...{Bad X Crazy}...
Malam ini, di salah satu area jalanan ibukota sudah tampak ramai. Bukan ramai akibat lalu lalang kendaraan, justru area tersebut sangat sepi akan kendaraan yang melintas. Tetapi area tersebut ramai oleh para penonton yang memenuhi jalan raya. Anak-anak muda yang bisa dibilang 'nakal' saat ini sedang menantikan acara yang mereka tunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan balap liar.
Sebenarnya, balap liar seperti ini sangat umum terjadi di jalanan sepi ibukota. Ada beberapa geng motor penyelenggara balap liar yang tidak beruntung, mereka bisa saja dibubarkan oleh satpol PP yang sedang berpatroli. Namun, beberapa geng motor kuat yang memiliki 'orang dalam' yang bisa membuat pihak berwajib menutup mata atas tindakan ilegal mereka.
Salah satu dari geng motor kuat itu adalah geng motor Phoenix. Meskipun Phoenix tidak pernah membuat kerusuhan dan melukai warga dengan tindakan anarkis seperti yang dilakukan oleh geng motor dengan kekuatan besar pada umumnya, tetapi yang namanya balap liar tetap saja ilegal. Maka dari itu, agar bisa terus menjalankan hobi mereka, geng motor Phoenix secara teratur memberikan 'pesangon' kepada polisi setempat agar mereka kebal dari hukum.
Saat ini, salah satu anggota Phoenix sedang bersiap untuk balapan. Anggota itu tak lain dan tak bukan adalah Lexi. Sebenarnya, yang ditantang untuk melakukan balapan oleh geng motor lawan adalah Jovan, bukan Lexi. Namun, menurut Phoenix, ketua dari geng musuh masih belum sebanding untuk bisa melawan Jovan. Maka dari itu, Lexi yang maju untuk melakukan balapan hari ini.
"Udah siap, Lex? Lawan lo udah nungguin tuh," tanya Ansel, salah satu anggota Phoenix.
"Udah siap kok, bentar lagi gue kesana," jawab Lexi.
Ansel pun menganggukkan kepalanya dan pergi lebih dulu ke arena, kemudian Jovan datang menghampiri Lexi sambil membawa sebuah helm di tangannya. Lalu, ia memasangkan helm itu di kepala Lexi.
"Safety first~" ucap Jovan dengan nada bercanda sambil mengaitkan helm itu.
Lexi terkekeh, "iya iya, si paling aman."
Jovan juga ikut terkekeh, lalu beberapa detik kemudian, menatap mata Lexi dengan tatapan serius, "hati-hati ya, Lex. Gue gak peduli lo menang atau kalah, tapi jangan sampai lo lecet sedikit pun."
Hati Lexi menghangat saat mendengar perkataan Jovan yang menyiratkan bahwa sahabatnya itu mengkhawatirkan dirinya. Tapi ia segera menepis perasaannya itu agar tidak salah tingkah di hadapan Jovan, lalu menanggapinya dengan tertawa kecil untuk menghindari salting.
"Kok gitu sih ngomongnya, lo gak yakin sama gue? Gue pasti menang kok," ucap Lexi.
Jovan tersenyum kecil, "gak gitu, Lex. Gue percaya kok sama lo. Seorang Lexi gak mungkin kalah."
Lexi tidak bisa menahan senyumnya lagi. Untung saja ia sudah memakai helm full face, jadi Jovan tidak akan melihat pipinya yang sekarang sedang bersemu merah.
"WOYY!! NIAT BALAPAN GAK SIH LO?!"
Lexi dan Jovan tersentak, lalu menoleh ke arah sumber suara teriakan itu. Ternyata, yang berteriak adalah ketua geng motor lawan yang sudah siap di atas motornya.
"SANTAI DONG ANJ*NG!"
Balas Lexi dengan suara yang tak kalah keras, lalu ia pun segera naik ke atas motor sport putihnya dan bersiap di garis start.
Si lawan pun menoleh ke arah Lexi dan tersenyum miring di balik helmnya. Ia memindai Lexi dari bawah ke atas.
"Cih, sok-sokan ngatain geng gue gak selevel sama geng kalian. Ngaku aja deh, kalau emang si Jovan itu yang pengecut, sampai ngirim cewek buat gantiin dia," cemooh si lawan berusaha memanas-manasi Lexi.
"Bacot! Mending lo diem aja deh," sahut Lexi dengan nada dinginnya sambil tetap melihat ke depan.
Lawan di samping Lexi hanya mengedikkan bahunya acuh, lalu kembali fokus untuk memperhatikan aba-aba dari seorang perempuan berpakaian minim yang berdiri di depan mereka.
"Kalian udah siap?" tanya wanita itu yang dibalas anggukan oleh Lexi dan lawannya.
Wanita itu juga ikut menganggukkan kepala. Kemudian, ia pun mengangkat sapu tangan berwarna merah yang ada di tangannya, lalu mulai menghitung mundur.
3...
2...
1...
srett!
Sesaat setelah sapu tangan itu dilepaskan, kedua motor yang berada di garis start itu langsung melaju dengan kencang. Semua penonton langsung bersorak ramai untuk menyemangati jagoannya masing-masing.
Lexi masih unggul di awal balapan ini, sedangkan sang lawan masih berada tepat di belakangnya. Lexi pun tertawa kecil saat melihat sang lawan yang berusaha keras untuk menyalipnya. Tetapi tiba-tiba saja, saat berada di belokan, sang lawan berhasil menyalip Lexi. Bahkan laki-laki itu dengan berani mengacungkan jari tengahnya ke arah Lexi saat sedang menyalip.
"Kurang ajar!" geram Lexi.
Gadis itu segera menambah kecepatan motornya untuk menyalip lawan yang sudah ada di depannya. Bukan hal yang sulit untuk Lexi, ia bisa langsung mendahului sang lawan dengan mudah.
"Cih, Lexi kok dilawan," monolog Lexi sambil tertawa kecil.
Ketua geng musuh tersebut kembali berusaha menyalip Lexi, tapi gadis itu terus menambah kecepatan hingga ia berada jauh di depan. Para anggota Phoenix berteriak gembira ketika pandangan mata mereka menangkap motor Lexi yang sudah hampir sampai di garis finish.
"Lexiiii!!!!"
"Yooo! Lexi! Jagoan kita!"
"Buruan, Lex! Jangan kasih kendor!"
"Ayo, Lex! Cepetan!"
Akhirnya, Lexi pun berhasil mencapai garis finish terlebih dahulu. Para anggota Phoenix langsung berlari untuk menghampiri Lexi yang baru saja menghentikan motornya.
"Wiih~ udah gue duga, lo pasti bakal menang, Lex," ucap salah seorang anggota Phoenix.
"Yess!! Makan-makan nih kita, duit taruhannya lumayan juga kan," balas anggota yang lain.
"Iya, total taruhannya 10 juta," balas Ansel.
"Lumayan juga 10 juta, 5 juta buat kita makan dan masukin kas, 5 juta buat sumbangan ke panti asuhan," ucap Jovan.
Semuanya menganggukkan kepalanya setuju. Beginilah geng motor Phoenix, mereka suka sekali melakukan tindakan ilegal untuk beramal. Lalu, bagaimanakah hukumnya? Apakah dicatat sebagai pahala atau dosa? Yaa... Mereka tidak peduli, yang penting uang taruhannya bisa digunakan untuk berbuat baik kepada orang lain, itu saja.
Prakk!
Mereka semua tersentak dan menoleh ke arah sumber suara. Ternyata itu adalah ketua geng motor yang baru saja membanting helmnya dan marah-marah karena baru saja dikalahkan oleh Lexi.
"Eh, santai aja dong bang, kalah kok ngamuk sih," ejek Jovan.
Semua orang di sana, termasuk para penonton, sontak menertawai geng motor yang telah dicap sebagai pecundang itu.
"Ya jelas ngamuk lah, pasti malu tuh gara-gara kalah balapan, apalagi lawannya cewek," imbuh Lexi.
Hal itu membuat geng motor tersebut semakin marah, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimanapun juga, mereka hanyalah geng motor kecil yang tidak sebanding dengan Phoenix. Jika mereka berani berbuat onar di sana, pasti akan langsung dibantai habis oleh Phoenix dan para pendukungnya.
Akhirnya, geng motor kecil itu pun memutuskan untuk pergi dari sana dengan perasaan geram. Setelah itu, acara balap liar pun berakhir dan semuanya bubar. Geng Phoenix pun pergi mengendarai motor masing-masing menuju markas.
...----------------...
Geng motor Phoenix memberhentikan motor mereka di halaman sebuah rumah. Rumah satu lantai yang cukup luas dan bergaya minimalis. Rumah itu adalah rumah pemberian dari ayah Lexi yang memang dibuat khusus untuk markas Phoenix. Yahh... Namanya juga anak tunggal kesayangan, minta apapun pasti akan dituruti.
Mereka pun masuk ke dalam rumah dan langsung merebahkan diri di sofa. Beberapa dari mereka ada juga yang rebahan di karpet.
"Huuh~ capek banget gue," gumam Lexi setelah menghempaskan tubuhnya ke sofa.
"Capek?! Nona Lexi capek? Kemarilah, Nona. Hamba akan memijat punggung nona."
Jovan pun dengan sigap memijat bahu Lexi. Para anggota Phoenix tertawa dengan tingkah sang ketua geng. Mereka sudah terbiasa dengan kedekatan ketua dan teman perempuan mereka itu.
"Eh, gue order makanan sekarang aja, ya?" kata Ansel yang diangguki oleh teman-temannya.
Ansel pun memesan makanan dari ponselnya. Tidak lama kemudian, makanan pun datang. Mereka semua makan bersama-sama dan diselingi dengan canda tawa. Inilah yang membuat banyak orang iri dengan geng motor Phoenix, solidaritas mereka yang begitu kuat dan jarang sekali ada pertengkaran.
"Jo, udah jam 1 pagi nih, papa lo gak ngamuk nanti?" tanya Ansel.
Jovan pun melirik jam tangannya, "eh, iya ya, gak kerasa udah mau pagi aja. Halah, paling dia udah tidur sekarang, santai aja."
"Pulang aja yuk, Jo. Ntar papa lo ngamuk gimana?" tanya Lexi khawatir.
"Udahlah, Lex. Tenang aja, dia gak bakal sepeduli itu sama gue. Pasti udah tidur kok," jawab Jovan acuh.
"Tapi kalau Tante Rena belum tidur, dia pasti khawatir banget sama lo," balas Lexi.
Jovan pun terdiam. Ia memang tidak peduli dengan amarah ayahnya, tapi ia tidak ingin membuat ibunya khawatir. Ibunya itu sangat menyayanginya, jadi kemungkinan wanita itu sekarang masih belum tidur dan menunggunya pulang.
"Gue gak mau bikin mama khawatir. Kalau gitu, gue pulang sekarang," final Jovan, lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Ayo, Lex. Gue temenin sampai rumah lo," ajak Jovan kepada Lexi.
Lexi pun mengangguk, lalu gadis itu pun ikut bangkit dari tempat duduknya dan mengambil jaket yang ia sampirkan di dinding, kemudian mengikuti Jovan.
"Kalian semua abisin makanannya, santai-santai dulu aja di sini," ucap Jovan kepada teman-temannya.
"Siap, Bos!" jawab mereka serentak.
Setelah selesai berpamitan, Jovan dan Lexi pun keluar dari rumah itu. Mereka pulang dengan mengendarai motor masing-masing. Seperti biasa, Jovan akan mengikuti di belakang Lexi hingga gadis itu sampai di pekarangan rumahnya. Setelah memastikan Lexi pulang dengan selamat, Jovan baru pergi menuju rumahnya sendiri.
...----------------...
1460 kata
...Selamat membaca... 😊😊...
...Minta tolong like dan komen juga yaa... ♥♥...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments