Menggenggam Rasa

Menggenggam Rasa

1. Kejutan

Senyuman tak sedetik pun luntur dari wajah cantik Nayla, saat ia melihat kartu undangan pernikahan berwarna peach di tangannya.

Gadis itu akan segera melepas masa lajang dengan seorang laki-laki yang tak sengaja hadir dalam kehidupannya. Laki-laki yang satu tahun belakangan ini mengisi kekosongan hatinya.

Adrian Mahendra, kakak tingkat satu almamaternya di kampus. Mereka bertemu secara tidak sengaja, ketika Nayla mengalami insiden kecil saat perjalanan pulang dari salah satu restoran milik Hasna yang ia kelola.

Saat itu mobil yang Nayla tumpangi mogok. Hampir satu jam menunggu, tapi montir tak kunjung datang. Dan secara kebetulan, Adrian datang menawarkan bantuan.

Dari pertemuan tidak di sengaja itu, mereka baru menyadari jika berasal dari almamater yang sama. Hanya saja fakultas mereka berbeda.

Selama hampir enam bulan lamanya mereka berhubungan dekat, akhirnya Adrian memberanikan diri untuk melamar Nayla tepat di hari ulang tahunnya yang ke 25. Lalu meresmikan hubungan mereka sebulan kemudian melalui acara pertunangan.

Rencananya bulan depan, resepsi keduanya akan di gelar di sebuah ballroom hotel mewah. Tempat yang sama saat Rama, kakak laki-laki Nayla mengadakan resepsi pernikahan dengan sang istri beberapa tahun silam.

Nayla meraih ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja kerjanya. Lalu dengan gerakan cepat, ia mengetikkan pesan pada seseorang yang sangat dirindukannya saat ini.

~Hun, lagi apa?~ Nayla.

~Udah waktunya makan siang. Jangan lupa makan, ya.~ Nayla

~Baik-baik di sana.~ Nayla.

~Selalu jaga kesehatan.~ Nayla.

~Aku merindukanmu.~ Nayla.

Beberapa pesan ia kirimkan kepada laki-laki yang dalam waktu dekat akan menjadi suaminya. Dan pesan terakhir berhasil membuatnya terkikik geli. Karena berkali-kali Hasna, kakak ipar kesayangan selalu memperingatkan dirinya. Agar tidak terlalu sering mengumbar kata-kata manis pada seseorang. Terlebih lawan jenis. Apalagi belum memiliki ikatan yang sah.

"Tapi kan, kami akan segera menikah, Mbak." Sangkalnya waktu itu.

"Baru segera, Nay. Masih belum jadi suami, kan?"

"Nggak baik, apalagi kamu perempuan."

Nayla hanya mendengus saat mendengar penuturan Hasna. Mau menyangkal pun, dia merasa sungkan. Karena ia pun menyadari jika terlalu mengumbar kata cinta pada lawan jenis yang belum memiliki ikatan sah, tidaklah baik.

Sekilas mengingat pesan kakak ipar kesayangannya, tiba-tiba saja ia merindukan Reyn. Keponakan tampannya yang baru saja genap berusia 2 tahun, dan dalam waktu dekat akan segera memiliki adik. Sungguh rajin sekali kakak laki-lakinya itu.

Nayla baru saja akan membereskan barang pribadinya, bersamaan dengan ketukan di pintu ruang kerjanya.

"Masuk." Sahutnya dari dalam.

Reni, salah satu pegawai restoran menyembul dari balik pintu.

"Maaf, Mbak, ada tamu."

"Siapa?" Tanya Nayla bertepatan dengan selesainya ia memasukkan ponsel ke dalam tas yang selalu ia bawa.

"Emmm... Nggak tau, Mbak." Nayla mengernyit heran.

"Tapi, aku nggak ada janji temu dengan siapapun hari ini." Ucap Nayla.

"Tadi tamunya sempet bilang, kalau Mbak sama dia teman lama. Dan kebetulan sedang lewat, jadi sekalian mampir."

Nayla menghembuskan nafasnya perlahan, berusaha mengingat kalau-kalau ada salah seorang temannya yang pernah mengirimkan pesan jika akan mampir ke restoran. Tapi sepertinya tidak ada. Bahkan Silvi, sahabatnya masih berada di luar kota.

"Oke, suruh masuk, karena aku tidak punya banyak waktu." Nayla melihat jam yang melingkari lengan kirinya.

Jam makan siang, pasti akan sangat seru jika menghabiskannya di rumah sang kakak. Ia benar-benar rindu dengan keponakan tampannya. Hampir dua minggu ia tidak berkunjung ke sana.

"Selamat siang, Mbak Nayla."

Suara yang begitu familiar berhasil menyapa pendengarannya. Dan tanpa disadari kedua sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan sempurna.

"Kamu boleh pergi, Reni." Ucap Nayla yang di angguki oleh Reni.

Nayla berjalan mendekat ke arah tamu yang siang ini mengunjunginya, bersamaan dengan suara pintu yang ditutup oleh Reni dari luar.

Nayla menubruk tubuh tinggi tegap yang merentangkan kedua tangan, mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam pelukan. Adrian, laki-laki itu datang tanpa memberikan kabar terlebih dahulu, dan berhasil membuat kejutan untuknya.

"Aku sangat merindukanmu." Gumam Nayla. Ia semakin mempererat pelukannya.

"I miss you so badly." Ucap Adrian seraya mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil dalam dekapannya.

"Kenapa nggak bilang kalau mau mampir?" Nayla mendorong pelan dada Adrian. Hingga pelukan keduanya terurai.

"Untung aku belum pergi."

"For you." Adrian memberikan buket bunga mawar cantik untuk Nayla.

"Thank you." Nayla kembali menghambur ke dalam pelukan setelah menerima sebuket mawar merah dari Adrian. Sepertinya Adrian memiliki cara ampuh untuk meluluhkan Nayla.

Untuk beberapa saat mereka bertahan dalam posisi ternyaman untuk sekedar melepas kerinduan. Hingga suara Adrian membuat pelukan di antara mereka kembali terurai.

"Kira-kira Mbak Hasna tau nggak ya, kalau kita pelukan kayak gini?"

Nayla reflek mendorong dada bidang itu, lantas menghadiahkan pukulan di lengan Adrian. Kenapa tiba-tiba membicarakan Hasna? Andai saja kakak iparnya itu tau apa yang baru saja mereka lakukan, bisa di pastikan mereka akan mendapatkan siraman rohani dari perempuan cantik itu, detik ini juga.

"Apaan sih, malah bahas Mbak Hasna." Kekeh Nayla.

"Ya kali-kali aja, tiba-tiba muncul. Pasti habis kita kena semprot." Kekeh Adrian.

"Eh, Mbak Hasna udah lahiran, belum?"

"Belum, perkiraan pertengahan bulan depan." Ucap Nayla.

"Setelah kita menikah?"

"Ya... Antara sebelum dan sesudah kita menikah."

"Kok nggak pasti?" Adrian mengernyit heran dengan jawaban tidak pasti dari Nayla.

"Ya...namanya orang lahiran itu bisa maju, bisa mundur dari perkiraan."

Perempuan itu kembali menghirup aroma khas bunga mawar di tangannya.

"Eh, kamu udah makan belum?"

Nayla baru ingat, jika sesaat sebelum Adrian datang, ia sempat mengirimkan pesan agar tunangannya itu tidak melewatkan makan siangnya.

"Belum, tadi langsung ke sini setelah kerjaan beres."

Walaupun berasal dari kota yang sama, tapi Adrian menetap di kota tempatnya bekerja. Dan selama itu pula, mereka hanya bertemu satu minggu sekali saat weekend. Kebetulan juga, hari ini Adrian ada pekerjaan disini.

"Makan disini atau..."

"Ada opsi lain?" Potong Adrian cepat.

"Ya, sebenarnya aku mau ke rumah Kak Rama. Udah kangen banget sama Reyn. Dua minggu nggak ketemu."

"Jadi, aku saingan nih sama bocil?" Adrian mendengus kecil saat mengatakannya.

"Paan sih? Nggak jelas banget." Kekeh Nayla.

"Reyn itu umur berapa sih sekarang? Udah mau punya adek aja."

"Tiga bulan yang lalu, baru dua tahun sih."

"Rajin juga, Kak Rama. Bisa ditiru nih." Ucap Adrian seraya mengerling ke arah Nayla.

"Ckk...nggak jelas banget kamu." Kedua pipi perempuan itu nampak bersemu merah mendengar ucapan terakhir Adrian. Namun laki-laki itu justru terkekeh melihat ekspresi yang Nayla tunjukkan.

"Udah ah, jadi mau makan di mana?" Nayla mengakhiri bahasan yang akan menjurus kepada hal-hal aneh lainnya.

"Di rumah Kak Rama aja deh. Sekalian minta tips jitu biar Reyn cepet punya sepupu." Adrian menaik turunkan alisnya. Sungguh membuat Nayla ingin sekali menjewer telinganya dengan sangat keras.

"Coba aja kalau berani." Tantang Nayla, yang membuat tawa Adrian pecah.

***

Mobil yang Adrian kendarai memasuki gerbang tinggi yang menjulang kokoh di depan kediaman Rama.

Saat pertama ia diajak Nayla untuk berkunjung di rumah kakak laki-lakinya, ia benar-benar merasa insecure saat mengetahui betapa megahnya kediaman calon kakak iparnya itu.

"Kamu tahu nggak, kalau rumah ini hadiah buat Mbak Hasna saat lahiran Reyn." Ucap Nayla waktu itu.

Ia hanya bisa menelan ludah saat mengetahui jika Rama memberikan hadiah semewah itu pada istrinya, sesaat setelah kelahiran putra pertama mereka.

Nanti jika Nayla melahirkan anak pertama mereka, apa ia harus memberikan hal serupa?

"Aku merasa bukan siapa-siapa kalau begini." Ucapnya kala itu. Ia benar-benar merasa kerdil di hadapan keluarga Nayla.

Secara finansial, ia sudah tergolong mapan dengan pekerjaan yang membuatnya menghasilkan pundi-pundi rupiah yang tak sedikit setiap bulannya. Bahkan berhasil membeli satu unit rumah untuk ia tinggali bersama dengan Nayla setelah mereka menikah nanti.

Tapi saat mengetahui rumah bak istana milik Rama, ia merasa kurang percaya diri. Bahkan rumah itu lebih besar dan mewah dari rumah keluarga Suryanata.

"Pemberian itu tidak melulu dengan sesuatu yang mewah." Jawab Nayla saat ia menanyakan hadiah saat kelahiran anak pertama mereka nantinya waktu itu.

"Tapi hati di dalamnya. Ketulusan, itu yang terpenting."

"Tapi, aku tidak membutuhkan semua itu." Nayla menatap dalam manik coklat terang milik Adrian.

"Cukup temani dan dukung aku di masa-masa sulit saat aku menjalankan perananku sebagai seorang istri. Bagiku itu lebih dari cukup."

"Seperti kak Rama yang selalu berada di samping Mbak Hasna."

Ucapan Nayla terekam sempurna dalam ingatannya. Dan itu berhasil membuatnya bertahan sampai di titik ini.

Ketulusan, itu yang membuatnya yakin untuk melangkah menuju masa depan bersama Nayla. Bukan karena harta yang di miliki perempuan itu, karena berasal dari keluarga yang berada dan cukup terpandang di kota ini. Tapi ia benar-benar tulus mencintai perempuan itu apa adanya.

"Masuk, yuk."

Suara Nayla berhasil membuatnya kembali tersadar dari lamunan.

Segera ia membuka seatbelt yang membelit tubuhnya, lalu mengikuti langkah Nayla menuju pintu utama.

***

Hai...hai...hai...

Ketemu lagi di karya kedua ku. Setelah sekian purnama bertapa, akhirnya turun gunung juga. (Apaan sih, nggak penting 😂😂🙏🏻)

Setelah banyaknya request tentang kisah si gadis tengil. Akhirnya pecah telor juga, setelah mengerami selama hampir dua bulan lamanya (burung onta kali ah)

Udah...nggak perlu banyak cuap-cuap. Aku ingin mempersembahkan karya ini untuk kalian, para pembaca tersayang. Semoga kalian suka dan terhibur. Love you all.

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

menyimak sekuelnya...

2024-03-07

1

kirana

kirana

setelah marathon kisah rama+hasna, cuuss ke sini🤗🤗

2023-12-10

0

Yani

Yani

Senengnya bisa baca karya author lagi😘😘😘😘 apa lagi ceritanya cerita kusah cinta Nayla ttp semangat thor 💪💪💪💪🌹🌹🌹

2023-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kejutan
2 2. Setelah Menikah
3 3. Diskusi Masa Depan
4 4. My Pretty Woman
5 5. My Beautiful in White
6 6. Maaf
7 7. Panggilan Dini Hari
8 8. Dejavu
9 9. Semua Akan Baik-baik Saja
10 10. Garis Takdir
11 11. Secercah Harapan
12 12. Aku Pasti Sembuh
13 13. Dia Pasti Baik-baik Saja
14 14. Mimpi Buruk
15 15. Menangislah
16 16. Sebuah Amanah
17 17. Nothing's Free in This World
18 18. Menjadi Pribadi Yang Baru
19 19. Meluruskan Niat
20 20. Sebuah Teguran
21 21. Berkunjung
22 22. Mengadukan Semuanya
23 23. Kepulangan Nayla
24 24. Mobil Merah Milik Reyn
25 25. Bros Dan Jam Tangan Couple
26 26. Kepulangan Kevin
27 27. Daging Rendang
28 28. Hampir Saja
29 29. Suara Itu...
30 30. Penasaran
31 31. Reuni
32 32. Kisah Yang (Belum) Usai.
33 33. Pengunjung Restoran
34 34. Balikan Sama Mantan.
35 35. Bertemu Rama
36 36. Hadiah Pernikahan
37 37. Perasaan Ilyas
38 38. Meminta Nasihat Hasna
39 39. Memohon Petunjuk
40 40. Isyarat Mimpi
41 41. Jawaban Nayla
42 42. Senyuman itu...
43 43. Jodoh Untuk Nayla
44 44. Menejer Restoran?
45 45. Debaran Aneh
46 46. Detektif Conan
47 47. Jadi Dia...?
48 48. Bertemu Gadis Kecil
49 49. Semakin Menghindar, Semakin Mendekat
50 50. Menghindar Untuk Kembali Bertemu
51 51. Bukan Seorang Ibu
52 52. Detektif Conan 2
53 53. Gagal Menikah
54 54. Meminta Restu
55 55. Calon Pendamping
56 56. Meminta (kembali) Pada Orang Tuanya
57 57. Rumit
58 58. Menyampaikannya Kepada Nayla.
59 59. Genggam tanganku, dan jangan pernah kamu melepaskannya
60 60. Penguntit(?)
61 61. Kedatangan Rama
62 62. Reaksi Rama
63 63. Secuil Kisah Masa Lalu
64 64. Menemui Nayla
65 65. Bukan Abege
66 66. Menggenggam Rasa
67 67. Meminta Sedikit Waktu
68 68. Bismillah...
69 69. Meragu
70 70. Demi Allah...
71 71. Jodoh Jalur Langit
72 72. Lamaran
73 73. Siap Menjadi Istri Saya
74 74. And She Said...
75 75. Preparing
76 76. Jaga Pandangan Mu
77 77. Fitting
78 78. Cinta Monyet
79 79. Siapa?
80 80. Dua Cincin Pertunangan
81 81. Undangan
82 82. Nikahan Atau Konser?
83 83. Melepaskan Rasa Yang Pernah Aku Jaga
84 84. Sebuah Tanggung Jawab
85 85. Sah
86 86. Kecupan Lembut
87 87. Menjadi Istri Seutuhnya
88 88. Malam Pertama
89 89. Panggilan Sayang
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1. Kejutan
2
2. Setelah Menikah
3
3. Diskusi Masa Depan
4
4. My Pretty Woman
5
5. My Beautiful in White
6
6. Maaf
7
7. Panggilan Dini Hari
8
8. Dejavu
9
9. Semua Akan Baik-baik Saja
10
10. Garis Takdir
11
11. Secercah Harapan
12
12. Aku Pasti Sembuh
13
13. Dia Pasti Baik-baik Saja
14
14. Mimpi Buruk
15
15. Menangislah
16
16. Sebuah Amanah
17
17. Nothing's Free in This World
18
18. Menjadi Pribadi Yang Baru
19
19. Meluruskan Niat
20
20. Sebuah Teguran
21
21. Berkunjung
22
22. Mengadukan Semuanya
23
23. Kepulangan Nayla
24
24. Mobil Merah Milik Reyn
25
25. Bros Dan Jam Tangan Couple
26
26. Kepulangan Kevin
27
27. Daging Rendang
28
28. Hampir Saja
29
29. Suara Itu...
30
30. Penasaran
31
31. Reuni
32
32. Kisah Yang (Belum) Usai.
33
33. Pengunjung Restoran
34
34. Balikan Sama Mantan.
35
35. Bertemu Rama
36
36. Hadiah Pernikahan
37
37. Perasaan Ilyas
38
38. Meminta Nasihat Hasna
39
39. Memohon Petunjuk
40
40. Isyarat Mimpi
41
41. Jawaban Nayla
42
42. Senyuman itu...
43
43. Jodoh Untuk Nayla
44
44. Menejer Restoran?
45
45. Debaran Aneh
46
46. Detektif Conan
47
47. Jadi Dia...?
48
48. Bertemu Gadis Kecil
49
49. Semakin Menghindar, Semakin Mendekat
50
50. Menghindar Untuk Kembali Bertemu
51
51. Bukan Seorang Ibu
52
52. Detektif Conan 2
53
53. Gagal Menikah
54
54. Meminta Restu
55
55. Calon Pendamping
56
56. Meminta (kembali) Pada Orang Tuanya
57
57. Rumit
58
58. Menyampaikannya Kepada Nayla.
59
59. Genggam tanganku, dan jangan pernah kamu melepaskannya
60
60. Penguntit(?)
61
61. Kedatangan Rama
62
62. Reaksi Rama
63
63. Secuil Kisah Masa Lalu
64
64. Menemui Nayla
65
65. Bukan Abege
66
66. Menggenggam Rasa
67
67. Meminta Sedikit Waktu
68
68. Bismillah...
69
69. Meragu
70
70. Demi Allah...
71
71. Jodoh Jalur Langit
72
72. Lamaran
73
73. Siap Menjadi Istri Saya
74
74. And She Said...
75
75. Preparing
76
76. Jaga Pandangan Mu
77
77. Fitting
78
78. Cinta Monyet
79
79. Siapa?
80
80. Dua Cincin Pertunangan
81
81. Undangan
82
82. Nikahan Atau Konser?
83
83. Melepaskan Rasa Yang Pernah Aku Jaga
84
84. Sebuah Tanggung Jawab
85
85. Sah
86
86. Kecupan Lembut
87
87. Menjadi Istri Seutuhnya
88
88. Malam Pertama
89
89. Panggilan Sayang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!