"Siapa itu?"
Eleena membalikan tubuh. Mencari sumber suara. Tepat dibawah Pohon Oak ada seorang pemuda berjubah hitam-merah tengah asik duduk bersandar dengan santai.
Pemuda itu sangat tampan, rambut merah tergerai begitu indah, bulu mata panjang, dan lentik, mata phoenix tajam, dan dalam seakan ingin menarik seseorang untuk menatap sekali lagi, bibir tipis berwarna merah muda.
Eleena tidak sadar jika mulutnya telah terbuka membentuk huruf O. Dia terpesona oleh ketampanan dan kecantikan menyihir pemuda itu. Eleena pun dengan tidak tahu malu mulai mengoceh tanpa henti,
"Tuan yang apa yang kamu lakukan disini?"
"Apa kau tersesat?"
"Apa kau orang baru disini? "
"Aku Eleena."
"Siapa namamu tuan?"
"Dari mana kau berasal? "
"Aku dari desa kecil di kaki gunung."
"Aku sedang kabur dari rumah. "
"Kamu tampan. "
"Tapi mengapa tidak pernah tersenyum. "
"Membosankan. "
Rentetan pertanyaan itu ditanyakan kepada pemuda itu tanpa jeda. Kata-katanya cepat dan tidak dimengerti. Wajah lugunya seperti anak kecil yang penasaran. Mata persiknya melebar dan berbinar.
Nalendra menatap gadis aneh di depannya. Gadis ini tidak tahu diri. Tidak ada orang lain yang tenang dan santai seperti dia, jika gadis ini tahu siapa dia sebenarnya apakah dia akan tetap sesantai ini pikirnya.
Dia ingin membunuh gadis aneh bin ajaib ini tapi entah mengapa ketika melihat gadis ini ada perasaan aneh mencegah untuk tidak melakukan. Jadi dia hanya menghela nafas, "Karena kau tidak mau memberi tahu namamu jadi aku akan memanggilmu Kakak Es kutub bagaimana?
Sebelum Nalendra menjawab.
Gunung berguncang hebat bebatuan berjatuhan Eleena limbung kesana-kemari, meraih apa saja yang bisa diraih. Dia meraih jubah hitam pemuda itu, pemilik baju segera meraih tangan gadis yang terlihat bingung dan linglung itu tanah dibawah mulai longsor menggulung kedua orang itu seperti ombak yang ganas.
Pemuda itu menarik gadis itu di pelukannya. Eleena menatap pemuda itu sekilas. Tanpa sadar tangannya mencengkeram bahu pemuda itu
dan merekapun jatuh ke dasar jurang dengan cara yang memalukan dan tidak senonoh. Pemuda itu berada dibawah gadis itu jarak mereka sangat dekat. Gadis itu cantik dan menggemaskan. Kecantikannya berbeda dengan gadis lain,
Matanya bulat dan lebar, hidungnya kecil, dan bibirnya tipis berwarna merah. Rambut panjangnya acak-acakan terlihat sangat menggoda.
Hembusan nafas panas gadis itu menyentuh pipinya. Nalendra meneguk ludah, jakunnya bergulir. Tangannya masih memeluk pinggang gadis aneh itu. Nalendra lekas melepaskan pelukannya.
"Minggir".
Dengan kasar Nalendra mendorong gadis itu hingga terduduk dan berbunyi bruk pantatnya tidak dapat lagi diselamatkan. Rasa sakit di pantatnya menjalar ke sekujur tubuh.
Eleena memaki, "Dasar kau pria tampan sialan! Apakah kamu tidak bisa memperlakukan seorang gadis dengan lembut?!
Eleena menunjuk pria itu dengan kesal dan marah, wajahnya memerah bercampur malu dan marah.
Tapi pria itu hanya terdiam. Duduk menepuk-nepuk jubah hitamnya dan mendengus kesal. Gadis di depannya ini memang tidak tahu malu.
"Gadis aneh apa kamu tahu dimana kita sekarang?"
Pria itu bertanya dengan cara yang aneh.
Eleena menjawab dengan cara yang aneh pula. Eleena tidak tahu dimana dia berada sekarang. Mengamati sekitarnya yang sudah sepenuhnya gelap, ia menyipitkan matanya bingung dan bingung, bukanya menjawab Eleena bertanya balik kepada pemuda itu lagi, "Bukankah kita berada didasar jurang?"
Pemuda itu tidak menjawab. Hanya desir angin yang terdengar, "Tuan kamu ada dimana? "
Hening tidak ada suara
Eleena seperti orang yang buta, tangannya terulur kedepan, meraba-raba apapun yang dia temukan. Tapi sayangnya tidak ada apa-apa disana.
"Tuan jangan tinggalkan aku."
"Dimana kamu tuan? "
Sayup-sayup terdengar suara perempuan menyanyi pilu dan menyayat hati. Orang yang mendengar seakan merasakan kesedihan yang dirasakan orang itu. Eleena mencari dimana suara memilukan itu berasal. Tepat di belakang ada sebuah Gua. Gua itu tidak besar dan tidak juga kecil, terdapat hutan rindang dengan pohon yang menjulang tinggi, sungai mengalir nan deras. Eleena melangkah hati-hati dan rasa waspada yang tinggi ke arah Gua. Di mulut gua terdapat tanaman yang merambat memenuhi mulut Gua. Ada bongkahan tanah bercampur batu, mungkin dulunya gua ini pernah longsor.
Eleena menyibakan tanaman yang merambat itu dengan kedua tangan dan melangkah masuk.
Gua itu gelap, lembab, basah, dan pengap. Sepertinya gua ini pernah ditinggali seseorang dan kemudian dibiarkan terlantar begitu saja pikir Eleena kalau tidak kenapa ada obor yang belum dinyalakan di dinding gua ini?bukankah itu sangat aneh. Eleena meraih obor itu dan menyalakan dengan kekuatan sihir. Kemudian obor itu menyinari gua gelap ini.
Eleena menyusuri Selasar gua. Selasar ini terdapat banyak tulang belulang manusia berjejer dipinggir Gua, ada juga pecahan guci yang selebar kepalan tangan orang dewasa yang terbuka. Eleena menduga jika tempat ini adalah Secondary burial atau bisa dibilang Tempat pemakaman. Dimana mayat disimpan dan dibiarkan hingga mengering, lalu tulang belulang yang tercerai berai dimasukan didalam wadah. Menangkupkan kedua tangan Eleena berdoa, Eleena mendoakan pemilik tulang itu dengan sepenuh hati.
Terdapat Tiga lorong di dalam Gua. Eleena bingung memilih lorong yang akan dia lewati, dengan bodoh dia menghitung namanya dengan jari dan namanya menunjuk kata "Na" jadi dia memilih gua yang ada disebelah kiri. Eleena Melangkah tanpa keraguan ke lorong gua, akses jalan masuk lorong gua ini sempit. Sehingga hanya bisa dilalui satu orang saja. Lorong itu semakin lebar dan lebar. Eleena berhenti disebuah ruangan yang besar, ruangan ini dikeliling banyak obor yang menyala, terdapat pilar-pilar pada dinding gua.
Terdapat tiga peti mati. Peti itu berwarna merah, sangat mewah dan elegan, terbuat dari kayu berkualitas terlihat berat dan kokoh, dicat dengan emas, dan ukiran-ukirannya seperti telah dipesan khusus.
Di depan peti mati terdapat dupa yang baru dinyalakan.
Eleena mengingat kejadian yang membuatnya berakhir disini mengurutkan setiap kejadian demi kejadian.
Ini, ini bukankah sangat aneh kenapa ada dupa yang menyala disini sedangkan sedangkan bukankah hanya dia yang masuk kedalam gua, apa Kakak Es Kutub yang menyalakan dupa? Dan jika itu dia apa hubungannya dia dengan orang yang berada di dalam peti mati ini? Aneh sungguh aneh.
Gunung tiba-tiba longsor dan dia terjatuh ke dasar jurang dan mengikuti suara nyanyian yang menyayat hati dan berakhir disini, Bagaimana ini mungkin dan dimana Kakak es kutub tadi? Kenapa dia tiba-tiba menghilang? Apa itu sebuah kebetulan? Apa itu rencana Kakak es kutub itu? Apa ini jebakan?
Eleena berpikir sangat keras, tapi dia malah bingung dan bingung. Mungkin di atas kepalanya sekarang sudah keluar asap dan mungkin sebentar lagi kepalanya akan meledak.
Menggelengkan kepalanya mencoba menjernihkan pikiran. Tapi ternyata tidak bisa, dia harus tahu jawabannya jika tidak, mungkin dia akan benar-benar mati penasaran jadi dia mulai mendekati peti mati itu.
Eleena Mengangkat dan menggeser penutup peti mati itu dengan kedua tangannya dengan perlahan.
Eleena tercengang dan terkaget-kaget.
Kosong.
Peti mati ini kosong.
Tidak ada apa-apa disini.
Benar-benar kosong.
Eleena tidak tahu harus menangis atau tertawa. Bayangkan saja dia hanya gadis lemah dan baik hati mengangkat peti itu sendiri dengan tangan mungilnya tapi apa? ingin sekali dia memaki dan berteriak tapi..
Ah, sudahlah tidak usah dilanjutkan lagi.
Jadi Eleena memutuskan bersandar di sebelah peti mati setengah terbuka dengan santai dan tenang.
Dia teringat pria tampan berambut merah itu kalau dia bertemu dengannya lagi dia akan mencakar wajah tampan dan dingin itu.Beraninya dia meninggalkan seorang gadis sendirian apa dia benar-benar pria.
Tiba-tiba ketika dia akan membuka peti mati yang lain dia mendengar geraman binatang buas dari luar gua. Suara geraman itu menakutkan dan sekejap kemudian Eleena pergi meninggalkan Tiga peti mati itu dan berlari keluar gua.
Di luar gua dengan obor yang masih menyala.
Eleena mengarahkan obor ke sumber suara segera cahaya obor menerangi kegelapan hutan di malam hari. Suara itu berasal dari hutan yang berada disebelah gua. Tanpa basa basi Eleena berjalan menyusuri hutan gelap dan sesekali memotong tanaman yang menghalangi jalan menggunakan pedang.
Di bawah pohon yang sangat besar Eleena menyembunyikan dirinya. Tepat di depan seekor harimau berwarna putih berguling-guling berjuang mati-matian melepaskan lilitan seekor ular berwarna hitam dari tubuhnya. Harimau itu menggeram, meraung, melolong, dan seakan menangis karena tidak bisa melepaskan lilitan ular berwarna hitam itu.
Dan apakah kalian tahu?
Pria tampan sialan berambut merah berada diatasnya, dia sedang duduk di pohon dengan anggun dan elegan menonton pertandingan bunuh membunuh itu dengan santai seakan itu panggung hiburan yang mengasikkan. Sesekali dia memasukan biji kenari ke dalam mulut. Kulit biji kenari itu jatuh mengenai kepala Eleena. Eleena marah dan menendang pohon dengan kaki. Seketika itu juga pohon itu ambruk dan mengenai harimau putih dan ular berwarna hitam yang masih bertarung tadi.
BRAAAKKK! Mereka sudah ditekan ketanah oleh pohon besar itu.
Betapa malangnya mereka.
Pada suatu malam yang gelap di dalam hutan Seorang pemuda tampan memegang payung berwarna merah turun dari langit, dia bak dewa turun dari langit sangat anggun.
Dia berdiri ringan di depannya. Jubah hitamnya menari.
Di bawah payung sepasang mata acuh tak acuh menatapnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya pemuda tampan berambut merah suara pemuda itu sangat tajam dan menakutkan, seperti bilah pedang yang melukai lawan sekali tusuk dan mati.
Eleena tidak takut sama sekali dia hanya mendengus. Eleena sadar kalau dia tidak berhak untuk marah toh dia bukan siapa siapanya.
Eleena hanya kesal dan khawatir itu saja Jadi dia hanya menjawab seadanya saja.
"Tidak apa-apa, hanya saja aku khawatir dan mencarimu tapi ternyata kamu disini dan baik-baik saja."Jawab Eleena sambil tersenyum.
Gadis itu tidak berbohong dia mengucapkanya dengan tulus. Nalendra mencari gadis aneh ini sejak dari tadi tapi gadis ini tidak ada dimanapun dia bahkan mencari gadis ini sampai ke seberang sungai tapi dia tidak ada disana jadi dia berpikir bahwa gadis itu sudah pulang. Tadi saat didasar jurang Nalendra mendengar suara yang aneh jadi dia mengikuti suara itu tapi kemudian suara aneh itu hilang dan dia sudah berpisah dari gadis aneh ini.
"Apa kamu baik-baik saja? "tanya Nalendra dengan acuh tak acuh.
"Aku baik-baik saja tadi aku mendengar suara wanita bernyanyi dan mengikuti suara itu.
Suara itu berasal dari gua tapi ketika aku masuk suara itu hilang dan ada tiga peti mati berwarna merah, ketika aku membuka peti mati itu kosong tidak ada mayat disana. "Kata Eleena.
Dua hewan yang pingsan tertimpa pohon besar itu menggerakkan tubuh mereka, membuka mata.
Dan secepat kilat telah mengangkat pohon besar itu dengan satu tangan dan membuangnya, hewan menakutkan itu berubah menjadi pemuda tampan satu berpakaian serba putih dan satunya berpakaian hitam.
Eleena melongo menatap kedua orang itu.
Jadi hewan itu siluman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments