Persiapan pernikahan sudah 96 persen. Gedung beres. Persiapan berkas pernikahan, beres. Gaun, beres. Katering, beres. Undangan pun beres. Tinggal beberapa milik kolega yang belum sampai pada penerima. Dan menunggu pengiriman souvernir besok lusa.
Nayla sudah mengambil cuti delapan hari jelang pernikahan. Dan dua minggu setelahnya. Sempat Rama melayangkan protes karena Nayla meminta sebulan penuh setelah pernikahan. Alhasil hanya dua minggu yang ia kantongi.
"Perhitungan banget sih, Kak. Kan yang mau cuti dan nikah adik sendiri. Adik kandung loh." Protes Nayla.
"Dalam dunia bisnis dan pekerjaan, tidak ada yang namanya struktur keluarga. Profesionalitas. Hanya itu yang ada." Jawab Rama atas protes yang Nayla layangkan.
"Ckkk...ntar aku ngomong langsung ke Mbak Hasna, pasti ngerti."
"Kalau pemimpin semua seperti kamu, bagaimana nasib bawahan yang kamu pimpin?" Rama sedikit kesal dengan sikap Nayla.
"Mendapatkan cuti itu hak semua pekerja. Tapi ada pasal dan kebijakan yang mengatur semuanya, Nayla."
"Termasuk cuti yang kamu ajukan sebagai 'anggota keluarga' tadi." Rama menekankan kata anggota keluarga kepada adik perempuannya itu.
"Tapi...masa iya cuma sebulan aja nggak bisa?" Nayla terdengar menggerutu.
"Bisa, setelah itu kamu dapat SP 3 dan pesangon." Jawab Rama santai.
"Ckkk...tega bener sih, Kak sa..."
"Sama adik sendiri?" Sahut Rama sebelum Nayla menyelesaikan kalimatnya.
Rama menggeleng tidak setuju dengan pemikiran Nayla.
"Bukan tega, tapi tegas." Tekan Rama.
"Sebagai pemimpin, Kakak harus tegas memberi keputusan. Karena apa yang akan kakak putuskan, itu akan menjadi imbas di masa depan. Baik, atau bahkan buruk."
"Jadi, nggak bisa nih?" Nayla masih mencoba bernegosiasi dengan sang kakak.
"Dua minggu, atau tidak sama sekali." Ucap Rama tanpa ada negosiasi.
Dan hari ini adalah cuti hari pertama untuk Nayla. Tanpa membuang waktu, ia harus bisa memanfaatkan sebaik-baiknya. Di mulai dari perawatan full body.
Nayla ingin di hari bahagianya itu, ia menjadi seorang yang spesial. Melakukan treatment terbaik di sebuah salon terkemuka. Ia ingin benar-benar menjadi sosok yang sempurna saat menjadi ratu sehari.
***
Adrian telah mengurus pengajuan cuti kerja jelang pernikahan. Dan rencananya ia akan pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Ia tidak mau selama cuti menumpuk pekerjaan yang nantinya akan merepotkan teman satu timnya.
"Calon pengantin, auranya beda, Bro." Seloroh Septian, teman satu ruangannya.
"Iya, kayak ada manis-manisnya." Timpal Beni dengan senyuman menggoda.
Adrian tak menanggapi candaan teman-teman sekantornya. Ia hanya tersenyum mendengar celotehan mereka.
"Udah hafal belom ijab qobul nya? Jangan-jangan cuma hafal doa mau itu nya aja." Ucap Sony yang disambut tawa teman seisi ruangan, tak terkecuali Adrian.
"Emang gituan ada doanya? Serius nanya gua." Ucap Septian dengan wajah bingungnya.
"Elah, Sep. Buntut udah mau dua, elu nggak tau doa sebelum gituan?" Sahut Sony.
"Kagak. Maklum aja, gua kagak bisa basa basi, Bro. Langsung to the point aja. Doooor... Langsung melendung." Kekeh Septian.
Adrian hanya menggeleng pelan sambil menahan senyuman. Memang satu ruangan, hanya dirinya saja yang belum menikah. Dan akan segera empat hari lagi. Septian sudah mau punya dua anak. Beni, istrinya baru lahiran dua bulan yang lalu. Sedangkan Sony, akan segera menjadi ayah dua bulan lagi.
"Eh...jangan lupa datang ya. Gue tunggu." Ucap Adrian setelah keriuhan mereda.
"Siap."
"Pasti lah, Bro."
"Sip."
Jawab ketiganya hampir bersamaan. Dan menjelang maghrib, Adrian baru sampai di kontrakan miliknya.
Sejenak ia memejamkan mata. Merasai nikmatnya penat yang menjalari tubuh. Sebelum akhirnya bangkit untuk membersihkan diri.
Namun deringan ponsel membuat langkah Adrian terhenti sebelum mencapai pintu kamar mandi.
Mama Calling...
"Assalamu'alaikum, iya, Ma?"
"Wa'alaikumussalam, sayang. Jadi pulang kapan?" Tanya suara dari seberang sana.
"Mungkin nanti jam 11 malam."
"Mending besok pagi aja. Kamu kan juga butuh istirahat."
"Adrian cuma menghindari macet, Ma."
"Iya, tapi kamu harus siapkan kondisi juga kan? Jangan sampai kamu kecapek an. Hari H empat hari lagi loh." Bu Ratna mengingatkan.
"Iya deh, besok setelah subuh, Adrian baru berangkat."
"Oh iya, Mama hampir lupa nanyain. Cincin udah kamu ambil?"
"Belum, Ma. Sebenarnya minggu kemarin, tapi berhubung Adrian nggak bisa pulang, jadi ya...belum sempet. Tapi udah buat janji ambil besok sore."
"Ya udah, banyak istirahat. Hati-hati kalau nyetir. Mama tunggu di rumah."
***
Waktu shubuh adalah salah satu alternatif untuk menghindari kemacetan. Dan selalu menjadi opsi yang tepat. Jalanan masih terasa lengang. Sehingga waktu tempuh yang biasanya hampir 3 jam lamanya, hanya ditempuh selama 2 jam saja.
"Assalamu'alaikum." Seru Adrian yang baru saja menginjakkan kaki di rumah.
"Wa'alaikumussalam." Sahut Bu Ratna dari dalam rumah.
Adrian menghambur ke dalam pelukan Bu Ratna setelah mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Masuk dulu yuk."
"Mau istirahat dulu, apa langsung sarapan? Mama udah siapin makanan kesukaan kamu." Tawar Bu Ratna.
"Adrian istirahat sebentar ya, Ma. Sarapannya ntar siangan." Ucap Adrian sembari menarik koper kecil miliknya.
"Oke."
Bu Ratna mengiringi langkah sang putra sampai di depan tangga. Rasanya baru kemarin putra bungsunya itu masih diantarkan ke sekolah untuk pertama kalinya, saat masuk taman kanak-kanak. Dan sekarang, sudah akan segera menikah. Waktu terasa sungguh cepat berlalu.
***
Adrian tak henti menyunggingkan senyuman. Setelah lebih dari dua minggu lamanya tak bertemu perempuan pujaan hati. Hari ini, ia mendapat kesempatan untuk bertemu kembali.
Oh, so clearly, I might have been in love before
(Oh, sangat jelas, aku mungkin pernah jatuh cinta sebelumnya)
But it never felt this strong
(Tapi tak pernah terasa sekuat ini)
Our dreams are young and we both know
(Mimpi-mimpi kita yang masih belia dan kita berdua mengetahuinya)
They'll take us where we want to go
(Mereka akan membawa kita kemanapun tujuan kita)
(Nothing's gonna change my love for you, George Benson)
Lagu merdu mengalun menyapa pendengaran, saat Nayla membuka pintu mobil. Perempuan itu mendapati seraut wajah tampan di balik kemudi menatap ke arahnya dengan senyuman yang terkembang.
Wajah yang hampir setiap hari hanya mampu ia pandang dari layar ponsel saat panggilan video. Kini ada di depan mata. Rasanya ingin sekali ia menghambur ke dalam pelukan seperti biasa saat mereka bertemu. Tapi rasanya...
Ah... Tidak. Ia harus bisa mengendalikan diri.
Hold me now
(Genggam aku sekarang)
Touch me now
(Sentuh aku sekarang)
I don't want to live without you
(Aku tak ingin menjalani hidup tanpamu)
(Nothing's gonna change my love for you, George Benson)
Lagu masih setia mengalun saat mobil kembali bergerak.
"Apa kabar?" Tanya Nayla berbasa basi.
"Menurut anda, menjalani hari tanpa seseorang yang memberi semangat hidup. Apakah masih dikatakan baik-baik saja?" Ucap Adrian yang mengerling ke arahnya.
Nayla kembali menatap pemilik sepasang mata coklat terang yang menawan itu. Yang selalu menatapnya dengan penuh cinta. Yang selalu membuatnya merasa menjadi perempuan istimewa.
"Ahhh... Rasanya aku menjalani hari-hari yang begitu berat. Waktu yang aku lalui terasa membunuh perlahan." Ucap Adrian diiringi dengan hembusan nafas yang terdengar begitu berat.
"I miss you so badly, Baby." Lirih laki-laki itu.
Nayla tersenyum mendengar ucapan Adrian. Laki-laki itu selalu bisa membuatnya merasakan cinta yang meletup-letup memenuhi dada.
Nothing's gonna change my love for you
(Tak ada yang mampu mengubah rasa cintaku padamu)
You ought to know by now how much I love you
(Kamu akan mengetahui betapa aku sangat mencintaimu sekarang)
One thing you can be sure of
(Satu hal yang dapat kau pastikan)
I'll never ask for more than your love
(Aku tidak akan pernah meminta yang lebih dari cintamu)
Nothing's gonna change my love for you
(Tak ada yang mampu mengubah rasa cintaku padamu)
You ought to know by know how much I love you
(Kamu akan mengetahui betapa aku sangat mencintaimu sekarang)
The world may change my whole life through but
(Dunia mungkin akan mengubah hidupku tapi)
Nothing's gonna change my love for you
(Tidak akan ada yang mampu mengubah rasa cintaku padamu)
(Nothing's gonna change my love for you, George Benson)
Lamat-lamat Nayla mendengar Adrian menirukan bait demi bait lagu yang sedari tadi mengalun menemani perjalanan mereka. Sesekali laki-laki melirik ke arahnya. Lalu menggenggam erat tangan kanannya.
Lagu yang sama, yang Adrian nyanyikan saat melamar dirinya beberapa bulan lalu. Membuat Nayla seolah kembali berada pada hari yang menyimpan cerita manis di dalamnya.
(Flashback)
Memanfaatkan panggung mini yang digunakan untuk live musik di sebuah restoran kekinian. Adrian menyumbangkan suara merdunya untuk menghibur pengunjung, setelah ia menerima lamaran laki-laki itu.
"Satu lagu spesial, khusus untuk perempuan spesial yang akan menyempurnakan hidup saya. Perempuan yang akan menemani saya menghabiskan sisa hidup di dunia ini." Sepasang manik menawan itu menatap lurus gadis yang tengah duduk di meja barisan tengah.
"For you, Anandyra Nayla." Ucap Adrian sembari menunjuk ke arahnya.
Riuh tepuk tangan pengunjung restoran membuat kedua pipi Nayla memanas. Perlakuan manis Adrian benar-benar telah membuatnya tak bisa mengendalikan rasa yang semakin tumbuh di hatinya.
(Flashback end)
Usapan lembut di puncak kepala, membuat Nayla tersadar akan lamunannya.
"Kita sudah sampai tujuan, Nyonya. Mau berapa lama lagi anda akan menunggu di sini?"
Nayla tersipu malu mendengar pertanyaan Adrian. Mengingat saat Adrian melamarnya, dan sekarang laki-laki itu tengah menatap ke arahnya. Benar-benar membuat Nayla tertunduk dengan kedua pipi yang bersemu merah.
"My pretty woman."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
babyanzely
ko deg degan yah,secara konflik nya pas mau hari H,ada apa yah🤔
2023-07-18
0
Yani
Ga sabar nunggu hari H nya
2023-07-17
0