2. Setelah Menikah

"Assalamu'alaikum."

Suara ceria khas Nayla menggema memenuhi ruang makan kediaman Rama. Membuat Rama, Hasna, juga Reyn menoleh ke arahnya secara bersamaan.

"Wa'alaikumussalam."

Nayla langsung mencium punggung tangan Hasna dan memeluk perempuan yang tengah hamil itu dengan rasa rindu. Statusnya memang hanya ipar, tapi ikatan di antara mereka sudah layaknya seperti saudara kandung.

"Kesini kok nggak ngabarin?" Tanya Hasna saat pelukan keduanya terurai.

"Sengaja. Habisnya kangen banget sama Reyn."

Nayla beralih mencium punggung tangan Rama, kemudian menghambur untuk memeluk keponakan tampannya.

"Reyn... Tante kangeeen." Ciuman bertubi-tubi mendarat di pipi bulat Reyn.

"Leyn matan duyu, Tante." Reyn kembali fokus pada sendok di tangannya.

"Selamat siang, Kak, Mbak." Sapa Adrian yang masih berdiri di samping meja makan. Membuat Rama menoleh ke arahnya.

"Siang, duduk, duduk." Sambut Hasna.

Adrian menyalami Rama terlebih dahulu dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada kepada Hasna, sebelum mendudukkan dirinya di kursi di sebelah kiri Rama.

"Sengaja? Atau kebetulan?" Tanya Rama penuh selidik.

Adrian sempat melirik ke arah Nayla yang duduk di hadapannya, tepatnya di sebelah high chair yang di duduki Reyn.

"Kebetulan ada kerjaan di kantor pusat. Atasan memberikan izin untuk pulang. Jadi tidak perlu kembali ke kantor."

"Dan pulangnya tidak ke rumah, tapi..." Rama justru melirik pada adik perempuannya. Dan itu sukses membuat Adrian salah tingkah.

"Ee...saya sengaja mampir ke restoran, karena kebetulan searah juga."

"Aku yang ngajak Adrian kemari, karena aku memang mau kesini. Kangen sama Reyn." Sahut Nayla.

"Bi Narsih."

Tak lama muncul wanita paruh baya dari arah dapur.

"Iya, Bu."

"Tolong ambilin piring, ya. Buat Mbak Nayla sama Mas Adrian." Pinta Hasna.

"Baik, Bu."

"Makan dulu, mumpung Mbak masak menu spesial." Ajak Hasna.

"Mbak Hasna semua yang masak?" Nayla menatap kakak ipar yang berada di samping kirinya. Dan anggukan Hasna sebagai jawabannya.

"Menu sebanyak ini?"

Di atas meja ada beberapa menu yang terhidang, makanan favorit Rama pastinya. Juga yang lainnya, seperti gulai ikan dan perkedel kentang.

"Sesuai request." Hasna mengerling ke arah Rama yang kembali fokus dengan piring dihadapannya.

***

"Nanti setelah makan, temui saya di ruang kerja, ya." Ucap Rama sebelum berlalu dengan membawa Reyn dalam gendongan.

Adrian tiba-tiba saja merasa gugup luar biasa setelah mendengar kalimat yang baru saja Rama tujukan padanya. Ia sudah sering bertemu dengan Kakak laki-laki calon istrinya itu. Juga terlibat obrolan ringan. Tapi kenapa auranya sekarang berbeda.

Dari tatapan yang Rama berikan kepadanya, seolah mengatakan ada hal yang... Aahhh...bahkan hanya memikirkannya saja, sudah membuatnya susah menelan makanan yang sempat ia kunyah.

"Kak Rama mau ngomongin apa sih, Mbak?" Nayla mulai mengorek informasi dari Hasna. Paling tidak clue yang Hasna berikan bisa membantu mengurangi rasa penasarannya.

"Kok ngajak ke ruang kerja? Biasanya juga ngobrol bareng di ruang tengah."

Hasna hanya menggedikkan bahu dan kembali memakan potongan apel segar.

"Nggak balik kantor?" Tanya Nayla lagi.

"Kalau jum'at, Mas Rama jarang balik. Habis sholat jum'at, nemenin Reyn main sekalian nemenin tidur siang."

"Tapi kalau ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal, ya... Langsung balik tuh." Ujar Hasna.

Adrian yang mendengarkan obrolan dua perempuan itu hanya bisa menghembuskan nafasnya perlahan. Hasna bahkan tidak memberikan jawaban pasti. Kira-kira apa yang akan Rama bicarakan kepadanya?

***

Tok, tok, tok

Terdengar ketukan beberapa kali di pintu, membuat Rama menghentikan aktifitasnya bermain dengan Reyn di atas playmat.

"Masuk."

Terlihat Adrian menyembul dari balik pintu.

"Oke, boy. Sama bunda dulu, ya. Ayah ada perlu sebentar sama om Adrian." Rama mengangkat tubuh jagoan kecilnya setelah sebelumnya meminta Adrian untuk duduk di sofa.

Tak berselang lama, Rama kembali dan mendudukkan dirinya tepat di kursi lain yang berada di samping kanan Adrian. Lalu Bi Narsih mengekorinya dengan membawa dua cangkir minuman di atas nampan.

"Silahkan, Pak." Ucap Bi Narsih setelah menyimpan dua cangkir minuman hangat di hadapan mereka.

"Makasih, Bi."

"Minum dulu." Ucap Rama setelah pintu ruang kerjanya ditutup dari luar.

Adrian mengikuti Rama yang mengambil cangkir, lalu menyesapnya perlahan sekedar untuk menghilangkan kegelisahan.

"Ada hal penting yang perlu saya bicarakan sama kamu." Ucap Rama membuka obrolan.

Rupanya Rama tidak ingin berbasa-basi. Dan itu sukses membuat Adrian menelan salivanya sendiri dengan susah payah.

Berbagai pikiran negatif menghampiri benak laki-laki berusia 26 tahun itu. Adakah kesalahan yang ia perbuat, hingga Rama memintanya duduk hanya berdua di ruang kerja? Ruangan pribadi yang tidak sembarang orang bisa memasukinya.

Atau bahkan, kedatangannya di rumah Rama suatu kesalahan? Sehingga membuat sang tuan rumah merasa tidak nyaman. Apalagi datangnya berdua dengan Nayla. Dan disaat masih jam kerja. Otaknya benar-benar tidak bisa menerka satu jawaban pun.

"Maaf sebelumnya, jika nantinya kamu tersinggung dengan ucapan saya."

Bahkan bisa ia lihat, gurat keseriusan di wajah Rama.

"Satu bulan lagi, kamu dan Nayla akan menikah."

Sebaris kalimat sudah membuat Adrian dilanda kegugupan. Tapi ia berusaha untuk tetap bersikap tenang di bawah tatapan Rama yang seolah tengah mengintimidasinya.

"Saya dan Papa sudah membicarakan hal ini sebelumnya."

"Dan kebetulan kamu kemari, saya akan sampaikan ini sama kamu sekarang."

Adrian mulai menghirup nafas dalam-dalam untuk mengurai ketegangan.

"Sebentar lagi, Papa akan segera memasuki masa pensiun. Dan sebelum waktunya tiba, Papa ingin ada yang menggantikan posisi Papa di perusahaan."

"Awalnya, Papa meminta saya sendiri untuk mengambil alih perusahaan. Tapi sudah banyak yang saya handle. Perusahaan saya sendiri, bahkan restoran milik istri saya. Yang salah satunya di kelola Nayla."

"Jadi tidak mungkin saya memecah konsentrasi saya sebanyak itu."

Rama menjeda ucapannya. Memperhatikan Adrian yang belum membuka suara sama sekali.

"Jadi, Papa mengambil keputusan bijak untuk menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepada kamu."

Keterkejutan nampak begitu jelas dimata laki-laki berkemeja navy itu. Hingga membuat Rama kembali membuka suara.

"Ini bukan keputusan sepihak dari Papa. Tapi memang kami sudah memikirkan dan mempertimbangkan semuanya matang-matang."

"Semuanya bisa dipelajari pelan-pelan."

"Makanya, sebelum Papa benar-benar meninggalkan perusahaan. Papa minta sudah ada yang menggantikan."

"Dan saya yakin, kamu mampu." Ucap Rama yang masih menatap lurus ke arah Adrian.

Adrian menundukkan kepalanya sejenak. Berusaha mencari kata yang pas untuk menolak permintaan calon kakak iparnya itu. Jangan sampai ia malah melukai perasaan keluarga Nayla.

"Di perusahaan, ada bagian milik Nayla. Dan sebagai suaminya kelak, kamu yang harus menjalankannya." Ucap Rama kembali memecah keheningan.

"Kamu tahu sendiri kan, kalau Nayla tidak ada ketertarikan dengan dunia bisnis perkantoran? Makanya lebih memilih ikut bergabung di restoran istri saya."

Adrian menelan ludahnya yang terasa begitu susah saat melewati tenggorokan. Sebelum pada akhirnya, ia membuka suara.

"Maaf, Kak. Bukannya saya menolak, tapi saya merasa tidaklah pantas memegang kendali perusahaan sebesar itu."

"Karena saya sadar akan kemampuan yang saya miliki." Ucap Adrian penuh kehati-hatian.

"Seperti yang saya katakan tadi. Semua bisa di pelajari pelan-pelan." Sanggah Rama.

"Tapi, saya sudah memiliki pekerjaan tetap. Dan sudah membuat saya merasa nyaman." Adrian masih berusaha menolak permintaan Rama.

"Maaf jika kamu tersinggung. Tapi kami tidak bermaksud menyudutkan pekerjaan kamu."

"Kami hanya ingin, kamu lebih maju. Apalagi setelah kalian menikah, tanggung jawab bukan hanya untuk diri kamu sendiri, tapi kepada keluarga kecil kalian nanti."

"Lagi pula, perusahaan milik Papa, adalah milik keluarga Suryanata. Jadi kamu juga memiliki kesempatan yang sama dengan saya saat kamu resmi menikah dengan Nayla nantinya. Memimpin perusahaan."

Jujur saja, Adrian merasa tidaklah mampu. Selama ini ia bekerja di bidang yang memang sesuai dengan keahliannya. Lalu apakah dia sanggup memikul tanggung jawab yang akan diberikan seorang Andi Suryanata kepadanya?

"Kapanpun kamu siap, katakan. Saya siap membantu. Tidak perlu sungkan." Pungkas Rama.

***

Menjelang sore, Nayla dan Adrian berpamitan pada Rama juga Hasna. Dan sekarang, keduanya tengah berada dalam mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hanya terdengar suara nyanyian yang mengalun merdu berasal dari audio mobil, yang baru saja Adrian nyalakan. Membuat Adrian mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas kemudi mengikuti irama lagu.

Trouble will find you no mater where you go, oh oh

No Matter if you're fast no matter if you're slow, oh oh

The eye of the storm and the cry in the morn, oh oh

Your fine for a while but then start to loose control

He's there in the dark

He's there in my heart

He waits in the winds

He's gotta play a part

Trouble is a friend

Yeah trouble is a friend of mine. oh oh

(Trouble is a friend, Lenka)

"Honey."

"Ya?" Adrian menoleh sekilas pada Nayla.

"Tadi ngobrolin apa sama kak Rama? Serius banget. Sampai aku nggak diizinin masuk sama Mbak Hasna."

Tak pernah berubah, jiwa kepo Nayla selalu menggelitik untuk menanyakan hal yang belum ia ketahui pada tunangannya itu.

"Kepo, ya...." Adrian mengerling ke arahnya.

"Ckk... Siapa juga yang kepo? Orang nanya doang." Sungut Nayla.

"Itu...hidungnya sampai kembang kempis begitu. Apa coba kalau bukan kepo." Kini Adrian mulai tergelak.

"Iiihhhh...nyebelin deh." Nayla pura-pura merajuk dengan membuang pandangan ke arah luar jendela di sampingnya.

Adrian tersenyum simpul mendapati reaksi Nayla yang seolah tengah memprotes dirinya.

"Tadi kak Rama bilang kalau..."

Nayla memasang kedua telinganya dan menajamkan pendengaran. Menunggu Adrian menyelesaikan kalimatnya. Dan tetap tak mengalihkan pandangannya dari luar jendela. Akan terlihat sekali ia sangat penasaran, jika langsung menoleh pada Adrian.

"Aku...di minta untuk..."

Hampir saja Nayla melayangkan protes, karena Adrian tidak to the point dalam menyampaikan berita. Namun urung, saat laki-laki itu kembali membuka suara.

"Setelah kita menikah...aku diminta...untuk...mengambil alih perusahaan Papa kamu." Nayla langsung mengalihkan pandangannya, dan menatap Adrian yang masih fokus pada jalanan, namun masih melirik ke arahnya sebentar.

"Trus kamu bilang apa?" Kali ini Nayla benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Dan ekspresi yang perempuan itu tunjukkan benar-benar membuat Adrian tak kuasa menahan tawanya.

***

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Nayla ga berubah madih tetap kepo lanjut thor ttp semangat 💪💪💪❤❤❤

2023-07-14

1

babyanzely

babyanzely

besok update lagi ya Thor,semangat karena aku penasaran konflik yg membatalkan pernikahan si Nayla😊

2023-07-13

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kejutan
2 2. Setelah Menikah
3 3. Diskusi Masa Depan
4 4. My Pretty Woman
5 5. My Beautiful in White
6 6. Maaf
7 7. Panggilan Dini Hari
8 8. Dejavu
9 9. Semua Akan Baik-baik Saja
10 10. Garis Takdir
11 11. Secercah Harapan
12 12. Aku Pasti Sembuh
13 13. Dia Pasti Baik-baik Saja
14 14. Mimpi Buruk
15 15. Menangislah
16 16. Sebuah Amanah
17 17. Nothing's Free in This World
18 18. Menjadi Pribadi Yang Baru
19 19. Meluruskan Niat
20 20. Sebuah Teguran
21 21. Berkunjung
22 22. Mengadukan Semuanya
23 23. Kepulangan Nayla
24 24. Mobil Merah Milik Reyn
25 25. Bros Dan Jam Tangan Couple
26 26. Kepulangan Kevin
27 27. Daging Rendang
28 28. Hampir Saja
29 29. Suara Itu...
30 30. Penasaran
31 31. Reuni
32 32. Kisah Yang (Belum) Usai.
33 33. Pengunjung Restoran
34 34. Balikan Sama Mantan.
35 35. Bertemu Rama
36 36. Hadiah Pernikahan
37 37. Perasaan Ilyas
38 38. Meminta Nasihat Hasna
39 39. Memohon Petunjuk
40 40. Isyarat Mimpi
41 41. Jawaban Nayla
42 42. Senyuman itu...
43 43. Jodoh Untuk Nayla
44 44. Menejer Restoran?
45 45. Debaran Aneh
46 46. Detektif Conan
47 47. Jadi Dia...?
48 48. Bertemu Gadis Kecil
49 49. Semakin Menghindar, Semakin Mendekat
50 50. Menghindar Untuk Kembali Bertemu
51 51. Bukan Seorang Ibu
52 52. Detektif Conan 2
53 53. Gagal Menikah
54 54. Meminta Restu
55 55. Calon Pendamping
56 56. Meminta (kembali) Pada Orang Tuanya
57 57. Rumit
58 58. Menyampaikannya Kepada Nayla.
59 59. Genggam tanganku, dan jangan pernah kamu melepaskannya
60 60. Penguntit(?)
61 61. Kedatangan Rama
62 62. Reaksi Rama
63 63. Secuil Kisah Masa Lalu
64 64. Menemui Nayla
65 65. Bukan Abege
66 66. Menggenggam Rasa
67 67. Meminta Sedikit Waktu
68 68. Bismillah...
69 69. Meragu
70 70. Demi Allah...
71 71. Jodoh Jalur Langit
72 72. Lamaran
73 73. Siap Menjadi Istri Saya
74 74. And She Said...
75 75. Preparing
76 76. Jaga Pandangan Mu
77 77. Fitting
78 78. Cinta Monyet
79 79. Siapa?
80 80. Dua Cincin Pertunangan
81 81. Undangan
82 82. Nikahan Atau Konser?
83 83. Melepaskan Rasa Yang Pernah Aku Jaga
84 84. Sebuah Tanggung Jawab
85 85. Sah
86 86. Kecupan Lembut
87 87. Menjadi Istri Seutuhnya
88 88. Malam Pertama
89 89. Panggilan Sayang
90 90. Kotak Berwarna Merah
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Kejutan
2
2. Setelah Menikah
3
3. Diskusi Masa Depan
4
4. My Pretty Woman
5
5. My Beautiful in White
6
6. Maaf
7
7. Panggilan Dini Hari
8
8. Dejavu
9
9. Semua Akan Baik-baik Saja
10
10. Garis Takdir
11
11. Secercah Harapan
12
12. Aku Pasti Sembuh
13
13. Dia Pasti Baik-baik Saja
14
14. Mimpi Buruk
15
15. Menangislah
16
16. Sebuah Amanah
17
17. Nothing's Free in This World
18
18. Menjadi Pribadi Yang Baru
19
19. Meluruskan Niat
20
20. Sebuah Teguran
21
21. Berkunjung
22
22. Mengadukan Semuanya
23
23. Kepulangan Nayla
24
24. Mobil Merah Milik Reyn
25
25. Bros Dan Jam Tangan Couple
26
26. Kepulangan Kevin
27
27. Daging Rendang
28
28. Hampir Saja
29
29. Suara Itu...
30
30. Penasaran
31
31. Reuni
32
32. Kisah Yang (Belum) Usai.
33
33. Pengunjung Restoran
34
34. Balikan Sama Mantan.
35
35. Bertemu Rama
36
36. Hadiah Pernikahan
37
37. Perasaan Ilyas
38
38. Meminta Nasihat Hasna
39
39. Memohon Petunjuk
40
40. Isyarat Mimpi
41
41. Jawaban Nayla
42
42. Senyuman itu...
43
43. Jodoh Untuk Nayla
44
44. Menejer Restoran?
45
45. Debaran Aneh
46
46. Detektif Conan
47
47. Jadi Dia...?
48
48. Bertemu Gadis Kecil
49
49. Semakin Menghindar, Semakin Mendekat
50
50. Menghindar Untuk Kembali Bertemu
51
51. Bukan Seorang Ibu
52
52. Detektif Conan 2
53
53. Gagal Menikah
54
54. Meminta Restu
55
55. Calon Pendamping
56
56. Meminta (kembali) Pada Orang Tuanya
57
57. Rumit
58
58. Menyampaikannya Kepada Nayla.
59
59. Genggam tanganku, dan jangan pernah kamu melepaskannya
60
60. Penguntit(?)
61
61. Kedatangan Rama
62
62. Reaksi Rama
63
63. Secuil Kisah Masa Lalu
64
64. Menemui Nayla
65
65. Bukan Abege
66
66. Menggenggam Rasa
67
67. Meminta Sedikit Waktu
68
68. Bismillah...
69
69. Meragu
70
70. Demi Allah...
71
71. Jodoh Jalur Langit
72
72. Lamaran
73
73. Siap Menjadi Istri Saya
74
74. And She Said...
75
75. Preparing
76
76. Jaga Pandangan Mu
77
77. Fitting
78
78. Cinta Monyet
79
79. Siapa?
80
80. Dua Cincin Pertunangan
81
81. Undangan
82
82. Nikahan Atau Konser?
83
83. Melepaskan Rasa Yang Pernah Aku Jaga
84
84. Sebuah Tanggung Jawab
85
85. Sah
86
86. Kecupan Lembut
87
87. Menjadi Istri Seutuhnya
88
88. Malam Pertama
89
89. Panggilan Sayang
90
90. Kotak Berwarna Merah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!