Tak lama kemudian, Rendi pun datang membawa buket bunga sambil tersenyum. Ia datang karena mendapat telpon dari mama Sahara. Ia menghampiri Sahara dan ingin membelai rambut Sahara, akan tetapi Sahara menepisnya. Ia menatap tajam ke arah Rendi, rasa sakit perasaan yang ia rasakan di masa itu masih terasa sangat nyata.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Rendi dengan tatapan penuh perhatian.
"Jangan sentuh aku!" tukas Sahara dengan mata memerah.
Rendi, papa dan mama Sahara merasa heran dengan sifat Sahara saat ini yang 100% perubahannya.
'Rendi, aku tidak akan melepaskan mu, aku tidak akan membiarkan kau merebut perusahaan papa dan membuat hidup mu dan selingkuhan mu menderita,' batin Sahara geram.
"Selamat sore Tuan, Nyonya, Tuan muda. Eh Nona sudah bangun?" terlihat sekretaris Anna yang datang dengan senyum manisnya.
Sahara menatap tajam ke arah Anna, rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, bak rasa seribu jarum di tusuk di dadanya.
Tiba-tiba saja emosinya meluap-luap, ingin rasanya ia menghabisi dua sejoli yang berada di dalam ruangannya saat itu juga, ia mengengam erat kedua tangannya.
"Nona, ini saya bawakan bunga untuk Nona, semoga Nona suka," ucap Anna memberikan bunga itu kepada Sahara.
"Wah, sekretaris Anna sangat perhatian ya," ucap mama Sahara tersenyum.
Sahara tersenyum sinis melihat bunga yang bawa Anna.
"Kau sangat perhatian ya pada ku sekretaris Anna, kau datang menjengukku dengan membawa bunga mawar kuning, apa kau mendoakan ku mati?" tanya Sahara menyunggingkan sudut bibirnya.
"Eh, tidak Nona, saya benar-benar tidak tahu, maaf jika saya salah," ucap Anna berkali membungkukkan badannya seolah-olah dia tidak tahu.
"Oh ya, karena kamu sudah bangun, aku panggilkan dokter ya," ucap Rendi yang buru-buru keluar dari ruangan dan meletakkan buket bunga di atas meja.
"Mama, kenapa aku ada di sini?" tanya Sahara penasaran.
"Tadi kamu kecelakaan tunggal menabrak pembatas jalan, polisi sudah memeriksa kejadian ini dan akibat kecelakaan ini di sebabkan oleh rem blong, untung saja kamu hanya mengalami pingsan dan hanya luka memar sedikit di kepala mu. Lain kali kamu jangan pergi sendiri ya, pergilah bersama suami mu," saran sang mama.
'Cih! Aku sungguh tidak sudi satu mobil dengannya,' batin Sahara.
Sahara mencoba mengingat-ingat kejadian yang ia alami saat ini sebelum ia berada di rumah sakit. Ia ingat saat itu ia berada di mobil, akan tetapi sebuah Fuso menyerempetnya. Ia mencoba untuk mengeremnya akan tetapi rem blong. Ia terpaksa banting stir berbelok ke kanan dan menabrak pembatas jalan.
Ia berpikir siapa yang merusak rem mobilnya?
'Ini pasti kerjaan Rendi?' tebak Sahara geram.
Tak lama kemudian, Rendi datang bersama dokter.
"Baik Tuan Nyonya, saya periksa dulu Nona mudanya ya," ucap dokter.
Ia pun segera memeriksa Sahara, dari detak jantungnya, tensi dan luka di kepalanya.
"Nona muda sudah membaik, dia sudah boleh pulang hari ini. Akan tetapi dia butuh istirahat untuk beberapa hari dan tidak boleh banyak bergerak atau mengalami stres agar tidak menimbulkan sakit kepalanya. Nona muda harus rutin minum obat dari resep dokter agar cepat sembuh. Semoga secepatnya sembuh ya Nona muda," ucap dokter tersebut.
"Terima kasih banyak dokter," ucap mama Sahara.
Dari tatapan Anna, ia terlihat tidak senang, akan tetapi itu hanya sejenak lalu ia pun senyum kembali.
Suster pun membuka infus di tangan Sahara lalu memberikan obat yang harus di minum.
"Sahara pulang dengan ku saja Ma," ucap Rendi kepada mama Sahara.
"Tidak! Aku ingin pulang bersama orang tua ku saja! Kau bisa pulang dengannya," ucap Sahara menatap Anna tajam.
"Ya sudah, kalau begitu Sahara pulang dengan kami saja, kau pulanglah bersama sekretaris Anna," ucap papa Sahara.
Sahara berusaha berdiri. Melihat itu, Rendi juga membantu Sahara sebagai bentuk kepeduliannya.
Sahara menepis tangan Rendi untuk kedua kalinya. "Sudah aku katakan jangan sentuh aku! Apa kau tidak dengar!" seru Sahara dengan nada yang agak tinggi.
Rendi pun melepaskan tangan Sahara dan diam mematung di sampingnya.
"Ya sudah, jika kamu nggak mau di bantu oleh suami mu, biar suster dan Papa yang bantu kamu," ucap papa Sahara memegang tangan Sahara dan mendudukkannya di kursi roda.
Suster itu pun mendorong kursi roda Sahara hingga sampai depan pintu mobilnya. Sedangkan Anna dan Rendi sambil berbisik-bisik.
"Kenapa Sahara mendadak jadi berubah setelah dia kecelakaan? Apa dia tahu kamu yang merusak rem mobilnya?" tanya Anna penasaran.
"Mana mungkin dia tahu, saat aku merusaknya dia dan kamu kan pergi ke perusahaan bersama-sama," jawab Rendi.
"Benar juga, tapi tingkahnya sangat membingungkan. Kenapa dia mendadak berubah?" tanya Anna lagi.
"Hm … entahlah, aku yakin nanti dia akan berubah seperti biasa lagi, kita tunggu saja nanti," ucap Rendi menenangkan.
Sahara pun masuk ke dalam mobil dan di temani oleh kedua orangtuanya.
Sang sopir perlahan-lahan melajukan mobilnya menuju arah pulang.
***
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah, Sahara berlari buru-buru menuju kamarnya.
"Sahara hati-hati! Nanti kamu jatuh, jangan lari!" teriak mamanya khawatir.
Sahara tidak mempedulikannya. Ia langsung masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu kamarnya.
Ia mendekati brangkas di kamarnya, perlahan-lahan ia pun membukanya. Ia melihat isi dalam brankasnya dan melihat surat-surat penting masih tersusun rapi. Ia memeriksanya dan itu semua masih lengkap.
"Syukurlah semuanya masih lengkap. Aku harus mengubah kata sandinya agar bajing*n itu tidak bisa membukanya lagi," ucap Sahara melihat angka pengunci berkas.
Saat ini ia berpikir keras, kira-kira sandi apa yang ia buat, selama ini biasanya sandi tangal pernikahan mereka karena ia sangat mencintai sang suami, tapi untuk kali ini ia sungguh merasa jijik dan muak.
Yang ia ingat saat ini adalah nama seorang pria yang satu TK dengannya, akan tetapi ia tidak tahu di mana pria itu berada, ia juga sudah melupakan wajah pria kecil itu dan hanya mengingat namanya saja. Ia juga tidak pernah cerita dengan suaminya karena takut suaminya marah.
"Baiklah, nama itu saja," ucap Sahara perlahan-lahan menekan sandi nama pria tersebut. Nama pria kecil itu adalah Albazero.
Setelah selesai, Sahara menutup pintu kedua brangkasnya dan ia merebahkan tubuhnya di kasur.
Tok! Tok!
Tok! Tok!
Tiba-tiba saja pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang. Sahara membuka pintu kamarnya.
"Sayang," ucap Rendi tersenyum manis. Akan tetapi Sahara berdiri di depan pintu dengan pandangan datar tapi menyimpan dendam.
Rendi terdiam dan menunggu. Biasanya wanita yang ada di depannya menyambutnya dengan senyum manis dan berlaku manja di hadapannya, tapi tidak kali ini. Ia terlihat tegas dalam diamnya.
"Sayang, Mas mau masuk dalam kamar, ayo kita kita istirahat," ajak Rendi sedikit canggung.
"Mulai hari ini, kamar ini adalah milikku! Jadi hanya aku yang boleh menempati kamar ini. Kau … silakan tidur di tempat lain!" ucap Sahara tegas.
"Tapikan ini kamar kita berdua, bagaimana kau bisa mengusir ku?" tanya Rendi menekuk alisnya.
"Ini kamar ku! Rumah ini juga rumah orang tuaku dan aku adalah ahli warisnya! Aku bukan hanya bisa mengusir kau dari kamar ini! Aku juga bisa mengusir kau dari rumah ini! Jadi yang menjadi milikku tidak ada yang boleh menyentuhnya!" tukas Sahara.
Seketika Rendi terdiam, ia mengangguk mengerti dan pergi dari kamar Sahara.
"Mau ke mana Rendi?" tanya Mama Sahara saat melihat Rendi pergi dengan wajah kesal.
"Aku mau pergi cari tempat nginap, Sahara mengusir ku," adu Rendi.
Mama Sahara menekuk alisnya bingung, sedangkan Rendi pergi berlalu.
Dari jendela kamar, Sahara melihat Rendi masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya.
"Heh! Kau pasti pergi kerumah Anna kan? Pergi dan buatlah rencana yang bagus," ucap Sahara tersenyum sinis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
ayo jebak dong Rendi cari bukti kejahatan nya biar mampus tuh benalu
2023-08-27
2
Frando Kanan
Albazero? nma pria kecil itu??
2023-08-22
0
Yoni Hartati
sistem tdk kasih penyimpanan ya?
2023-07-12
2