Siluman harimau dan ular itu mendekat. Mereka berlutut kepada pemuda berjubah hitam-merah yang tidak lain dan tidak bukan adalah Nalendra. Nalendra menyuruh mereka berdiri.
Mereka adalah Banyu dan Guntur bawahan Nalendra dari Ras Siluman, satu rambutnya seputih salju dan satu rambutnya hitam seperti tinta.
Siluman hitam putih itu tampan, ketampanannya mendekati cantik. Sangat berbeda dengan pria berambut merah di depannya, dia tidak hanya tampan ada
aura nakal di dalamnya seakan menarik seseorang untuk bermain di taman kejahatan. Menggoda dan memabukkan.
Pemuda berpakaian putih menatap Eleena sedikit jijik. Gadis ini seperti Preman pasar, tidak bermoral dan tidak tahu malu. Bagaimana dia bisa bertemu dengan tuannya?kenapa tuannya tidak segera membunuh gadis ini?
"Tuan siapa gadis tidak bermoral ini?"
tanya pemuda berjubah putih yang tak lain adalah Si harimau putih.
Eleena hanya memandangi Siluman putih itu dengan heran. Eleena tidak marah jika ada yang mengatainya tidak bermoral, tidak tahu diri, tidak tahu malu toh memang dia tidak punya rasa malu, jika dia malu dia tidak akan hidup sampai sekarang. Saat Eleena berusia enam belas tahun dia diusir dari rumah oleh ibu tirinya jadi dia mau tidak mau harus bertahan hidup bagaimanapun caranya. Eleena bahkan pernah mengemis di jalanan, mencuri dagangan para pedagang di pasar, makan makanan basi bahkan pernah berebut makanan dengan anjing liar di jalan. Jika dia malu dia akan mati kelaparan. Untungnya dewa maha baik dia bertemu dengan kakek tua baik hati yang mengajaknya pulang ke rumah dan mengganggap seperti cucu.
Nalendra hanya diam saja dan mengabaikan Banyu.
Banyu tahu jika tuannya akan mengabaikannya jadi dia tidak bertanya lagi dan memilih diam.
Eleena menjulur lidah dan mengejek siluman putih itu, "Harimau bodoh, harimau bodoh kenapa kau bodoh sekali kau bahkan kalah bertarung dengan ular itu. "
Pemandangan tadi sangat lucu, ia mengingat saat Harimau itu melolong kesakitan. Seakan menangis karena telah dikalahkan oleh ular kecil dan meminta pertolongan kepada pemuda berambut merah. Dia seperti anak kecil yang mengadu kepada ibunya tapi sayang dia hanya diabaikan oleh pemuda itu.
Banyu sangat kesal dan marah bagaimana mungkin seorang manusia rendahan bisa menghinanya sesuka dengkulnya. Wajah Banyu memerah karena marah dengan tersungut-sungut Banyu mengatakan,
"Kau hanyalah manusia rendahan tidak tahu diri!"
"Lihat saja aku akan menghancurkan mu berkeping-keping. "Eleena beringsut mundur dan bersembunyi di belakang pria berambut merah, baginya hanya punggung pria berambut merah ini yang aman.
Banyu mengeluarkan Kuku-kuku yang tajam dan panjang. Dia hendak mencakar gadis itu menjadi berkeping-keping
tapi dihalangi oleh pemuda berambut merah, "Banyu, sudah cukup bermain-mainnya. "
Kata Nalendra dingin saking dinginnya seolah olah Eleena berada di tengah laut yang membeku. Yang siap menenggelamkan kapan saja. Eleena tanpa sadar sudah menggosok tangannya, mencoba menghilangkan hawa dingin disekitarnya.
Banyu menarik kedua tangannya dan menghilangkan cakar tajam itu dari tangannya seketika itu juga tangannya berubah menjadi ramping dan mulus.
Siluman ular yang tadinya hanya diam seperti patung mulai membuka mulutnya, "Tuan menurut cerita nona ini tadi saya mendengar bahwa di dalam gua itu ada tiga peti mati berwarna merah bukankah itu adalah Hantu Pengantin Putih Pembawa Petaka. "
"Hantu Putih Pembawa apa?"Eleena mengulangi ucapan Siluman hitam itu dan menggantungkan pertanyaan dibelakangnya.
"Petaka. "Jawab Siluman Putih yang tak lain dan tak bukan adalah pemuda yang hendak membunuhnya tadi.
"Apa kamu tidak tahu tentang itu?"
tanya pemuda berambut merah. Nalendra menatap wajah Eleena mencari jawaban di wajah gadis aneh itu tapi disana tidak ada jawaban, "Tidak,memangnya apa itu?"Eleena bertanya balik kearah pemuda berambut merah, "Pantas saja kau dengan ceroboh memasuki gua itu tanpa tahu cerita dibaliknya ternyata kamu memang benar-benar bodoh."
Eleena menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan.
dan berkata lagi, "Ceritakan apa itu sebenarnya. "
Nalendra menatap gadis itu dan mulai bercerita, "Dulu ada seorang pria dan wanita yang saling mencintai, mereka hampir menikah tapi sayangnya seminggu sebelum menikah mereka bertengkar hebat gadis itu bunuh diri dengan memotong nadinya. Pria itu sedih karena kehilangan orang yang dicintainya, karena rasa bersalah pria itu juga menikam tubuhnya dengan pedang. Mereka berdua mati dengan cara yang menyedihkan dan memilukan. Orang tuanya belum menguburkan mayatnya. Mereka berencana menguburkan disaat hari pernikahannya jadi dia mencari pelayan khusus untuk merawat kedua mayat itu. Pelayan itu seorang pria muda setiap hari pelayan itu memasak makanan kesukaan mereka berdua dan menyalakan dupa. Pria itu terpesona oleh kecantikan gadis itu jadi dia setiap hari berada di ruangan itu mengajaknya berbicara, mendandani gadis itu, menganti bajunya setiap hari, bercerita, benyanyi. Pelayan itu menganggap mayat itu seolah-olah masih hidup. Hingga suatu malam pemuda itu bermimpi sangat menyeramkan..
Nalendra berhenti sejenak dan mulai melanjutkan.
Gadis itu meminta tolong kepadanya. Dibelakangnya pengantin pria membawa sebuah pedang hendak membunuh gadis itu tapi gadis itu tertawa, tawanya sangat mengerikan dan menakutkan, dia mengenakan pakaian pengantin berwarna putih wajahnya terbalik dagu diatas dahi dibawah dan mulutnya selalu mengeluarkan darah memenuhi wajahnya..
Ternyata gadis itu sedikit gila jadi dia membunuh pengantin pria dan membunuh diri nya sendiri. Pelayan itu sangat ketakutan karena ternyata yang membunuh pengantin pria adalah gadis itu. Pemuda itupun terbangun di samping peti mayat gadis itu. Karena ketakutan pemuda ini meninggalkan ruangan tapi pintu tiba-tiba tertutup, dia terkunci di ruangan dan di belakangnya ada seorang wanita berpakaian putih sedang duduk di atas peti mati wajahnya terbalik dan dipenuhi darah dia menyeringai ke arah pemuda itu
"Wanita itu adalah. "Kata Nalendra menatap gadis didepannya.
"Pengantin wanita. "Eleena menjawab.
"Benar, itu adalah dia. "Kata Nalendra.
Nalendra melanjutkan, "Kemudian hantu wanita itu menyeret pemuda itu ke dalam peti mati. Oleh karena itu peti mati itu berjumlah tiga, tapi jika salah satu peti mati itu kosong berarti dia berada di peti mati lain. Hantu Pengantin Putih Petaka itu tidak bisa keluar gua. "
"Kau benar, ada satu peti mati kosong."Kata Eleena bergidik ngeri, Eleena menatap kegelapan malam dengan was-was takut kalau hantu itu muncul secara tiba-tiba. Eleena yang biasanya berani entah mengapa kini dia merasa sedikit ketakutan, pria itu menceritaan dengan bersungguh-sungguh dan ekspresinya saat dia bercerita sangat menjiwai. Eleena seolah-olah berada di dalam cerita dan menjadi Pelayan itu.
Eleena ingat dia tidak menutup peti mati itu, "Itu tadi aku membuka peti mati itu dan lupa menutupnya peti mati itu. "
Kata Eleena malu dan takut.
"Kau sudah membuka peti mati?"Kata Banyu dan Guntur secara bersamaan, kemudian mereka saling menatap satu sama lain.
"Bagaimana kamu bisa masuk kedalam gua itu?"tanya Nalendra ada sedikit rasa marah di ucapannya.
"Eh...itu, aku juga tidak tahu yang aku tahu sebelum aku masuk gua ada seorang wanita bernyanyi, aku pikir orang itu sangat kasihan jadi aku mencari suara itu dan mengikutinya. "Celoteh Eleena panjang.
"Wanita itu sengaja memancing mu untuk memasuki gua. "Kata Nalendra datar.
"Kita harus segera pergi."Kata Nalendra ada kilatan aneh dimatanya.
"Kemana kita harus pergi?"Tanya Eleena penasaran.
"Kita kembali ke dalam gua kalau tidak dia akan bergentayangan dan membahayakan orang banyak. "
"Banyu..Guntur. "Panggil Nalendra kepada kedua siluman itu.
"Baik tuan. "Jawab pemuda berpakaian hitam dan putih itu.
Eleena dengan patuh mengikuti ketiga pemuda itu menuju gua.
Di gelap malam Nalendra merasa hatinya menghangat. Perasaan aneh ini belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Di mulut gua, gua itu telah tertutup sepenuhnya tidak ada jalan masuk disini,ini aneh tadi dengan mudahnya dia masuk tapi sekarang kenapa gua ini tertutup seolah olah gua ini sudah tertimbun ribuan tahun lalu.
"Preman pasar apa benar kamu tadi lewat sini?" Kata pemuda berpakaian serba putih itu dengan nada sedikit mencemooh.
"Apa kau gila?tentu saja aku lewat sini kau pikir aku lewat dari bawah tanah. "Kata gadis itu sedikit kesal.
Eleena menatap gua itu untuk sekian kalinya tidak percaya, jelas jelas tadi gua itu terbuka lebar tapi tapi kenapa jalan masuknya tertutup.
"Tuan apa kita perlu cari jalan masuk lain?"Tanya Guntur dengan hati-hati.
"Tidak perlu,dia sudah pergi. "Jawab Nalendra dengan enteng.
"Kabur?bagaimana bisa?"tanya Eleena dengan bingung.
"Hantu ganas itu pasti sudah bergentayangan di suatu tempat. "Kata Nalendra datar.
"Tapi didekat sini ada desaku. "
Eleena takut jika hantu ganas itu berkeliaran di desanya dan membunuh orang didesanya Eleena tidak bisa membayangkan itu semua, semua itu salahnya dia sudah ceroboh, bagaimana jika hantu itu ada disana. Pandangan Eleena buram tiba-tiba kepalanya pening. Pada malam itu Eleena yang tidak takut apapun tiba-tiba menjadi sangat ketakutan. Dia takut jika orang-orang dikenalinya akan mati satu persatu karena tindakan cerobohnya. Tanpa berpikir panjang lagi Eleena segera berlari menyusuri hutan di gelapnya malam, Matanya berkabut dan setetes air mata mulai jatuh di kedua matanya, mengalir dengan derasnya.
Nalendra menghela nafas, dia tidak bisa berkata-kata. Nalendra memandangi punggung gadis itu dia berlari dengan tergesa-gesa sesekali dia terjungkal ketanah dan sekejap kemudian berdiri lagi dia tidak peduli sekitarnya, yang dia tahu dia hanya maju lurus ke depan. Entah mengapa melihat gadis itu ada perasaan kasihan dihatinya.
Tak lama kemudian Eleena sudah sampai di desanya, Benar saja pemandangan di desa sangat mengerikan. Dia meraung menangis sejadi-jadinya semua orang yang dikenalnya telah mati dengan mengenaskan tubuhnya hancur berantakan menjadi berkeping-keping, hampir semua rumah-rumah beratap jerami terbakar hebat.
darah merah segar mewarnai tanah ini menjadi merah. Ini pasti mimpi ini semua tidak nyata ini tidak nyata.
Eleena ambruk tergeletak di tanah kakinya lemas tidak sanggup menopang tubuhnya, tangannya bergetar hebat.
Eleena merangkak mencari pria tua itu.
Dia ingat pria tua itu selalu menyambutnya pulang dengan senyum diwajahnya tapi kini tidak ada lagi pria tua yang menyambutnya pulang semua ini salahnya. Jika saja dia tidak kabur dari rumah, jika saja dia tidak pergi ke gunung itu, jika saja dia tidak masuk dengan ceroboh ke dalam gua itu dan membuka peti mati itu.Membangunkan iblis itu dengan kedua tangannya.
Semua salahnya dari awal hingga akhir itu salahnya. Kepalanya semakin berat, air mata di kedua matanya mengalir dengan keras, dia terisak dengan sangat menyayat hati siapapun yang mendengarkannya. Kemudian Eleena pingsan dengan air mata yang menggenang dipelupuk mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments