Setelah mendengar kabar itu, Reo langsung menerobos krumunan orang - orang yang masih mengumpul didepan pintu dan lari ke arah parkiran.
Ia menaiki motor hijaunya dan langsung pergi ke rumah sakit yang ayahnya katakan.
Ini pertama kalinya dalam hidup Reo melihat sang ibunda sakit, atau mungkin ia tidak pernah menunjukin sakitnya ke Reo?
Tetapi, Reo tidak pernah melewatin rasa sayang ibunya kepadanya. Walau semua keluarga lebih sayang kepada Rio dari pada Reo karena sikapnya yang bodo amat, akan tetapi ibunya adalah satu - satunya orang yang sayang kepada Reo.
Bahkan bisa dibilang ibunya hanya sayang kepada Reo dari pada Rio, karena mungkin Rio sudah banyak yang menyayangi.
Entah sudah berapa kendaraan yang hampir tertabrak oleh Reo. Ia tidak perduli dengan meraka semua, yang ia pedulikan saat ini adalah ibunya.
Cukup waktu lima menit bagi Reo untuk nempuh jalan sejauh lima kilo meter. Ada juga untungnya dia mengikuti balapan liar sewaktu SMP.
Reo masuk kedalam gedung rumah sakit dan berlari kearah ruangan ibunya itu dirawat. Ruang Angrek.
Reo sebenarnya agak aneh dengan ruangan itu. Karena seingatnya yang sering di ajak main ke rumah sakit oleh Bianca dulu, ruangan Angrek ini untuk ruang persalianan. Memangnya ibu Reo kapan hamil tiba - tiba ngelahirin?
"Reo, udah dateng?" Ucap Bianca yang ada didepan ruangan Jessica.
"Mama mana?" Tanya Reo ketika sudah berada didepan Bianca.
"Ada di dalem. Dia nungguin lo." Jawab Putra. Ya, Reo sempat nurun juga sikap tidak sopannya dari sang ayah, tapi Putra bilang itu tidak masalah bagi Reo.
Reo masuk kedalam ruangan seorang diri. Dilihatnya Jessica yang sedang berbaring. Awalnya Jessica melirik ke jendela yang pemandangannya taman rumah sakit, namun karena Reo mengucapkan salam, Jessica jadi berpaling melirik kearahnya.
"Reo sayang, sini." Pinta Jessica lembut. Entah mengapa Reo berasa ingin macari ibunya sendiri karena terlalu sayang kepada Jessica. Karena selain dia, tak ada perempuan lain yang sanggup mencintai seperti itu kepada Reo.
Reo duduk di samping ranjang Jessica dan senyum kearahnya. Jessica ngusap rambut Reo dengan tangannya yang tersambung dengan infusan.
"Kenapa ada luka di bibir kamu?" Tanya Jessica keheranan, Reo meraba bibirnya yang basah. Namun bukan darah, melainkan obat merah.
"Biasa," jawab Reo.
"Di obatin siapa?" Tanya Jessica kembali. Reo mencoba mengingat kembali siapa orang yang ngobatinya. Namun sepertinya ia menyesal telah mengingat hal itu karena orangnya adalah Ririn.
"Ririn."
"Wah, Ririn ya. Dia emang cocok banget ya jadi dokter. Setelah ngeliat Tante Bianca selalu ngobatin kalian pas masih kecil, kayaknya Ririn juga pengen ngelakuin hal yang sama kayak Tantenya." Jelas Jessica memuji Ririn membuat Reo memaki Ririn sendiri didalam hatinya.
Reo hanya mengangguk saja tidak perduli karena selama seumur hidupnya, Jessica selalu menceritakan satu wanita ke Reo, yaitu Ririn. Seperti tidak ada cewek lain aja gitu.
"Kamu udah besar ya,"
"Iya." Jawab Reo cepat. Dia tersenyum.
"Mama nggak nyangka kamu bisa sebesar ini. Rasanya dulu mama nggak mungkin bisa lahirin kamu ke dunia ini," ucap Jessica kembali. Reo meraih tangannya dan mencium punggung tangan Jessica.
"Tapi sekarang Reo ada di sisi mama. Reo nggak bakal pernah ninggalin mama." Ucap Reo yang malah mengundang tawa di wajah Jessica.
"Kamu ngomong kayak gitu kayak yang nggak bakal berkeluarga aja!" seru Jessica sambil terkekeh.
"Emangnya kenapa kalau Reo nggak nikah?" tanya Reo yang merasa kalau semua itu tidak penting.
Jessica langsung terkejut begitu mendengar pertanyaan Reo. Padahal kan wajar saja?
"Masa iya kamu nggak nikah! Mama udah nyiapin jodoh buat kamu." seru Jessica kembali.
"Buat apa?" tanya Reo kembali dengan enteng.
"Ya buat kamu nikahin lah," jawab Jessica.
Reo menggeleng keras karena memang tak ada niatan sama sekali baginya untuk menikah. Apalagi jika wanitanya menikah dengan Reo hanya karena alasan mau memperbaiki keturunan. Authorkan juga mau kalo kayak gitu!
"Kok nggak mau?" tanya Jessica begitu melihat Reo dengan lantangnya menolak tawaran Jessica.
"Nggak lah, Ma, ngapain Reo nikah, mereka juga pasti cuman mau manfaatin salah satu kelebihan Reo." Jawab Reo penuh percaya diri, namun lagi - lagi Jessica malah terketawa.
"Hahaha, bener ya. Walau sikap kamu kayak ayah kamu 98%, tapi ternyata ada 2% sikap mama yang nurun ke kamu." Ucap Jessica sambil tertawa pelan.
"Reo cuman kasih sikap itu ke mama." Ucap Reo penuh senyum kasih sayang.
"Kenapa?" tanya Jessica.
"Karena mama satu - satunya wanita yang Reo sayang." Jawab Reo. Jessica tersenyum.
"Reo, mama punya kabar gembira buat kamu." Ucap Jessica, Reo jadi ikut tersenyum.
Karena hanya kabar dari ibunya lah yang ia anggap itu kabar bahagia.
"Apa Ma?" Tanya Reo penasaran. Jessica mengambil tangan Reo dan meletakannya di atas perut Jessica.
"Kamu bakal punya adik lagi!"
^^^
"Sekarang gimana kabarnya Ni?" tanya Serira dengan cemas ketika Kani memberinya kabar bahwa Reo langsung pergi ke rumah sakit dari sekolah dengan membawa motor besarnya mengebut.
"Kayaknya Reo nggak seneng deh sama berita mamanya hamil. Mukanya kek abis nerima amplop sunatan yang isinya cuma dua ribu." Jawab Kani yang malah membuat Serira bingung.
"Emangnya Kak Reo baru sunatan?" tanya Serira memastikan. Takutnya salah denger gitu.
"Ya ampun, itu perumpamaan Rira sayang! Kagak mungkin lah kak Reo baru sunatan! Orang bapak aku sendiri yang nyunatin waktu dia masih kecil!" teriak Kani yang buat kuping Serira sakit karena mendengar celotehannya.
"Iya Kani aku ngerti. Tapi kok Kak Reo nggak suka? Justru aku mau punya adik." Tanya Serira sedikit kecewa dan bingung.
"Nggak tahu juga sih. Tapi pas di uks tadi, kayaknya ada hal yang buat kak Reo kesel deh. Soalnya pas buka pintu agak kasar gitu!" seru Kani yang buat Serira penasaran. Karena selama tiga tahun Serira lihat, Reo tidak pernah akur dengan Ririn.
"Loh, kenapa ya?" tanya Serira yang sudah sangat penasaran.
"Kayaknya Kak Ririn tahu soal kak Reo nge--"
Tut
"Eh kok mati, hallo, halo?" Panggil Serira karena tiba - tiba panggilannya terputus.
Ia melihat hpnya yang sudah tidak terhubung dengan panggilan dari Kani. Serira memanyunkan bibirnya karena bete belum tahu alasan sebenarnya dari Kani tentang Reo.
Serira menyimpan hpnya di nakas dan membaringkan tubuh kecilnya di kasur mungil yang setia menemaninya dari kecil.
Ia membayangkan sekilas tentang Reo di kejadian tadi. Di pikir - pikir setelah melihat reaksi Ririn tadi, sepertinya dia khawatir sekali kepada Reo. Dilihat dari sisi mana pun, mereka juga cocok. Namun karena Ririn sudah bersama Rio jadi tidak mungkin Ririn akan bersama Reo.
Serira mengambil guling lalu berganti arah baringnya kearah kanan dan kembali membayangkan wajah tampan Reo.
Walau sangat terlihat Reo itu garang, dingin dan juga cuek, Serira sudah tahu, pasti ada sisi dimana Reo juga memiliki kelembutan.
Mana mungkin kan Reo bisa kasar kepada orang yang dia sayang? Dan yang Serira lihat, Reo itu tidak pernah lembut kepada Ririn, jadi Serira sangat yakin kalau Reo tidak suka kepada Ririn. Tidak mungkin juga Reo menikung adiknya sendiri.
Serira makin tersenyum saat mengingat berbicara kepada Serira.
Ya, walau terdengarnya tidak enak karena Reo mengusirnya, tapi ia tidak pernah bilang kalau Reo akan terusseperti itu kepada Serira. Ia yakin suatu saat nanti Reo akan sayang kepada dirinya.
"Rira! Ada temen kamu nih!" teriak Naya--mama Serira-- dari ruang tamu.
"Temen? Kani kok nggak bilang kalau mau ke sini?" tanya Serira sendiri.
Serira tidak begitu memikirkan hal itu dan langsung pergi ke ruang tamu untuk bertemu Kani.
"Kani kamu kok--"
Serira terdiam membeku ketika mengetahui orang yang datang itu adalah.
"Kak Reo?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Nurhaliza
maaf thor bahasanya kadang buat bingung
2020-10-03
2
Raihan Bungsu
up thorrr
2019-12-10
1