Complicated Bubble

Syafa baru saja selesai membaca novel kesukannya, apalagi kalau bukan novel, dunia penuh imajinasi indah yang ada sensasi candu bagi semua pembacanya, termasuk Syafa salah satunya.

Kadang, Syafa berpikir, enak ya jadi peran utama di novel-novel, punya gebetan cowok ganteng yang goals banget, kisahnya juga lucu-lucu gak kayak dunia nyata yang kebanyakan luka. Ah, mengingat luka, semua orang pasti pernah merasakannya, karena dengan luka orang bisa tahu rasanya bahagia di kemudian hari.

Kebiasaan Syafa setelah membaca novel yaitu menghalu ulang, membayangkan dia sebagai peran utama di cerita yang baru saja dia baca. Baru saja menghalu tiba-tiba getar ponsel menganggu acaranya. Sialan.

Drttt drrttt drttt

089651851519

Gue udah di depan, keluar ya, cepat lebih baik, tapi kalau mau lama juga gapapa. Biar gue yang nunggu, asal jangan lo aja yang nunggu. Soalnya, nunggu itu gak enak. Tapi akan tetap gue sukai bahkan gue nikmati, karena semua yang berkaitan dengan lo, gue suka.

"*****, gue lupa kalau sekarang mau jalan sama cowo sedeng!"

Syafa segeta baru bangun dari kasurnya, langsung ke kamar mandi guna mencuci muka, berganti pakaian, menyiapkan slingbag yang biasa digunakannya. Membutuhkan waktu dua puluh menit untuk begegas, setelah dirasa siap, dia langsung berjalan menuju depan rumah yang sepi ini. Menemui orang yang sudah menunggunya, orang yang tadi menganggu acara halunya.

***

"Senyumnya jangan manis-manis dong! Aku jadi suka sama senyum kamu, kan!"

Complicated Bubble

Syafa membuka pintu rumah pemandangan yang dia lihat pertama kali adalah Rendra yang memakai hoodie navy, sama seperti dirinya. Ah, tidak terlalu memikirkan busana, karena yang paling penting adalah Rendra terlihat tampan dengan senyum manis yang menawan. Bikin jantung Syafa ngedance seketika. Syafa jadi gak bisa kalau gak senyum liatnya. "Lama ya?"

Bukannya menjawab pertanyaan Syafa, Rendra justru memperhatikan Syafa dengan lekat, "Lo manis."

Syafa mendengus kecil mendengar pernyataan basi dari Rendra, "Itu bukan jawaban."

Rendra menggeleng pelan, tangannya beranjak mengelus cepat rambut Syafa, gadis yang sedari tadi membuatnya gemas, "Oke-oke. Gak lama kok. Sama sekali enggak, tahu kenapa?"

"Kenapa?"

"Nunggu lo ga sebanding sama dua puluh empat jam gue selalu kangen sama lo, terus nunggu waktu yang tepak, deh, untuk ketemu."

"Receh."

"Gue seneng."

"Seneng?"

Rendra tertawa singkat melihat ekspresi gadis di depannya. "Iya, karena tadi pertama kalinya lo nanya 'kenapa?' ke gue."

"Alay. Hahaha."

"Gue tambah bahagia."

Tak ada jawaban dari Syafa, gadis itu hanya memandang Rendra dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. Rendra mendekat satu inci, dengan mudah dan lancarnya melontarkan kata yang membuat Syafa melayang sebentar, "Karena, gue berhasil buat lo ketawa."

"Kita mau main kemana?" tanya Syafa mengalihkan topik. Padahal, Rendra diam diam terseyum penuh arti, mengetahui bahwa Syafa salah tingkah mendengar ucapannya.

Rendra mulai menjelaskan kepada Syafa bahwa mereka tidak jadi pergi ke mall, melainkan ke taman komplek yang terdapat sebuah toko buku kecil di sana. Syafa mengiyakan ajakan Rendra untuk pergi ke sana.

Sebelum pergi, dikuncinya pintu rumah, dan diselipkannya kunci cadangan di bawah rak sepatu. Setelah dikira siap, Rendra mengajak Syafa untuk segera pergi.

"Yaudah yuk ke taman, Sya, tapi naik sepeda ya?"

"Tapi ada jok dibelakang kan, Ren?"

"Ga ada," jawab Rendra dengan polosnya. Saking polosnya, Syafa jadi pengin menampar pipi tegas Rendra dan menyabuti bulu mata Rendra yang lentik.

"Terus gue di mana naiknya? Sepeda lain? Gue gak bisa naik sepeda Rendra!"

Bukannya menjawab Syafa yang sudah mulai nge-gas, Rendra lagi-lagi tertawa, buat Syafa makin meledak-ledak amarahnya, terlebih dia sedang datang bulan merah bulanan saat ini.

Syafa awalnya tidak ingin menaiki sepeda Rendra yang tidak ada jok belakangnya itu. Dia hanya takut jatuh seperti dulu. Namun, Rendra meyakinkan Syafa untuk tidak takut dan duduk di depannya. Ditolaknya tawaran Rendra dengan alasan pantatnya nanti sakit.

"Kalau jatuh gimana?" cemas Syafa.

"Ga bakal, percaya sama gue."

"Kalau jatuh, gue gamau ya jalan sama lo lagi!"

"Siap ibu walihati."

"Apa banget, walihati, hahaha."

"Iya, kan lo wali hati gue."

Syafa benar-benar duduk di depan Rendra, sadang Rendra duduk di jok sepeda dengan tangan tangan yang berada di kedua sisi Syafa. Wangi tubuh Rendra menyeruak di indra penciuman Syafa, membuat Syafa betah lama-lama di sini, di dekat Rendra.

***

"Hujan

Kau saksi awal kedekatan kita berdua."

"Es krim makanan manis, kamu orang manis yang menemaniku makan makanan yang manis. Hidupku dikelilingi oleh yang manis-manis."

Complicated Bubble

Hidup itu, nggak sah kalau nggak ada masalah yang datang tiba-tiba. Masalah itu datang pasti ada hikmahnya, pasti. Seperti yang terjadi pada Syafa dan Rendra kali ini. Minibookstore dan kedai es krimnya saat ini tutup entah karena apa, padahal biasanya buka dua puluh empat jam. Akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di taman saja.

Rendra merasa bersalah meminta maaf kepada Syafa, Syafa mengerti keadaan bahwa ini adaah takdir bukan salahnya Rendra. Mereka sempat berbincang sebentar sampai akhirnya Syafa bertanya, "Terus di sini kita ngapain?"

"Main aja."

Diajaknya Syafa untuk bermain truth or dare bersamanya. Syafa menganggukan kepalanya, dia sangat menyukai permainan seperti ini, oleh karena itu dia menerima ajakan Rendra.

"Oke kita suit aja ya Sya, kan gada botolnya."

Mereka pun berhadapan dan mulai melakukan suit jepang. "Kertas gunting batu." Rendra gunting dan Syafa batu, jadi jelas siapa pemenangnya. Rendra pasrah, memilih dare, gentle katanya.

"Besok lo ngajak Atika makan berdua dikantin."

Rendra menyerenyit, "Atika?"

"Iya, temen gue yang kemarin ga lo nilai tugasnya, dan lo harus minta maaf."

Rendra ingat, cewek berkuncir kuda yang waktu itu dia telat mengumpulkan tugas, bukannya apa apa, Rendra tidak suka dengan orang yang telat, kalau Syafa sih, pengecualian. "Kenapa harus dia, kenapa ga lo aja?"

"Emang apa salahnya?"

"Gue takut lo cemburu."

"Pede banget, gak lah."

"Liat aja nanti, lo bakal cemburu, jangan salahin gue, ya, kalau nanti lo cemburu."

Syafa mengendikkan bajunya seperti biada, tak peduli sama sekali. Mereka pun melanjutkan permainan trurth or dare. "Kertas gunting batu." Kali ini keberuntungkan ada di pihak Rendra, Syafa kalah dan harus memilih truth atau dare. 

"Dare."

"Lo harus mau gue ajarin sepeda sampai bisa."

Syafa awalnya menolak keras dare dari Rendra, dia bahkan memohon mohon agar Rendra mengganti dare, juga awalnya 8ngin mengganti jadi truth saja, tapi Rendra kekeh dengan pendiriannya. Dan, jadilah Syafa mengalah.

Tiba-tiba saja hujan datang mengguyur kota Jakarta setelah sekian lama. Mata Syafa berbinar, dia sangat merindukan hujan yang sudah lama tidak datang. Langsung saja Syafa berlari, bermain hujan, "Sya, nanti lo sakit."

"Hujan temen gue, masalah sakit, belakangan,  gue kangen hujan-hujanan," ucap Syafa yang kini menarik tangan Rendra, mengajaknya bermain hujan bersama.

Rendra awalnya menolak, dengan alasan takut Syafa sakit, tapi lagi-lagi gadis itu sangat keras kepala, hingga Rendra mau tak mau harus menuruti  keinginannya. Mereka bermain hujan bersama, tertawa bersama, berlari di tengah hujan. Sederhana namun terasa luar biasa jika dilakukan bersama orang yang tak biasa.

"Lo tau apa yang spesial dari hujan hari ini?" tanya Rendra.

"Spesial karena udah lama gak turun ke Jakarta!"

"Lo salah. Hujan hari ini spesial karena gue lagi di sini, sama lo."

Biarlah hari ini menjadi saksi awal kedelatan mereka berdua. Dengan hujan yang terus mengelurkan suara gemercik, juga mereka yang terlihat bahagia bersama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!