5. Keperihan Ini Apa Namanya?

"Terima kasih, sudah mengisi hari. Kuharap, suatu hari nanti sedih takkan tercipta di hati."

Complicated Bubble

Ada perasaan yang tak bisa ku jelaskan.

Ada senang yang tak bisa ku ungkapkan

Yang jelas, setiap bersamanya hati ini berdetak tak karuan.

Setiap bersamanya, aku ingin waktu berhenti secara permanent.

Kebiasaan Syafa adalah menulis kata kata dari hati, karena Syafa seorang gadis yang suka menulis sebuah kata dicatas kertas sambil mengunyah bubble gum kesukaannya. Kedua hal itu sudah cukup membuatnya merasa tenang. Tak bersalang lama, terdengar bunyi dering ponsel.

Drrtt drrrt drrtt

089651851519

Angkat telepon gue.

Mendengar sebuah pesan masuk, Syafa menghentikan kegiatan menulis, beranjak menuju nakas untuk menggambil pomsel tercinta. Bukannya memasang wajah sumringah, justru gadis itu berdecak, "Apa lagi ini?"

"Got me feeling like pop rocks, strawberry, bubble gum."

089651851519 is calling you...

Syafa dengan enggan menjawab panggilan tersebut. Karena kalau di re-ject takut Rendra menelponnya sampai ia angkat, pikirnya sedikit ge-er.

"Sya."

"Apa?"

"Besok gue jemput, ya. Jam enam."

Panggilan dimatikan sebelah pihak oleh Rendra. Syafa mengumpat melihat layar ponselnya, seperti orang gila, bermonolog sendiri, "Ck, apaan sih nih orang, udah maksa, nelpon main matiin seenak masakan gue lagi! Kesel gue."

Drrt drrt drrt

089651851519

Jangan mengumpat, dosa lho!

Lebih baik lo tidur, istirahat yang cukup, biar gue seneng.

"Ish tau darimana coba ini orang? Jangan-jangan dia cenayang?" Syafa bergedik nyeri membayangkan bahwa cowo gila ini benar-benar cenayang, kalau Syafa gibahin orang lewat hati bareng temennya,bisa ketauan dong?

Drrt drrt drrtt

089651851519

Jangan mikir yang aneh-aneh.

Syafa mengabaikan pesan Rendra, tidak ada sedikitpun hasrat untuk membalas cowok ini. Syafa memutuskan untuk tidur, memimpikan biasnya di dalam mimpi, berharap bertemu dalam mimpi saja udah senang, apalagi ketemu langsung. Ah, Syafa jadi pengin cepet-cepet kuliah di Korea saja. Belajar sambil cuci mata, doublejob.

***

Terima kasih

Pernah membuat saya bahagia,

Walaupun akhirnya sedih yang tercipta.

Complicated Bubble

Syafa sudah siap menjalani aktifitasnya sebagai pelajar dalam menjalani weekend, setelah memasak sendiri di runah yang hanya berisinya seorang diri, bergegas makan, mencuci piring, segera memakai sepatu mainnya berwarna pink soft senada dengan jaket yang dia pakai saat ini. Semua anggota keluarganya sedang pergi liburan ke Bali, dan Syafa tidak ikut. Lebih tepatnya tidak diajak.

"Pagi tuan putri," sapa Rendra trpat setelah Syafa membuka pintu, berdiri di hadapannya setelah berdiri beberapa menit lalu.

"Mau kemana?" tsnya Syafa, tak membalas sapaan Rendra yang mengucapkan selamat pagi padanya. Baginya ucapan itu hanyalah ucapan basi. Rendra berjalan ke arah motor ninjanya, "Ikut aja, naik!"

"Serius gue, Ren."

"Iya gue juga serius ingin memperjuangankan cinta ini."

"Kalau lo masih banyak omong, gue ga mau ikut ya!" ujar Syafa sambil berjalan lagi menuju pintu rumahnya.

"Eh Sya! Jangan dong! Iya-iya naik motor. Baperan banget, sih."

Syafa membalikkan badannya dengan mata memicing, "Apa lo bilang? Gue baperan?"

"Iya lo baperan, kan lo punya hati." Rendra mengeles. Untung saja gadis di depannya ini polos.

"Yaudah gue naik, mana helmnya?"

"Nih, helm khusus untuk lo, Bidadari di hati gue," Ucap Rendra sambil memberikan helm, Syafa memakainya, segera menaiki jok belakang motor Rendra, "Inget, jangan modus!" Ancam Syafa.

Rendra mengangguk sebelum menacapkan gas, membelah jalan bersama para pengendara lain, selama perjalanan itu tak ada yang memulai percakapan Syafa yang memang ***** itu menguap, rasanya tidur di motor itu paling enak. Dulu, sewaktu kecil dia seringkali tidur di motor diapit kedua orang tuanya.

"Masih lama?" tanya Syafa setelah menguap tiga kali.

"Lumayan."

Syafa mendesis pelan. Kalau dia tertidur di atas motor tanpa ada seseorang di belakangnya, mustahil untuk dilakukan, kan? "Lo bisa cepetan gak bawa motornya?"

Beda hal dengan perempuan lain yang tidak suka jika lelaki yang membocengnya melajukan kecepatan motor dengan cepat. Syafa justru lebih memilih sebaliknya. Lagi pula tanpa harus memeluk, dia bisa memegang belakang jok motor. Meski tangannya akan terasa kikuk setelah turun dari motor nantinya.

Rendra melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Hawa ngantuk yang tadi Syafa rasakan seketika hilang begitu saja. Sebab, penyebab Syafa mudah mengantuk di motor karena lamanya perjalanan.

"Turun! Udah sampai," suruh Rendra setelah memarkirkan motornya. Syafa turun dari motor Rendra yang sudah terpakir rapi di parkiran CFD minggu ini. Syafa menatap Rendra lama, entah apa maksud gadis itu.

"Ayo," ajak Rendra.

Syafa mendegus, "Gue gak suka olahraga!"

***

"Cuma pengin kamu menghargai perasaan saya. Sesimpel itu, tapi nyatanya kamu gabisa lakuin karena ada hati uang harus dijaga bukan?"

Complicated Bubble

"Istirahat yuk, capek, Ren," pinta Syafa dengan ngos-ngosan pasalnya sudah sepuluh menit mereka berlari, padahal kapasitas lari Syafa hanya berkisar lima menit. Gadis pemalas model Syafa mana bisa diajak olahraga. Gadis itu memberhentikan langkahnya, tangannya menopang tubuhnya dengan memegang lutut.

"Baru sepuluh menit, Sya," celetuk Rendra yang ikut berhenti berlari.

"Capek tau!" keluh Syafa. Wajahnya memucat, Rendra jadi tidak tega apalagi melihat keringat yang terus bercucuran membasahi dahi Syafa.

"Yaudah duduk lo situ dulu, ya," perintah Rendra, menunjuk bangku panjang di sisi kanan mereka, tepat di samping pohon.

Belum sempat Syafa berbicara, Rendra langsung lari entah ke mana, "Kebiasaan deh, main kabur aja!" umpatnya. Syafa duduk di kursi terdekat, mulutnya terus-menerus mengumpati Rendra, "Rendra sialan."

Tak lama, perutnya sakit selepas berlari. Sepertinya efek sudah lama tidak berolarga. Sekalinya berolahraga, justru merasa lemas. Syafa melihat tangannya diatas pada, menelungkupkan kepalanya di sana.

Seseorang duduk di sampingnya. Menepuk pelan kepalanya dan mengelus pelan surai rambutnya, Syafa menengok ke samping mendapati Rendra yang menyodorkan sebotol air mineral, "Minum." Syafa duduk dengan tegap, menggambil air meneral dan diteguknya hingga habis.

"Lo udah berapa lama nggak olahraga? Sampe segitunya?" tanya Rendra.

"Tahun lalu. Gue bolos pelajaran Penjaskes. Males. Capek!" jawab Syafa seadanya. Gadis itu benar-benar selalu melarikan diri dari pelajaran Penjaskes. Tidak ingin melakukan olahraga mesi hanya pemanasan.

"Pantes ...."

"Pantes apa?"

"Nggak jadi."

"Yaudah, bodoamat!"

"Jangan ngambek dong! Kan udah dibeliin minum, gratis deh ga bayar. Tapi kalau mau bayar dengan senang hati yaudah," kekeh Rendra.

"Yaudah nih gue bayar!" ujar Syafa sambil menyerahkan selembar uang dengan nominal sepuluh ribu kepada Rendra.

"Maksud gue itu, bayarnya pake cinta."

"Ngarep!"

Hening, Rendra tidak membalas ucapan Syafa, Syafa meringis, apa dia salah berbicara? Syafa pikir Rendra hanya bercanda masalah cinta. Lagi pula dia tidak ingin membawa perasaan terlebih dulu. Nanti kalau sakit hati, pasti sendiri. Dan sendiri saat sakit hati itu lebih menyesakkan daripada sendiri bersama bias.

"Ehm... Sya. Atika cantik ya? Baik lagi. Ga galak kayak lo."

"Iya lah, sahabat gue gitu lho!" ucap Syafa dengan bangga. Padahal, hatinya menjerit kesakitan. Syafa tak tahu rasa sakit apa yang timbul saat Rendra membahas Atika. Intinya sangat menyesakkan. Keperihan ini ... apa namanya?

'Kok perih ya?' batin Syafa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!