Ketika akan memesan menu, terlihat teman Mas Rendi menghampiri dengan senang.
"Rendi??" suara seorang pria menyapa.
"Eh, Elo Wan,!! Wulan kenalin ini temen Mas, dia pemilik cafe ini"
Dengan tangan terulur keduanya.
"Wulan"
"Irwan, yuk Ren gw tinggal dulu, selamat menikmati mbak," ucap pria itu ramah.
"Oh iya, sorry gw gak datang dipernikahan lo yaa, selamat sekali lagi !!"
"Ah, iyya gak papa, makasih, lo juga buruan !!" ucap pria itu seraya tertawa ringan dan berlalu meninggalkan sahabatnya.
Terlihat Mas Rendi jadi kikuk melihat Wulan. Wulan hanya tersenyum singkat dan beralih melihat sekitaran.
"Mas, ada hal apa??" tanya Wulan.
Mas Rendi terdiam sesaat. Ia melihat Wulan dengan dalam.
"Mas suka sama kamu, !! kamu pasti tau itu"
Seketika Wulan terpaku, tangan Wulan gugup mendengar pernyataan Mas Rendi, kesekian kali.
"Mau sampai kapan kamu mengabaikan perasaan mas??" ucapnya berat.
Wulan hanya terdiam.
"Satu bulan lagi Ibu Mas akan datang, beliau ingin bertemu dengan kamu, dan jika Mas gak juga bawa kamu bertemu sama Ibu Mas, Mas akan dijodohkan dengan perempuan lagi pilihan keluarga mas".
Wulan berpikir sejenak agak lama, lebih tepatnya pikiran Wulan sedang kacau karena mendengar kabar ini dari Mas Rendi. Sebenarnya ia sangat menyukai Mas Rendi, tapi ia takut untuk masuk kedalam keluarga Mas Rendi, Wulan tau diri bahwa ia bukan gadis yang akan disukai oleh Ibu Mas Rendi. Selain tak berpendidikan tinggi, ia juga tak memiliki keluarga yang harmonis.
Mas Rendi meraih tangan Wulan dengan lembut.
"Mas udah pernah ketemu dengan Ayah kamu, sekarang waktunya kamu untuk ketemu dengan keluarga mas"
Wulan hanya bisa tersenyum kecut, apa ia akan sanggup bertemu dengan Ibu Mas Rendi. Hati Wulan berdegup tak karuan karena Mas Rendi mengenggap tangannya dengan lembut.
"Hhmmm..., baiklah Mas" ucap Wulan lembut.
🍃🍃🍃
Wulan kembali ke tokonya dengan pikiran yang tak karuan. Wajahnya lesu sepulang dari pergi dengan Mas Rendi.
"Tumben lesu??, biasanya kalo udah ketemu Mas Rendi kamu bisa berseri berhari-hari, " celetuk Mbak Nita.
"Ikh, Mbak ini, " ujarnya menghindar dari Mbak Nita dan masuk kedalam dapur pembuat roti. Setiap kali hatinya gundah Wulan lebih memilih untuk membuat kue demi menghilangkan pikiran berat.
Mbak Nita menghampiri Wulan yang sedikit cemas dengan Wulan.
"Kamu kenapa??, " tanya Mbak Nita.
Wulan berhenti sesaat di depan timbangan bahan. Dan menghadap Mbak Nita dengan sedih.
"Mas Rendi minta Wulan untuk ketemu orang tuanya Mbak"
"Waah, bagus donk, Mas Rendi memang dari dulu serius suka sama kamu.., tapi kenapa kamu sedih??" tanya Mbak Nita kembali.
"Wulan bimbang Mbak, lebih tepatnya takut ngehadapi keluarga Mas Rendi, Mbak tau kan keluarga Mas Rendi itu keluarga terpandang, " jela Wulan.
"Hhmmm.., iyya Mbak ngerti kamu takut gak diterima oleh keluarga Mas Rendi kan??"
"Iyya kan??, Mbak aja mikir gitu, "ucapnya lesu.
"Eh, tapi belum tentu semua benar, kali aja keluarga Mas Rendi beda, gak berpikir seperti apa yang kamu fikirkan, udah pikir positif aja semoga keluarga Mas Rendi bisa nerima kamu, " ucap Mbak Nita.
"Hhmm..., semoga yaa Mbak, " ujarnya lesu.
Kembali Wulan berkutat dengan adonan kuenya, kali ini ia akan membuat cake chocolet spartak, simpel tapi cukup nyelemit, sengaja ia melilih resep yang agak menguras kosentrasi agar pikirannya teralihkan.
Waktu berlalu begitu saja, tanpa Wulan sadari ia melupakan janji untuk kembali kerumah sakit.
"Ya Tuhan,!!! kenapa bisa jadi pelupa begini," pekiknya untuk diri sendiri.
Tapi perasaannya kali ini lebih berat karena kepikiran soal mas rendi sedari tadi.
"Baiklah besok pagi, Wulan akan kembali ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter kandungan," gumamnya dalam hati.
Sore itu pengunjung sangat ramai, silih berganti pengunjung mendatangi toko Wulan. Wulan dengan senang hati menyambut dan membantu para pembeli untuk memilihkan kue yang diinginkan.
Wulan hanya memiliki tiga karyawan toko, untuk mengurangi beban karyawannya, ia tidak segan-segan turun langsung dalam mengurus tokonya.
Mbak Nita menghampiri Wulan berlahan dimeja kasir.
"Wulan, minggu depan kita dapat pesanan 250 box brownis kukus"
"250 box brownis kukus??" ucap wulan terkaget. Ia tidak menyangka akan ada orang yang mau memesan brownis kukus sebanyak 250 box, karena harganya juga tak murah.
"baiklah, Wulan telfon toko bahan dulu yaa biar stok bahan kue kita aman".
Mbak Nita mengacungkan jempolnya pada Wulan, lalu kembali fokus menyambut pada pelanggan yang baru datang.
🍃🍃🍃
Malam harinya setelah toko tutup Wulan merebahkan diri di kasurnya, dan menatap langit-lagit kamarnya. Ia menarik nafas yang dalam untuk memebuhi oksigen didalam kepalanya.
Kembali wulan berhayal.
"Andai Ibu masih ada, pasti tidak akan sebimbang ini menerima Mas Rendi, " pikirnya dalam hati.
"Mas Rendi," ucapnya sedih.
Dan malam pun kian pekat, Wulan tertidur dengan lelapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Bzaa
hadirrrr otor.... like, fav, star sudah merapat
kasih alat toko kue ya ... ngiler liat yg rasa keju yg aroma butter nya semerbak 😉
2023-03-18
0
Anonymous
ngebanyangin bronis...hemm..jadi pengen thor
2022-04-27
0
Siti Fatimah Fatimah
liat roti dengan coklat lumer bikin perut berontak🤤🤤🤤🤤🤤🤤
2022-01-25
0