Pembuktian Zahrana.

Pembuktian Zahrana.

BAB 1

"Sah ... ! " Ucap Pak penghulu saat dirinya merasa yakin jika ikrar pernikahan sudah benar di ucapkan.

"Sah ... ! "

"Sah ... ! " Lalu di ikuti oleh beberapa tamu undangan yang menyaksikan acara sakral itu.

Pernikahan Zahrana dan Faisal pun terselesaikan dengan sebagaimana mestinya.

Ucapan selamat memberondong kedua mempelai yang sedang menjadi raja dan ratu dalam satu hari itu, baik dari teman dekat ataupun kerabat dekat dari keduanya.

Hari itupun acara selesai sesuai waktu yang di tetapkan sebelumnya.

Namun kebahagiaan dari raut wajah Faisal kini berubah menjadi datar dan dingin saat keduanya berada di kamar pengantin.

Zahrana yang sering disapa Zahra, memancarkan senyuman teduh nan menenangkan.

"Kenapa Mas membawa bantal dan selimut itu ? " Ucap Zahra lembut saat melihat Faisal membawa bantal dan selimut di atas kasur yang masih di hiasi bunga segar di sekelilingnya.

"Aku tidur di sofa, silahkan kamu nikmati ranjang ini sendirian ! " Jawab Faisal seperti memendung kekesalan begitu besar.

Seketika wajah Zahrana mendadak mendung.

"Sudah ku duga ini akan terjadi. " Gumam Zahrana dalam hatinya.

Pernikahan antara Zahrana dan Faisal memang di dasari atas paksaan kedua orangtua Faisal.

Zahrana adalah seorang guru SD dan guru mengaji di sebuah desa, ia berpenampilan layaknya muslimah dengan cadar menutupi sebagian wajahnya.

Di desa ia di juluki sebagai bunga desa.

Karna hanya Zahrana lah yang mempunyai paras cantik, baik hati, dan sopan di kampung itu.

Meskipun kecantikannya ia tutupi saat usianya menginjak 17 tahun.

Zahrana anak dari mendiang ustadz dan ustadzah pendiri pondok pesantren di desa itu, jadi sudah semestinya ia mewarisi ilmu agama dari keluarganya.

Zahrana mempunyai jiwa kuat dan tegas dalam menjalani hidupnya, apalagi saat kedua orangtua nya pergi meninggalkan ia untuk selama-lamanya.

Usia Zahrana kini terbilang sudah dewasa, sudah cukup baginya untuk menjajaki sebuah hubungan yang di sebut pernikahan.

Sehingga pada saat ada lamaran datang dari kota pada pamannya, Zahrana memberikan keputusan pada laki-laki yang akan menikahinya.

Setuju atau tidak Zahrana akan menerimanya, bukan tanpa pemikiran yang tegas untuk ia memutuskan semuanya. Zahra sudah memikirkan semuanya dengan baik-baik.

Hingga Faisal pun setuju tanpa melihat jelas wajah Zahrana yang tertutupi cadar itu.

Zahrana bersikap baik-baik saja saat suaminya memperlakukan ia seperti itu, karna ia sudah tahu jika Faisal sebenarnya menolak perjodohan itu.

Karna paksaan dari kedua orangtuanya Faisal mau menikahi Zahrana.

Malam pertama yang semestinya menjadi penyatuan antara sepasang suami-isteri yang baru saja menikah, tentunya malam itu adalah malam yang di nantikan oleh siapapun. Namun tidak bagi Zahrana, malam pertama itu Zahrana lalui dengan seorang diri dan terus mendekatkan diri pada sang maha kuasa.

Sementara Faisal kini sedang keluar dari kamar itu, entah kemana ia akan pergi meninggalkan kamar pengantinnya itu.

"Mah sudahlah, apa lagi ? Aku sudah menuruti Mamah dan Papah untuk menikahi wanita yang tidak jelas itu ! Sekarang apa lagi yang Papah dan mamah paksa dari aku ? " Teriak Faisal menggelegar di dalam rumah mewah itu.

Zahrana mendengar teriakan itu dan langsung memegang lembut dadanya dengan tasbih yang melekat kuat di tangannya.

"Kecilkan suaramu Faisal ! " Bentak Sarita, Ibu dari Faisal.

Faisal menjatuhkan tubuhnya dengan keras di atas sofa yang ada di belakangnya.

"Dengar Nak ! dia itu bukan wanita tidak jelas. Semua silsilah keluarganya jelas, dia wanita berpendidikan, wanita tahu agama, dan dia bisa jadi panutan untuk anak-anak mu kelak. " Ucap Ibu Sarita lembut, berharap Faisal mau mendengarkannya.

"Masuk kembali ke kamarmu ! jangan buat Papah malu dengan sikapmu yang egois itu. " Ucap tegas Burhan ayah dari Faisal.

"Apa untungnya menikahi wanita itu, entah apa yang ada di pikiran orangtua ku itu Padahal wanita kaya di luar sana masih banyak yang mau dinikahi. " Dengus Faisal kembali ke kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar ia melihat wanita yang baru ia nikahi sedang tertidur pulas di alasi karpet dan juga selimut tebal.

"Ya baguslah dia cukup tau diri rupanya. " Ucap kecil Faisal yang terdengar oleh Zahrana.

"Ya Alloh, akan sesulit ini kah perjalanan ku sebagai seorang istri ? akan seberat ini kah cobaan yang harus aku lalui untuk menjadi seorang istri yang baik di mata engkau dan suami ? " Zahrana bertanya pada Tuhan nya, seraya menghapus tetasan air mata yang menetes begitu saja di sudut mata Zahrana.

Faisal tak perduli dengan istrinya yang tidur di bawah tempat tidur yang ia duduki saat ini.

Suasana romantis nyatanya tak bisa membawa atau pun membujuk Faisal menjadi suami seutuhnya di malam pertama bersama Zahrana.

Malam itu mereka lalui dengan suasana hati yang berbeda.

Di dalam tidurnya yang lelap Zahrana bermimpi. Di sebuah kursi taman, Zahrana melihat begitu indahnya bunga yang menjadi penghuni di setiap sudut taman itu. Seketika pundak nya di tepuk halus oleh seseorang yang kemudian duduk bersamanya di kursi taman itu.

"Umi ? " Sapa Zahra di dalam mimpinya.

"Qodarulloh Nak ! Ini semua keinginan Alloh. " Ucap almarhumah Ibu Zahra yang ia sebut umi di dalam mimpinya.

Seketika Zahra terbangun di tengah mimpinya, ia menarik nafas panjang lalu melirik ke arah kiri dimana suami nya sedang tertidur lelap.

Entah itu keringat ataupun air mata yang ada di pipinya, ia menyekanya lalu bergegas pergi untuk sembahyang malam.

Malam pun sudah berganti menjadi pagi hari, aroma nasi goreng bertopingkan telur menelusuk masuk ke rongga hidung siapapun yang ada di rumah itu.

Kedua orangtua Faisal bangun karna terganggu oleh aroma harum dari nasi goreng itu.

"Sepagi ini, kamu mau kemana Nak ? " Tanya Ibu Sarita yang kini sudah menjadi Ibu mertua Zahra.

"Aku sudah terbiasa bangun sebelum Adzan subuh Bu, setelah sembahyang subuh aku pun tidak terbiasa untuk tidur kembali. Jadi ya ini yang aku lakukan setiap harinya, menyiapkan makanan di pagi hari. " Jelas Zahra masih memainkan spatula di atas wajan yang berisi beberapa porsi nasi goreng.

Ibu Sarita mengangguk paham, semakin yakin jika Zahra adalah wanita baik-baik. Tidak seperti beberapa wanita yang sudah Faisal kenalkan padanya.

Lalu Pak Burhan pun tiba menyusul Ibu Sarita yang lebih dulu sampai di meja makan.

"Syukurlah Ibu dan Ayah sudah ada di sini, nasi goreng pun sudah siap. Sebentar ya Bu, nunggu Mas Faisal bangun. Jadi kita bisa menikmati rezeki di pagi hari bersama-sama. " Ucap Zahra menata beberapa piring di atas meja makan.

Keringat menetes di pelipis Zahra, semua Zahra nikmati itu. Semua ia lakukan di dasari oleh ibadah, karna ia beranggapan jika apa yang ia taman itulah yang akan ia petik nantinya.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Baru mampir... dan tertarik untuk mampir 👍🤗

2024-05-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!