Tragisnya Kisah Cintaku
Tidak terasa satu tahun telah berlalu, hari ini adalah hari Jumat bulan Juli tahun 2004. Aku hari ini bangun pagi karena harus berangkat ke kampus. Dan seperti biasa berangkat siang ke Kampus karena jadwal kuliah masuk siang. Pagi-pagi sekali aku bangun dengan ceria dan penuh semangat.
Dan aku akhirnya bergegas mandi, siap-siap ke Kampus seraya dandan dengan sedikit touch up di wajahku yg sedikit kumal karena kurang perawatan, maklum satu tahun memasuki perkuliahan sangat sibuk dan fokus dengan mata kuliah jadi membuatku sedikit stress karena harus mengejar SKS selama satu semester.
Setelah merasa sudah agak cantik, tidak lupa aku menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhku yang sangat langsing dan ideal untuk ukuran seorang gadis di usiaku.
Akhirnya aku keluar dari kamar kost dan berjalan menuju pintu kampusku. Sambil mendengar musik dari MP3 ku yang mungil ku genggam di tanganku.
Aku bernyanyi sambil sedikit bergoyang dengan alunan musik yg kusukai “paint my love you should paint my love…” ucapku bernyanyi-nyanyi kecil sambil tersenyum mengikuti lagu yang sedang ku putar dari grup band asal Denmark yang terkenal saat itu dari grup band MLTR.
Sampai tidak terasa aku sudah di pintu Perpustakaan. Aku masuk dari pintu timur menuju ke dalam Perpustakaan. Setelah sampai di dalam lift menuju ke lantai 3, aku berpapasan dengan seniorku.
“Hai Din…kamu lagi di sini juga?", tanya seorang cowok berperawakan tinggi, kulit putih dan wajah yg agak oriental dengan kumis tipis.
“Eh bang Niko!”, sahutku dengan sedikit malu dan wajahku seketika menunduk agak mulai memerah. Entah kenapa setiap bertemu dengan lelaki yg satu ini jantungku langsung berdebar-debar tidak karuan, dan tidak sanggup menatap matanya yang sendu itu
“Abang lagi mau minjam buku juga ya?” imbuhku bertanya seraya menatap wajahnya dengan sedikit gugup.
“Enggak.., abang cuma baca-baca aja di sini, ada sedikit tugas jadi kesini sambil ngerjain”, sahutnya dengan senyum lebar sehingga giginya yang putih nan rapi berjejer tampak jelas terlihat olehku.
“Dini lagi ngapain?", ujar bang Niko balik bertanya sambil menatapku dengan tatapan mata yang sendu.
“Oh… Aku lagi ada tugas juga jadi mau nyari-nyari buku”, sahutku dengan wajah sedikit menunduk dan tidak berani menatap wajah tampannya, apalagi bertatapan langsung dengan matanya yang sangat sendu.
“Aku masuk dulu ya bang!", ujarku sambil berjalan perlahan meninggalkan bang Niko dan berjalan menuju ke lantai atas Perpustakaan. Entah kenapa rasanya gak sanggup bertatapan lama-lama dengannya.
Aku langsung duduk di sebuah kursi dan mengeluarkan air mineral dari dalam tasku, dengan segera ku teguk airnya seraya menghela napas panjang.
"Huh gila! Kenapa aku jadi keringat dingin begini ya?" gumamku bertanya dalam hati sambil menyeka peluh di wajahku. Aku heran kenapa setiap bertemu dengan bang Niko jantungku rasanya mau copot saking tiba-tiba berdetak kencang bagaikan genderang mau perang.
Aku menatap ke bawah ke arah bang Niko, dan kulihat dia sudah pergi dan berjalan meninggalkan ruangan Perpustakaan. Aku pun hanya bisa memandangnya dari jauh, entah kenapa aku tidak kuasa bertatapan langsung dengannya.
Aku akhirnya bangkit dari tempat dudukku sambil berjalan ke arah rak buku yang sedang kucari. Dan tanpa kusadari seseorang sedang menepuk pundakku dari belakang.
“Hei dek! kamu sedang ngapain?" Tanya kak Yuli tiba-tiba muncul dari belakangku sambil mengagetkanku.
“Eh kak Yuli! Kakak lagi di sini juga?” Timpal ku balik bertanya seraya tersenyum menatap kak Yuli.
“Iya, kakak lagi sedang mencari buku juga, lagi banyak tugas kuliah.”Tandasnya dengan
sedikit mengernyitkan dahinya.
Lalu akhirnya kami berdua belajar bersama dengan menyelesaikan tugas kuliah masing-masing.
Setelah selesai tugas masing-masing, kira-kira 1 jam kami belajar di Perpustakaan sambil menulis, mencari buku dan akhirnya
minjam buku dari Perpustakaan.
Setelah itu kami mengantri di bagian konter peminjaman buku. Kami pun berpisah sambil masuk jurusan masing-masing.
“Oh ya Din, besok kita ada ibadah pemuda di Gereja jam 6 sore, kamu ikut ya!! Nanti kakak jemput deh ke kosanmu.” Tandas kak Yuli.
“Oh gitu, ya udah boleh kak!” Sahutku dengan tersenyum. Akhirnya kami pun berpisah di persimpangan fakultas.
Besoknya kak Yuli pun datang ke kosanku menjemput ku untuk acara ibadah muda-mudi di Gereja. Kami pun berangkat dan naik angkot warna kuning jurusan P.Bulan- Sambu.
Setelah 30 menit kami pun tiba dan turun persis di depan Gereja. Dan alangkah terkejut nya aku, aku melihat bang Niko sedang berdiri di depan pintu Gereja sambil menyambut dan menyalami muda-mudi yang berdatangan.
Spontan jantungku berdegup kencang tidak karuan, aku pun gugup dan tidak sanggup rasanya berjalan melangkah apalagi berhadapan langsung dan bersalaman dengan nya.
Tapi aku tidak ingin menunjukkan rasa gugup ku di depannya, dan berusaha menenangkan jantungku yang berdetak gak karuan, perlahan aku tarik nafas panjang dang membuangnya pelan-pelan.
“Hai Dini, syalom..." Sapa bang Niko dengan ramah sambil menyunggingkan senyumnya yang manis bagaikan kembang gula kepada ku. Aku pun seketika tersenyum manis dan menyambut tangannya yang sedang disodorkan di depanku.
“Bang Niko, kenalkan ini Dini adikku!" Kata kak Yuli sembari menarik tanganku.
“Kami sudah saling kenal kok.” Tandas bang Niko sembari melirik wajahku. Aku pun jadi tambah grogi dengan lirikan matanya, dan sekejap mata kami saling beradu bertatapan.
“Oh Tuhanku!! Kenapa aku ini jadi gugup dan keringat dingin begini?” Jeritku dalam hati sembari menelan ludah. Dan tarikan tangan kak Yuli membuat tatapan mata kami seketika buyar.
“Oh, jadi kalian sudah saling kenal ternyata?” Timpal kak Yuli sembari berjalan ke dalam Gereja dengan memegang pergelangan tanganku.
Kami berdua kemudian masuk dan duduk di kursi yang sudah berjejer rapi, sementara bang Niko masih menyambut muda-mudi yang berdatangan. Dia sedang bertugas jadi penerima tamu pada saat itu.
Setelah ibadah selesai, kami berdua tidak langsung pulang. Kak Yuli mengajakku untuk ikut fellowship sebentar dengan para pelayan muda-mudi Gereja.
“Din, kita fellowship sebentar ya!" Pinta kak Yuli sembari menyiapkan kursi-kursi. Aku yang baru ikut ibadah kala itu hanya manggut-manggut saja. Dan seketika aku melihat lelaki dengan postur tinggi dan tampan itu sedang berjalan ke arah kursi-kursi yang kosong.
Aku sontak terperanjat kaget melihat dia duduk persis di depan kursi yg sedang aku duduki yang dibentuk melingkar. Dia pun bicara dan sedang memimpin fellowship kami.
Aku semakin terpana melihat bang Niko yang
sangat karismatik ketika berbicara di depan
grup fellowship anak-anak muda. Dan
semakin terpesona saat melihat dia memimpin ibadah di acara muda-mudi tadi. Dia begitu bersahaja, sangat berwibawa dan penuh karisma.
Aku pun tanpa sadar dan tidak sengaja tiba-tiba senyum-senyum saat melihat bang Niko tengah berbicara, menatapnya dari kursiku penuh kekaguman.
“Ok… Fellowship kita sampai di sini!" Kata bang Niko sambil menutup dengan doa. Dan kami pun akhirnya pulang bersama. Karena sudah malam angkutan umum yang biasa kami naiki pun tidak lewat lagi depan Gereja, jadi kami harus jalan kaki ke persimpangan
yang masih banyak angkot lalu lalang di jalan umum.
Sepanjang perjalanan kami jalan kaki ramai-ramai Muda-mudi Gereja. Dan bang Niko berjalan persis di sebelahku, dan dia pun banyak bertanya padaku.
“Kamu ngekos dimana dek?” Tanya bang Niko sembari menatap ke arahku.
“Oh... Aku ngekos di simpang kampus bang.” Jawabku seraya tersenyum simpul.
“Kalau abang ngekos di mana?” Tanyaku balik sembari menoleh ke bang Niko yang tengah berjalan di sampingku.
“Oh, abang ngontrak di pasar 5 sama orangtua.” Jawabnya sambil melirik jam tangannya dan mempercepat langkahnya.
“Ayok kita jalan lebih cepat! Sudah mau jam setengah 10 takutnya angkotnya tidak ada yang lewat lagi!” Kata bang Niko seraya mengajak yang lain yang berjalan di belakang kami untuk mempercepat langkah.
Kami pun akhirnya sampai di persimpangan
angkutan yang sering lalu-lalang. Dan angkot yang kami tunggu-tunggu pun akhirnya datang, dan kami semua pun naik ke dalam angkutan kosong itu bersama-sama.
Dan di sepanjang perjalanan kami banyak bercerita tentang kampus, keluarga dan saudara-saudara masing-masing. Dan tidak terasa angkot sudah tiba di dekat kosanku.
Akhirnya aku dan kak Yuli harus turun duluan dari angkot yang kami naiki, karena kosan kami lebih duluan daripada rumah bang Niko dan teman-teman yang lainnnya.
Kemudian aku bergegas turun dan sambil melirik dari celah kaca angkot ke arah bang Niko, dan bang Niko pun melambaikan tangannya seraya tersenyum manis padaku.
Aku pun langsung membalas lambaian tangan nya sembari tersenyum simpul kepada bang Niko.
Entah kenapa aku tersenyum-senyum sendiri dan rasanya seperti senang ketika berjumpa dan berbincang-bincang dengan bang Niko.
Tanpa kusadari sampai di kosan pun aku senyum-senyum sendiri, dan saat mau makan bahkan mau tidur pun aku selalu terbayang-bayang wajah bang Niko.
Aku seperti seorang fans berat yang sedang mengaguminya. Bang Niko adalah seorang lelaki yang baik hati, ramah dan parasnya tampan dan memiliki kulit yang putih dan postur badan yang tegap dan tinggi dan menjadi pusat perhatian para wanita di Gereja.
Aku merebahkan tubuhku di kasur sembari menatap langit-langit kamar dan sedang terbayang-bayang wajahnya saat di Gereja tadi.
“Yah… Bang Niko adalah lelaki tampan bahkan yang paling tampan di antara semua pria yang ada di Gereja itu. Orangnya ramah…, dan juga baik hati” gumamku dalam hati sembari senyum-senyum tipis.
“Tapi tunggu! Apakah pria setampan dan seramah dia itu sudah memiliki kekasih?” Tanyaku sembari gusar dalam hati.
“Ahh… Kenapa aku ini? Kenapa aku memikirkan itu? Apa aku suka sama dia?” Pekikku dalam hati sambil merasa terkejut
dan menarik selimut untuk menutupi
wajahku yang sepertinya memerah sendiri
karena merasa malu.
Dan malam itu aku pun tertidur dengan lelap dan bermimpi indah setelah begitu lama terbayang-bayang wajah manisnya bang Niko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Otabu002
hi thor mmpir nih, smngt buat critnya
2023-07-21
0