Eleena sangat sedih dia telah kehilangan semua keluarganya. Mereka mati dengan mengenaskan di tangan Hantu pengantin berpakaian putih. Hantu itu datang, dia membawa Eleena ke gua yang pernah ia datangi. Genangan darah mengalir dibawah kakinya.
Dia tertawa terpingkal-pingkal suaranya seperti lonceng yang berdentang. Wajah hantu itu sungguh menyeramkan kepalanya terbalik, dipenuhi darah yang menetes dari mulut dan matanya. Pakaian putihnya berubah warna menjadi merah dia merangkak di atap gua dan mengatakan sesuatu.
Tapi perkataanya tidak terdengar sedikitpun hanya bibirnya yang bergerak membentuk sebuah kalimat,
"Apa kau masih ingat aku?"Dia menyeringai.
Eleena tidak ingat tapi hantu itu terlihat familiar Eleena tercengang dan membulatkan kedua matanya, "Kau adalah wanita itu."
Dia adalah wanita yang telah lama coba ia lupakan. Tapi tidak bisa karena wanita itu adalah salah satu dari sekian banyak kenangan pedih di hatinya. Seperti membuka luka lama yang belum sepenuhnya sembuh dan dia terluka lagi bahkan lukanya lebih perih lagi.
"Benar,itu aku, itu aku, kata hantu pengantin itu senang saking senangnya dia tersenyum lebar. Hantu wanita itu senang karena diingat dengan baik.
"Kau yang membuatku begini kau memang pembawa petaka apa kau ingat beberapa tahun lalu, setelah kau pergi dari rumah?"Wanita itu berbisik di telinganya, kuku-kuku panjang menyentuh leher putih Eleena. Seakan siap mencabik leher itu kapanpun.
Ingatan Eleena melayang, saat itu dia masih berusia enam belas tahun.
"Kau benar-benar bocah tidak tahu di untung!"Kata seseorang wanita suaranya menggelegar seperti petir."
Eleena sudah terbiasa mendengar suara nyaring dan cempreng wanita itu.
Di samping wanita yang cantik dan anggun itu ada anak kecil yang menunjuk kearahnya.Anak kecil itu berusia sekitar sembilan tahunan rambutnya di kucir dengan pita berwarna merah dia adalah Luta adik tirinya, Luta berkata, "Ibu dia yang telah mengambil perhiasan ibu."
Dia adalah seorang ibu dan anak yang menyebalkan. Dimata orang lain wanita yang ada didepannya ini adalah panutan semua orang tapi tidak ketika dia bersama Eleena. Wanita yang katanya anggun dan cantik ini adalah monster sesungguhnya. Eleena sangat membenci wanita yang berusia sekitar dua puluh tujuh tahunan ini. Wanita didepannya adalah wanita munafik yang dipenuhi dengan tipu daya dan trik.
Dia adalah istri kedua ayahnya, ibu Eleena sudah meninggal ketika Eleena masih kecil. Ibunya meninggal karena sakit. Tiga tahun setelah ibunya meninggal, wanita ular ini menikah dengan ayahnya.
Ayahnya adalah Pejabat Kerajaan yang mencatat dan mengelola pajak masuk, mereka tidak memperoleh gaji, tetapi pada saat tertentu memperoleh hasil bumi dan barang-barang lain dan mendapat daerah lungguh atau tanah garapan. Setelah menikah dengan wanita itu hidup Eleena awalnya masih baik-baik saja tetapi lama kelamaan hidupnya mulai berubah.
Ayahnya jarang pulang ke rumah karena sibuk dengan pekerjaanya. Wanita licik itu mulai semena-mena kepadanya. Pernah suatu ketika dia bertengkar dengan wanita sialan itu dan tanpa sengaja mendorongnya ke dalam sumur. Ayahnya yang baru pulang, melihat kejadian itu dia tercengang dan dengan panik segera mencari bantuan. Itu adalah awal mula ayahnya sebal dan marah kepadanya. Pernah juga Eleena iseng melepas domba dikandang untuk bermain-main tapi sialnya domba itu menyeruduk wanita itu dengan keras hingga terdorong kebelakang. Mengakibatkan wanita itu berbaring beberapa hari ditempat tidur dan ayah yang mendengarnya mengurungnya didalam ruang bawah tanah selama beberapa hari.
Pernah juga anak kecil berpita merah sialan yang tidak lain dan tidak bukan adalah adiknya bermain-main dengan sarang lebah di atas pohon dan melemparinya dengan batu. Eleena ingat dia sedang duduk asik di pinggiran danau dan tiba-tiba adiknya berteriak kesakitan. Ketika Eleena sampai di tempat bocah itu wajahnya sudah bengkak dan bentol. Ayahnya marah karena Eleena tidak menjaga Luta dengan baik
Saat itu juga untuk pertama kalinya dia dipukuli tongkat kayu oleh ayahnya.
Maharani berteriak marah siap mengayunkan cambuknya.Jika kalian melihatnya saat ini mungkin kalian tidak akan menganggapnya anggun lagi tapi sebaliknya dia seperti nenek sihir dengan senyum dan seringai menyeramkan diwajahnya dipenuhi kepura-puraan yang membuat Eleena jijik setengah mati, "Dimana perhiasaan itu?"Tanya Maharani marah.
"Aku tidak mengambilnya". Kata Eleena dengan lantang dan keras.
"Bohong aku tadi melihatnya."Tuduh bocah berpita merah.
Hebat akting mereka benar-benar menjiwai dia sampai terharu.
Melihatnya, Eleena mendengus jijik.
Orang yang sadari tadi dibelakang Maharani yang tidak lain adalah Ayahnya hanya memandangi gadis itu dengan acuh tak acuh.
"Ayah Bukan aku yang mengambil."Kata Eleena menatap ayahnya memohon untuk ayahnya percaya pada setiap kata yang diucapkanya. Dia sepenuhnya telah diabaikan, orang yang satu-satunya dia sayang dan percayai di dunia tidak percaya lagi dengan Eleena. Tak terasa air mata dimatanya telah jatuh Eleena dengan kasar mengusap pipinya dan berkata.
"Ayah aku mohon percayalah kepadaku satu kali ini saja."Kata Eleena mencoba meyakinkan.
Eleena kemudian bersujud, dahinya menyentuh tanah, dan kedua tangannya memegang erat kaki Pria di depan.
Tapi pria berusia tiga puluhan tahun itu Hanya mengabaikan Eleena Dia menarik kakinya dengan kasar dan melangkah pergi memandangi Eleena dengan tatapan rumit.
Eleena ingin berlari mengejar ayahnya. Namun perempuan sialan merentangkan tangan menghalang jalan Eleena.
Wanita jahanam itu kemudian mendorong Eleena ke belakang. Eleena jatuh tersungkur di tanah dengan sangat menyedihkan dan menyakitkan. Dia hanya diam saja pikirannya kacau dan kalut ada banyak kesedihan yang tidak bisa dia jelaskan, hatinya sakit.
Maharani mengayunkan cambuk, menyebabkan angin terbelah, dan menyerang gadis itu. Ketika cambuk mengenai punggungnya dia tidak menghindar.
Eleena terhuyung ke depan. Rasa sakit di hatinya dan di punggungnya tidak dapat ia rasakan. Dia terluka di dalam dan di luar tubuhnya. Awalnya Eleena ingin menangkap cambuk itu tapi pikirannya kalut jadi dia membiarkan saja.
Maharani berhenti mencambuknya dan bertanya lagi, "Dimana kamu menjual perhiasaan itu?"kata maharani marah.
Eleena tidak bodoh dia tahu semuanya. Pagi tadi Eleena mengikuti wanita nenek sihir itu dia pergi ke tempat perjudian, disana dia sedang berbicara dengan seseorang kemudian dia mengeluarkan perhiasan untuk membayar sesuatu tapi Eleena tidak tahu sebenarnya untuk apa..
Jadi setelah wanita jahat itu pergi. Eleena menyusup masuk dan bertanya pada pemuda yang berbicara dengan wanita jahat tadi. Dia mengatakan bahwa Maharani membayar hutang judi saudara laki-lakinya tapi uang masih kurang. Jadi terpaksa membayarnya dengan perhiasan. Maharani tidak ingin kejahatannya diketahui oleh Ayahnya jadi dia sengaja melakukan ini.
Eleena mengeluarkan keluh kesah yang menumpuk dihatinya. Sengaja mengucapkan kata-kata kasar supaya Maharani mengerti apa itu bahasa manusia.
"Kau yang telah menggunakan perhiasan mu sendiri, membayar hutang judi saudaramu. Kau pikir aku tidak tahu! Kau hanya senang mempermainkan aku! Tidak tidak ingin disalahkan ayah. Karena telah menggunakan perhiasan, jadi kau mengambinghitamkan aku untuk menutupi kesalahan dan berakting seolah-olah itu memang perbuatanku!"Kata Eleena marah, tubuhnya sedikit bergetar merasakan sakit yang berdenyut di punggungnya.
Eleena melanjutkan, "Kau hanya seorang ****** yang menumpang hidup kepada kami telah lama aku membiarkanmu tapi kali ini kau sudah keterlaluan. Kamu hanya bermain trik, kau begitu hina bahkan lebih hina dari seorang pelacur kau adalah perempuan gila yang hanya ingin menyingkirkan ku untuk sebuah harta di rumah kami. Jika itu yang kamu mau. Kamu bisa mengambil semuanya. Berebut dengan wanita hina sepertimu tidak layak sama sekali anggap saja aku yang memberikan harta itu untukmu kau bahkan telah menipu ayahku, membuat dia benci kepadaku dan membuatnya tidak percaya lagi kepadaku kau sungguh hebat berpura-pura baik kau dipenuhi dengan tipu muslihat hari ini aku akan mengingat semuanya,semua perlakuan mu kepadaku akan aku ingat sampai mati aku berdoa semoga kita tidak bertemu lagi. "
Eleena kemudian meninggalkan ruangan dan berlari keluar. Berhenti di depan gerbang mengingat semua kenangan yang ada di rumah ini. Dulu rumah ini sangatlah hangat semenjak wanita jahat itu datang ke rumahnya rumah berubah menjadi dingin dan asing.
Di malam bersalju yang dingin. Eleena pergi meninggalkan rumah, dia tidak diusir dari rumah melainkan memilih meninggalkan rumah itu.
Eleena selalu mengingat kenangan yang menyakitkan itu kenangan itu selalu terngiang-ngiang saat dia akan tidur gambaran itu semakin jelas sekalipun dia memejamkan mata ingatan itu masih terbayang dibenaknya. Tatapan ayahnya yang kecewa dan marah tidak pernah dia lupakan seharipun. Ayahnya memang tidak banyak bicara terkesan dingin dan acuh tak acuh tapi dia adalah ayah yang baik. Dia menjadi seperti itu karena telah kehilangan orang yang dicintainya. Bahkan ayahnya masih menyimpan tusuk rambut yang selalu ibunya pakai. Tusuk rambut adalah satu-satunya kenangan yang dimiliki ibunya jadi dia selalu menyimpan dengan baik.
Eleena mengerti perasaan ayahnya dia mengerti lebih baik dari siapapun di dunia ini.
"Apa yang terjadi?"tanya Eleena kepada hantu itu.
"Kakak itu karena kau, hari setelah kau pergi dari rumah."
"Kau Luta?"
"Benar ini aku kakak."Hantu itu terkekeh menyeramkan.
"Biarkan aku melanjutkan cerita ini kakak sebelum aku membunuhmu."Kata Luta.
Luta melanjutkan,
"Setelah kau pergi ayah sering marah sering kali dia membentak dan memarahi ibu,ayah tahu semuanya tentang perhiasan itu,Dia merasa bersalah sering kali mengurung diri dikamar dia sudah mencarimu kemana-mana tapi kau tidak ada,kau memang pandai bersembunyi bahkan bersama orang mengerikan itu. "
"Aku membencimu sangat membencimu kakak kenapa selalu kau yang selalu ada dimata ayah sedangkan aku dia selalu mengabaikanmu jadi aku menjebakmu hanya untuk menarik perhatian ayah dan itu berhasil."Kata Luta.
Luta melanjutkan.
"Kau ingat tentang kejadian sarang lebah?
Tentu saja Eleena ingat kejadian itu untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia dipukuli tongkat kayu oleh Ayahnya.
Luta melanjutkan,
"Ibu tidak lagi memperhatikan aku setelah kau pergi dari rumah. Dia tidak mempedulikan aku, yang dia pedulikan hanyalah pria tua itu. Ibu selalu kesal dan marah setiap hari. Melampiaska semua kepadaku. Namun walaupun begitu, aku tetap menyayanginya."Kata Luta ada seberkas cahaya di matanya yang sepenuhnya sudah menghitam.
"Pernah suatu ketika ibu pulang dalam keadaan menyedihkan setelah mengunjungi ayah. Rambutnya berantakan tubuhnya basah. Tubuh dipenuhi dengan luka, ayah sudah gila dia mencelupkan ibu ke dalam danau berulang kali, hanya karena ibu keliru memasak makanan.
Makanan itu adalah makanan kesukaanmu. Ayah sangat marah dia membalikkan meja makan lalu mendorong ibu hingga jatuh dengan brutal, menjambak rambutnya, menyeretnya dari dalam rumah sampai ke danau, mencelupkan kepalanya berulang kali.
Semua karena kau Eleena dan kau tahu apa yang lebih miris lagi? orang yang melihat kejadian mengabaikan begitu saja mereka bahkan ada yang tertawa. "Kata Luta sedih memainkan rambut panjang Eleena dengan kuku runcing dan tajam.
Eleena tidak takut dan bertanya dengan tenang, "Bagaimana keadaan ayah?"
"Beraninya kau menyebutnya!" Luta menjadi marah, ada nada benci dan jijik di suaranya.
Sekejap kemudian kuku tajam menusuk leher Eleena.
Eleena mengerang kesakitan, darah mengalir dari leher, dan membasahi pakaian birunya.
Luta tersenyum jahat dan berkata,
"Aku sudah membunuhnya."dan Luta tertawa dengan sangat mengerikan suaranya menggema di seluruh gua.
Eleena membeku, ayahnya sudah mati. Luta yang telah membunuhnya. Matanya berkaca-kaca dia sedih dan marah.
"Kenapa kau melakukan semua ini? "Eleena bertanya lirih.
"Kenapa kau juga membunuh mereka? Mereka tidak bersalah kau benar-benar gila, jika kau membenciku bunuh aku saja."Kata Eleena putus asa dan marah.
Luta tertawa terbahak-bahak dia sangat suka melihat orang di depan putus asa. Luta berhenti tertawa dan berkata dingin.
"Aku ingin melihat kau putus asa dan saking putus asanya sampai ingin mati. Jadi aku membunuh mereka semua itu semua karena kau, kaulah yang menyebabkan kemalangan ini. Sekarang lihat betapa menyedihkannya dirimu aku ingin kau merasakan apa yang aku rasakan.
"MEREKA MATI KARENA KAU ELEENA KAU YANG MEMBUNUH MEREKA."
suara Luta menggelegar memenuhi gua.
Eleena merasa ada tangan besar yang membelai wajahnya lembut. Membangunkan dari mimpi buruk.
Eleena membuka mata perlahan di depannya ada seorang pria menatapanya. Eleena mengulurkan tangan memeluk pemuda tampan di depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments