Bad X Crazy

Bad X Crazy

1 : Intro

...{BAD X CRAZY}...

Alexandra Marlene Atmadja a.k.a Lexi

Cewek blasteran Indonesia-Perancis yang sekarang sedang menempuh bangku kuliah jurusan teknik. Lexi adalah anak tunggal kaya raya. Ibunya sudah lama meninggal, sedangkan ayahnya adalah seorang duta besar Indonesia di Perancis. Satu-satunya anggota cewek di geng motor Phoenix, geng motor yang anggotanya adalah para mahasiswa top Universitas Garuda Emas.

Muka judes bawaan dari lahir membuat Lexi disegani oleh seluruh mahasiswa di kampus. Wajahnya yang cantik dan kepribadiannya yang untouchable membuatnya dijuluki sebagai ratu es. Banyak mahasiswa laki-laki yang naksir sama dia, tapi tidak ada yang berani mendekati karena aura Lexi yang sangat mengintimidasi.

Lexi adalah sahabat Jovan sejak SMA, mereka sering melakukan kenakalan remaja bersama. Kenakalan yang ringan-ringan ya, seperti membolos bersama. Ssstt... Lexi punya rahasia, tidak ada seorang pun yang tahu ini (kecuali author, readers, dan Tuhan, emm... Mungkin juga beberapa orang), yaitu dia sudah naksir sama Jovan sejak masa SMA dulu. Tapi, jangan bilang-bilang Jovan ya... xixixi

Jovan Mahardika Priyanto a.k.a Jovan

Dijuluki sebagai pangeran kampus sekaligus ketua geng motor Phoenix. Tidak usah ditanya lagi kenapa dijuluki sebagai pangeran kampus. Gantengnya itu loh, sudah benar-benar mirip pangeran. Sebenarnya, semua anggota geng Phoenix tidak ada yang tidak terkenal di Universitas Garuda Emas. Karena selain memiliki visual yang luar biasa, mereka semua juga termasuk anak sultan. Meskipun anak sultan, Jovan ini korban broken home, atau lebih tepatnya toxic family. Ayahnya suka KDRT dengan dia dan ibunya.

Berbeda dengan Lexi yang tidak suka beramah tamah dengan orang lain, Jovan ini anaknya murah senyum. Kalau lagi berhadapan sama musuh memang selalu pasang muka seram, tapi kalau sama teman kampus berbeda, dia bisa jadi orang yang amat sangat ramah. Para mahasiswi di kampus juga pada naksir sama dia, tapi tidak ada yang berani PDKT. Alasannya adalah karena mereka takut dengan Lexi. Ngomong-ngomong, Jovan juga anak teknik, sama seperti Lexi.

Jovan juga tidak pernah tertarik pacaran dengan siapapun sebelumnya. Tapi, suatu hari, dia mulai tertarik dengan mahasiswi dari jurusan seni yang tidak sengaja menolongnya saat dikejar-kejar oleh musuh. Malam itu, Jovan jatuh cinta kepada Nara.

Kinara Putri Isabella a.k.a Nara

Kalau Lexi dikenal karena cantik tapi jutek, maka berbeda dengan Nara. Nara adalah definisi gadis perfect idaman semua orang. Kuliah di jurusan seni membuat Nara semakin terlihat seperti manusia estetik. Bukan cuma wajahnya yang cantik, tapi dia juga baik hati, cerdas, berprestasi, dan murah senyum. Tidak ada mahasiswa yang tidak kenal dengan Nara.

Gadis itu tanpa sengaja menolong Jovan yang sedang dikejar-kejar oleh musuh. Pertemuan mereka itu membuat benih-benih cinta mulai timbul. Yang tanpa mereka sadari, telah membuat hati seseorang patah.

Namun, tidak ada yang sempurna di dunia ini, bukan? Meskipun Nara terlihat sempurna dari luar, ia juga memiliki kekurangan yang berhasil ia tutup sembunyikan dari semua orang.

...----------------...

...{BAD X CRAZY}...

Brumm... Brumm...

Suara motor sport bersahutan membuat para mahasiswa menoleh ke arah tempat parkir kampus. Mereka sudah hafal jika ada suara motor yang cukup keras seperti itu, berarti rombongan anak-anak geng motor Phoenix sudah datang.

Dan benar saja, sekarang sudah ada 5 motor sport yang terparkir rapi di sana. Visual dari para anggota Phoenix mampu membuat para mahasiswa berdiam diri untuk cuci mata.

"Hah?! Kok udah jam segini sih. Duh! Telat nih gue," panik salah satu anggota geng tersebut.

Yang lain hanya menertawakan kecerobohan temannya yang berada di jurusan bisnis itu.

"Mampus lo! Siapa suruh tadi telat bangun? Udah gue dobrak pintu kamar lo, tetep aja molor," cibir yang lainnya.

"Tck, diem lo! Udah ah, gue pergi duluan," ucap mahasiswa itu.

Belum sempat mendapat jawaban, laki-laki itu sudah lari terbirit-birit menuju gedung kampusnya. Hal itu membuat teman-temannya tertawa geli.

"Dasar, Roy! Udah tau gedung fakultas ekonomi dan bisnis jauh dari sini, tetep aja maksa parkir bareng," ucap satu-satunya anggota perempuan di geng motor itu.

"Ya gitulah, Lex. Katanya sih biar setia kawan," balas yang lainnya.

Mereka pun tertawa kecil, lalu berjalan beriringan menuju ruang kelas masing-masing.

"Eh, kita duluan ya, udah nyampe nih," ucap salah satu anggota.

Setelah itu, dua orang anggota memisahkan diri saat mereka sudah lebih dulu sampai di kelasnya. Kini, tinggal tersisa dua orang lagi, yaitu Jovan dan Lexi. Mereka berada di jurusan yang sama, yaitu teknik mesin. Dan hari ini, mereka memiliki jadwal kelas yang sama juga.

"Jo, gue belum makan nih, mampir ke kantin bentar ya," kata Lexi dengan wajah memelas.

"Lah, yang bener aja Lex, 10 menit lagi dosen masuk kelas nih, ntar kita telat," jawab Jovan.

Lexi memutar bola matanya malas, "halah, sok-sokan jadi anak rajin lo. Biasanya aja bolos kelas gak pernah merasa berdosa."

Jovan menyengir lebar, "hehe... Sekali-sekali lah jadi mahasiswa teladan."

"Tck, jadi, lo ikut gue apa nggak nih? Kalau gak mau ya udah, gue ke kantin sendiri," sungut Lexi.

"Iya-iya gue ikut, gitu aja ngamuk," cibir Jovan.

Lexi hanya mendengus kesal, lalu berjalan mendahului Jovan menuju kantin. Jovan sih santai-santai saja, dia sudah terbiasa dengan sikap Lexi yang uring-uringan seperti ini.

Grepp!

Jovan merangkul pundak Lexi dan berjalan bersama ke kantin.

"Tck! Apa-apaan sih, Jo?! Singkirin tangan lo! Berat tau gak," omel Lexi.

"Gak mau."

"Jovan!"

Bukannya menyingkirkan lengannya dari pundak Lexi, Jovan malah mengeratkan rangkulannya di leher Lexi atau sebut saja memiting. Hal itu membuat Lexi berteriak tidak terima.

"Aduh! Lepasin, Jo! Sakit anjir!" teriak Lexi sambil memukul-mukul lengan Jovan.

"Gak mau, udah gini aja," jawab Jovan acuh.

Jovan tetap menarik Lexi agar terus berjalan melalui lorong kampus menuju kantin dengan posisi Jovan yang masih memiting leher Lexi. Semua mahasiswa yang melihatnya hanya bisa menatap dengan berbagai pandangan. Ada yang merasa lucu dengan tingkah mereka, ada juga yang merasa iri dengan pertemanan mereka. Yang laki-laki iri dengan Jovan karena bisa dekat dengan Lexi. Sedangkan, yang perempuan iri dengan Lexi karena bisa dekat dengan Jovan.

"AAARGGHH! Aduh aduh! Lexi! Iya iya, gue lepas," tiba-tiba terdengar teriakan pilu dari mulut Jovan.

Ternyata, Jovan berteriak karena Lexi baru saja menggigit lengan sahabat tampannya itu. Benar-benar digigit, sampai ada bekas giginya Lexi.

"Sssh... Lo vampire apa gimana sih?! Sakit banget tau gak," ucap Jovan yang masih memegangi lengannya yang terasa perih akibat gigitan Lexi.

"Salah lo sendiri macem-macem sama gue," balas Lexi acuh.

Mereka pun tiba di kantin. Suasana kantin tidak begitu ramai pagi ini. Tentu saja, sebagian besar mahasiswa sudah memulai pelajaran mereka. Bahkan, seharusnya Jovan dan Lexi sudah berada di kelas sekarang, bukan malah ke kantin.

"Buk, roti coklatnya 2 ya," ucap Lexi kepada ibu kantin.

"Loh, cuma roti aja? Neng Lexi ndak sarapan nasi?" tanya ibu kantin.

Ibu kantin sudah mengenal Lexi dengan baik. Selain karena Lexi memang terkenal, gadis itu juga selalu membeli sarapan di kantin. Mengingat ia hanya tinggal sendiri di rumah dan tidak bisa memasak. Pembantunya juga hanya memasak untuk makan siang dan makan malam saja. Itu memang permintaan Lexi, ia hanya malas untuk sarapan sendiri di rumah.

"Nggak, Buk. Abis ini ada kelas, keburu telat nanti kalau makan nasi dulu," jawab Lexi.

Setelah membayar, Lexi dan Jovan pun duduk di salah satu bangku kantin. Lexi selalu diajarkan basic manner kalau makan harus sambil duduk, walaupun hanya makan roti.

"Lo mau?" tawar Lexi kepada Jovan.

Jovan menggeleng, "nggak. Udah, lo makan aja."

Lexi pun melanjutkan acara makannya.

"Nanti malam anak-anak bisa ngumpul semua, kan?" tanya Lexi.

Jovan menganggukkan kepalanya, "udah gue umumin di grup, katanya bisa semua kok."

"Lama gak ngumpul sama anak-anak di markas gara-gara ujian tengah semester," kata Lexi.

"Btw, lo gak lupa kan kalau lo ada balapan nanti?" tanya Jovan.

"Ya nggak lah, gimana gue bisa lupa sama jadwal balapan gue?" balas Lexi, "emang geng siapa sih yang nantangin kita?"

Jovan hanya mengedikkan bahunya, "kata Roy sih cuma geng kecil, gue juga gak tau siapa nama ketuanya."

Lexi pun terkekeh, lalu berucao sombong, "geng abal-abal kayak gitu, udah bisa ditebak lah siapa yang menang nanti."

Jovan hanya manggut-manggut sambil memainkan ponselnya. Hanya butuh waktu 3 menit untuk Lexi menghabiskan rotinya. Setelah itu, mereka pun bergegas pergi ke kelas.

"Aduh, gawat! Dosennya udah datang," gumam Lexi saat melihat pintu kelas mereka sudah tertutup.

"Udah deh, santai aja, diomelin dikit juga kelar," balas Jovan acuh.

"Untuk presentasi har--"

"Selamat pagi, Pak."

Dosen yang sedang menjelaskan materi di depan itu langsung menoleh ke arah pintu dan menemukan Jovan serta Lexi sudah menunjukkan cengiran lebar di sana. Dosen itu mendengus kesal dengan dua mahasiswa yang terkenal bandel itu.

"Kalian gak capek apa telat terus setiap hari?" tanya dosen itu dengan nada kesal.

"Hehe... Maaf, Pak," ucap Lexi masih dengan cengirannya.

"Maafin Lexi ya, Pak. Tadi dia ke kantin dulu," imbuh Jovan.

Lexi langsung melirik Jovan dengan tatapan kesal karena seolah-olah sahabatnya itu melimpahkan semua kesalahan padanya. Yaa... Meskipun memang benar sih, ini semua terjadi karena ulah Lexi.

"Hari ini kalian gak boleh ikut kelas," final dosen itu.

"Loh, Pak, kok gitu sih?" ucap Lexi tidak terima.

"Saya sudah terlalu banyak memberi kalian toleransi," balas dosen itu.

"Yahh... Jangan gitu dong, Pak. Kalau kita gak ikut kelas, nanti tambah bodoh. Bapak kan dosen, bapak pasti gak mau kan kalau mahasiswanya ada yang bodoh?" kata Jovan mencoba membujuk dosennya itu.

"Pintar sekali ya alasan kamu itu. Sudah, saya gak peduli, kalian tetap gak boleh masuk," ucap dosen itu dengan nada mengusir.

Jovan dan Lexi saling berpandangan, lalu mengedikkan bahunya acuh. Kemudian, mereka pun berjalan menjauhi kelas.

"Masih mending kita ada niat buat masuk kelas," celetuk Lexi.

"Cih, usaha kita sia-sia, sama sekali gak dihargai," balas Jovan.

Yaa... Begitulah pasangan sahabat ini. Kadang-kadang suka mendramatisir hal-hal kecil seperti itu. Lagipula, mereka juga tidak terlalu peduli jika tidak diperbolehkan masuk kelas. Diusir oleh dosen, ya terima aja. Udah berusaha sekali, tetap diusir, ya sudah pergi saja.

'Hidup gak usah dibuat rumit.'

Kira-kira begitulah prinsip hidup Jovan dan Lexi.

...----------------...

1620 kata

...Halowww...

...Kembali lagi dengan novel ketigaku, cerita ini dibuat untuk menghibur kalian serta mengikuti kontes badboy S2...

...Kali ini ceritanya tentang anak muda geng motor ya gess ya... Kisah romansa ringan, tapi juga agak berat di akhir nanti xixixi...

...Jangan lupa tinggalin jejak ya...

...Like, comment, and follow...

...Nb: all pictures are from pinterest...

Terpopuler

Comments

calliga

calliga

Semangat ya thor

2023-07-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!