Seluruh Kota heboh. Raja Iblis yang bringas dan keji membawa gadis dari kalangan manusia. Sontak saja berita itu menjadi gempar di Istana Kegelapan.
Nalendra membaringkan Eleena dengan hati-hati di atas tempat tidur dan menutupi tubuh mungil Eleena dengan selimut sutra berwarna merah. Melihat luka di sekujur tubuh Eleena, dia sangat marah tangannya mengepal erat.
Wayan mengikuti dari belakang segera menyuruh pelayan untuk memanggil tabib.
Merasa Tuan Nalendra dipenuhi aura membunuh yang sangat kuat. Wayan hanya menundukkan wajahnya takut, tubuhnya berkeringat, dia beringsut mundur sedikit menjauh dari Nalendra. Nalendra menatap wajah Eleena yang sangat damai. Dia tidak bisa mengendalikan kegelisahan di hatinya.
"Tuan, Tabib sudah datang. "Seorang pelayan perempuan berusia sekitar dua puluhan tahun masuk kedalam kamar memberi informasi dia menundukkan badan dan memberi hormat.
"Suruh dia masuk. "Perintah Nalendra dengan suara keras dan tinggi.
"Baik Tuan. "Pelayan itu memberi hormat dan pergi.
Seorang laki-laki tua pun masuk kedalam kamar Eleena. Nafasnya sedikit tersengal-sengal. Nampaknya, Tabib itu datang ke Istana Kegelapan dengan berlari. Dia memeriksa nadi
di tangan Eleena dengan teliti sesekali keningnya berkerut tapi kemudian mengangguk.
"Nona tidak apa-apa hanya kecapekan. Nona perlu beristirahat dengan baik. Luka ditubuhnya tidak parah, setelah diberi obat dia akan segera sadar hanya saja mungkin luka ditubuhnya akan membekas. "
Nalendra menatap tabib itu tajam seperti jarum yang menusuk. Suaranya sulit dibedakan antara kemarahan dan kekhawatiran.
"Lakukan perawatan yang terbaik! Jangan sampai ada bekas luka ditubuhnya! Jika tidak Raja ini akan menggantung mu di Istana Kegelapan! "
"Ba-baik. "
Mendengar ancaman yang keluar dari mulut Raja Kegelapan Tabib hanya bisa mengangguk patuh. Tabib tahu jika yang diucapkan oleh Raja Kegelapan bukan sekedar gurauan atau omong kosong belakang. Jika dia salah menjawab mungkin dia akan dikuliti hidup-hidup. Bagaimanapun juga tidak ada yang tahu.
Bagaimana temperamen Raja Iblis Kegelapan.
Nalendra pergi meninggalkan Wayan dan Tabib tua, Menuju Aula Istana Kegelapan dan duduk di singgasananya yang dingin dan sepi. Seorang pelayan laki-laki berpakaian serba hitam membawa nampan berisi anggur dan menuangkan kedalam cangkir.
Suasana hatinya sangat buruk, matanya menatap kosong ke depan, setelah melakukan pengejaran dan pengepungan terhadap penghianat Pandu usaha itu berakhir dengan sia-sia. Pandu telah dibawa oleh organisasi misterius dan sekarang dia tidak tahu dimana Pandu berada. Pikiran itu mengganggunya.
Siapa pria misterius itu?
Apa tujuannya?
Kenapa dia melukai gadis itu?
Dimana mereka berada?
Kenapa mereka juga mengincar Pandu?
Apa hubungan Pandu dengan Pria Misterius itu?
Semua itu bukan kebetulan semata sangat janggal dan aneh.
Nalendra menyilang-kan kaki dan berkata dingin,
"Pergilah. "
Pelayan itu berbalik tanpa mengatakan apa-apa.
Nalendra telah menyuruh Nawang dan Renata untuk menyelidiki hal tersebut. Menurutnya, hal ini terkait dengan Giok Kematian. Giok Kematian telah hilang bertahun-tahun lalu tapi bagaimana giok itu muncul kembali dia telah membuang dan menyegel giok itu dengan tangannya sendiri. Tapi jika giok itu muncul kembali dia juga harus turun tangan untuk mengatasi hal tersebut. Giok itu memiliki kekuatan yang menakutkan tidak ada yang bisa mengontrol kekuatan jahat giok tersebut. Jika giok itu jatuh ke tangan orang yang salah langit dan bumi akan binasa.
Nalendra awalnya akan minum menggunakan cangkir. Tapi, cangkir ini terlalu kecil. Jadi dia memutuskan untuk mengambil kendi anggur dan meneguknya kedalam perut kemudian meletakan anggur kebawah. Kepalanya mulai pusing. Dia mengambil kendi anggur yang kedua dan meneguknya sekali lagi. Nalendra menopang kepalanya yang pusing, memejamkan matanya, meresapi rasa manis anggur yang sangat nikmat. Kemudian dia teringat gadis kecil yang ada dikamarnya. Gadis itu tidak tahu malu dan menyebalkan. Mengingatkan dengan seseorang yang pernah ia temui. Nalendra tersenyum miris, sorot matanya dipenuhi dengan kebencian yang mendalam, dia sangat sangat membenci gadis itu.
Gadis itu yang dia maksud adalah gadis yang ada dipikirannya bukan Eleena.
Nalendra berdiri dari singgasana batu hitam yang sangat dingin dan sepi. Dia menyukai kesunyian dan ketenangan seperti ini, tapi juga sekaligus merasakan kesepian dan kehampaan yang tak berkesudahan. Dia berjalan sempoyongan meninggalkan aula utama. Sesekali dia tertawa seperti orang gila memandangi langit ditengah malam menganggap bahwa pemandangan itu sangat lucu. Dia berjalan tak tentu arah.
Langkah kakinya berhenti di pintu kamar Eleena, derit pintu kamar dibuka. Kemudian dia masuk dengan langkah gontai. Dia berhenti di pinggir ranjang dan menyeringai ke arah Eleena yang belum sadarkan diri. Dia tidur dengan sangat damai seolah olah tidak ada masalah di hidupnya. Dia Sangat cantik dan mempesona membuat Nalendra tidak tahan untuk tidak menundukkan kepala untuk mencium bibir merah muda gadis itu. Setelah mencium bibir mungil merah muda itu, dia membaringkan tubuhnya di samping gadis itu dan tertidur lelap. Untuk pertama kalinya setelah tahun-tahun yang mengerikan di samping gadis ini Nalendra bisa tidur dengan nyenyak.
Eleena terbangun karena tenggorokannya kering. Dia ingin bangun dari tempat tidur tapi tubuhnya sakit semua. Eleena meraba-raba meja di samping ranjang tapi tidak ada apa-apa disana. Dia membuka matanya perlahan di sampingnya ada seorang pria berambut merah sedang tertidur pulas memeluk pinggangnya dengan erat. Rambut merahnya berantakan menutupi sebagian wajah. Eleena tercengang sekaligus terkesima melihat wajah tampan pria di sebelahnya. Dia memberanikan dirinya untuk membelai alis Nalendra, jemarinya menyusuri mata, hidung dan berhenti di bibirnya. Dia takut-takut memegang wajah Nalendra.
Nalendra terbangun karena ada tangan lembut yang membelai wajahnya. Pemuda itu meraih tangan Eleena dan berkata dengan dingin, "Apa yang kau lakukan?"
Dia meraih tangan Eleena dan memutar pinggangnya dengan keras. Gadis itu tersentak di ranjang, tepat berada dibawahnya, "Apa kau berusaha menggoda Raja ini?"Kata Nalendra serak, menatap Eleena dengan tatapan tajam dan menggoda.
"Tidak, tidak bukan begitu." Wajah Eleena memerah. Dia mendorong Nalendra kasar tapi tubuhnya tidak bergerak atau bergeser seinci pun.
Eleena melihat para pelayan masuk. Nalendra yang masih berada di atasnya segera berdiri dengan tenang. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia menolehkan kepala, berhenti sejenak menatap Eleena dan kemudian berlalu meninggalkan Eleena.
Dia benar-benar setelah apa yang terjadi dia tidak menjelaskan apapun.
Wajah Eleena memerah karena menahan malu. Dia kemudian menarik selimut merah untuk menutupi wajah. Rasanya dia ingin masuk kedalam laut es dingin untuk menjernihkan pikirannya yang kacau. Dia ingat malam itu Nalendra Lah yang telah menolongnya dan membawanya pergi. Jadi dia merasa bersyukur karena dia masih hidup sampai sekarang tapi apa dan bagaimana dia bisa berakhir tidur seranjang dengan pemuda itu dia tidak ingin tahu dan tidak ingin mencari tahu. Eleena tidak terbiasa dilayani apalagi setelah kejadian itu membuatnya ingin mengubur wajahnya kedalam tanah.
Eleena mengusir pelayan dari balik selimut dengan mengibaskan tangan tidak berani menatap para pelayan.
"Pergi aku ingin tidur lagi pergi pergi. "
Sesaat kemudian pelayan itu berbalik dengan patuh meninggalkan Eleena yang masih di balik selimut. Para pelayan diam-diam menelan ludah dengan susah payah.
Jadi disinilah Eleena sekarang semua mata tertuju padanya ada yang menatap penasaran, mencemooh, iri, dan benci. Eleena menghela nafas dan menggelengkan kepala berpura-pura bodoh.
Eleena terbangun di ranjang empuk besar berwarna hitam pada malam hari. Di tengahnya ada lampu gantung kristal lilin berwarna hitam. Walau kamar ini didominasi oleh warna hitam tapi tidak menakutkan atau menyeramkan sama sekali malah kamar ini terkesan mewah dan elegan. Setelah kejadian yang menghebohkan tadi sore.
Pelayan yang berada di luar kamar saling berbisik. Eleena tidak tuli jadi dia bisa mendengar apa yang pelayan katakan.
Di dalam kamar ada sepuluh pelayan yang mengerumuni Eleena mereka seperti lalat yang mengerumuni makanan. Eleena tidak tahan dengan keberadaan mereka jadi dia mengusir semua pelayan. Menurut yang Eleena dengar, sekarang dia berada Di Istana Kegelapan. Istana Kegelapan adalah Istana Pribadi Milik Raja Iblis Nalendra. Eleena tidak kaget dan takut sama sekali. Yang Eleena tahu Nalendra adalah penyelamatnya. Kakak Es kutub memang dingin dan acuh tak acuh tapi Eleena tahu dia adalah orang yang baik. Terlepas dari sifatnya yang kejam dan bengis itu karena dia adalah Iblis. Eleena telah mendengar berbagai rumor tentang Nalendra Kekajam dan Kejahatan apa saja yang telah dia lakukan tapi sekali lagi Eleena tidak takut. Jika Nalendra ingin membunuh, dia akan membunuh Eleena saat pertama kali bertemu tapi ternyata dia sekarang masih hidup dan sehat, bahkan tubuhnya masih lengkap.
Banyu membawa nampan makanan ke kamar Eleena. Dia disuruh Tuannya khusus untuk melayani Eleena karena sebelumnya dia pernah menjaga dan melayani Eleena. Banyu
adalah salah satu Iblis Empat Arah namanya sangat ditakuti dan disegani. Tapi, apa yang dia lakukan sekarang? Harimau yang buas, gagah, berani, dan tampan melayani manusia dia tidak habis pikir. Tapi juga tidak berani menolak perintah Tuannya.
Eleena menatap Banyu dengan gembira. Matanya cerah seperti matahari yang menyinari dunia, dia sangat senang karena bertemu Banyu lagi. Dia merasa bertemu teman lama sangat aman dan nyaman.
Eleena melengkungkan bibirnya. Memanggil Banyu pelan, "Banyu. "
"Hmm..."Kata Banyu dengan suara tertahan di dalam mulut.
Banyu menyodorkan semangkok bubur yang masih panas dan meletakan diatas meja.
"Makanlah dulu. "
Eleena menatap semangkok bubur polos yang amat menggoda itu. Sejak dari sore dia belum makan apapun. Dia sangat lapar tapi karena kejadian tadi sore dia sangat malu untuk meminta pelayan membawakan makanan jadi dia menahannya.
"Apa Kakak Es Kutub yang menyuruhmu untuk melayaniku?"tanya Eleena pelan.
"Iya,cepatlah makan Tuan akan membunuhku jika kau tidak mau makan. "Perintah Banyu dengan lembut.
Eleena mengambil semangkok bubur panas dan memasukkan ke dalam mulut. Saat mengunyah makanan, ia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya pun ikut bergoyang dan beberapa kali hanya mengatakan,
"Hmm."
Hal itu terus berulang setiap saat makanan masuk ke dalam mulutnya. Ekspresi yang ditampilkan pun terlihat sangat senang dan menikmati.
Nalendra yang mengintip Eleena makan dari balik pintu dengan lahap menyunggingkan senyum.
"dia sangat lucu.. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dzakwan Dzakwan
Nggak cuma bagus ceritanya, bahasa penyampaian dan tata bahasanya juga nggak kalah bagus. Keren banget! 💯
2023-07-19
0