Keesokan harinya jam setengah 5 pagi, aku pun dibangunkan teman satu kosku untuk jogging dan olahraga keliling kampus. Kami pun bergegas dan lari-lari pagi sekitar kampus.
Setelah selesai jogging kami pun belanja ke Pajak Sore, kami membeli sayuran dan buah dll. Sampai di kosan kami pun masak bersama, dan makan bersama sambil bercanda-canda.
“Kamu masuk kuliah jam berapa Din?, tanya
temanku Lina.
“Seperti biasa kak masuk siang jam 1”, jawabku sambil mengunyah makanan yang ada di mulutku.
“Kalian tadi jogging ya?, kok aku tidak dibangunin sih?”, ujar kak Yana sembari menghampiri kami yang sedang berkumpul.
“Kami tadi gedor-gedor pintu kamar kakak tapi gak nyahut-nyahut ya sudah kami tinggal aja", jawab Riska dengan cepat.
“Si Dini lucu kali tahu tadi di kampus pas lagi jogging mules-mules nyari toilet ke sana ke mari gak ada yang buka hahaha!”, seloroh kak Lina sambil tertawa ngakak.
“Terus gimana akhirnya?” timpal kak Yana sambil ikut tertawa.
“Kami balik lagi lah ke kosan, yah mau kemana lagi?” timpal kak Lina seraya tertawa lagi. Kami semua pun jadi tertawa bersama sambil makan apa yang kami masak tadi.
Satu minggu telah berlalu, aku pun berencana mau ke Perpustakaan untuk meminjam buku dan mengerjakan tugas kuliah. Aku berangkat agak pagi dan berharap dapat buku yang diperlukan nanti untuk tugas kuliah.
Setelah mandi dan rapi-rapi, aku sedikit memberikan polesan di wajah dan bibirku.
Dengan berjalan kaki dari pintu I berjalan sampai ke arah Perpustakaan. Saat di persimpangan simpang Sumber dan fakultas Sastra tiba-tiba aku hampir berpapasan dengan bang Niko. Seketika itu juga jantungku berdegup kencang, entah kenapa aku jadi salah tingkah saat bertemu dengan bang Niko.
Aku melihatnya dari jauh dan bang Niko sepertinya tidak melihatku, aku pun berjalan dan belok ke arah fakultas Sastra. Aku akhirnya bisa menghindari pertemuanku secara langsung dengan bang Niko.
Aku akhirnya menarik nafas dengan lega
karena bisa menghindar, namun di satu sisi aku menyesal.
“Kenapa aku harus menghindar sih tadi?, bukankah aku seharusnya senang kalau ketemu dia?”, gerutuku kesal dalam hati.
“Tapi kenapa setiap ketemu dia jantungku
jadi lawanku oh ya ampun! kenapa aku malah jadi gugup tidak karuan begini? Oh Tuhanku!!, ada apa dengan diriku?" ucapku dalam hati bertanya-tanya.
Aku berjalan dengan lesu dengan pandangan kosong menuju Perpustakaan. Sampai di Perpustakaan aku duduk termenung sambil mengerjakan tugas mata kuliahku yang harus segera dikumpul.
Namun aku tidak bisa konsentrasi, aku lebih banyak termenung membayangkan waktu pertama kali aku melihat bang Niko di Perpustakaan ini.
“Ahh…, kenapa aku jadi terbayang-bayang Niko terus?”, pekikku dalam hati sambil memukul-mukul keningku. Aku pun segera
memfokuskan pikiranku untuk belajar dan
menyelesaikan tugas kuliahku.
Saat aku lagi fokus belajar, tiba-tiba terlintas wajah dan senyum manisnya bang Niko, aku pun terbayang-bayang saat-saat pertemuanku dengannya. Seketika aku senyum-senyum sendiri seperti orang yang kurang waras.
"Ahh… ngapain sih aku mikirin dia terus?, apa aku suka sama dia?” tanyaku dalam hati seraya menepuk-nepuk kepalaku.
“Ahh tidak..tidak!!, aku bukan tipe wanita yang segampang itu jatuh hati,” ucapku bicara dalam hati.
Aku pun memfokuskan pikiranku yang mulai galau, namun tidak bisa. Akhirnya aku mencari buku yang sedang ku butuhkan, setelah ketemu aku bergegas keluar meninggalkan Perpustakaan dengan buru-buru dan segera masuk ruangan kelas karena mata kuliah akan dimulai.
**********************************************
Hari ini hari sabtu, waktu yang kutunggu-tunggu karena ada jadwal ibadah muda-mudi di Gereja. Tentunya aku akan berjumpa dengan bang Niko di sana.
Aku berdandan secantik mungkin dan berusaha tampil wangi, aku dengan wajah berseri-seri menyemprotkan parfum ke tubuhku. Setelah selesai dandan aku berangkat bersama kak Yuli.
Setelah sampai di Gereja aku pun melihat bang Niko sudah berdiri di pintu Gereja sedang bertugas jadi usher (penerima tamu).
“Oh my God!!, tampan sekali dia!” ucapku dalam hati sambil tersenyum lebar menatap bang Niko dengan terpana.
Bang Niko terlihat begitu tampan saat dia mengenakan kemeja merah marun dengan dasi hitam dan celana hitam.
Seketika itu juga aku makin terpana dengan kerapiannya dan penampilannya yang sangat eye cathing di mataku, membuat mataku tidak berkedip sedikit pun memandangnya.
Dia pun menyambut kami dengan senyuman manis yang tersungging di bibirnya. Dia terlihat sangat bersemangat menyalami semua muda-mudi yang hadir dengan ramah dan penuh senyuman.
Saat dia menyodorkan tangannya kepadaku saat itu juga jantungku berdegup dengan sangat kencang. Aku pun menyambut tangannya dan tersenyum manis kepadanya.
Dan aku melihat banyak juga cewek-cewek yang mendekat dan cari perhatian kepadanya. Seketika itu membuat Aku risih dan tidak suka dengan cewek-cewek itu.
Sepanjang ibadah berjalan aku selalu menatap ke arahnya, dan memperhatikan
setiap gerak-geriknya. Dan saat dia tampil ke depan membawakan sebuah acara, dia menyanyikan sebuah lagu sambil memainkan gitar, aku pun semakin terpukau dan terpesona kepada bang Niko.
Dilihat dari sudut manapun dia adalah tipe pria yang sangat sempurna, dari postur yang tinggi dengan badan yang tegap. Wajah yang maskulin dan sedikit kumis tipis, dan punya gigi yang sangat rapi berjejer membuat dia sangat manis dan tampan saat tersenyum. Apalagi bang Niko ternyata pintar bermain gitar.
Setelah acara ibadah selesai, tiba-tiba aku melihat dia dikerumuni para wanita. Aku
tidak tahu entah apa yang mereka bicarakan, ada yang hanya pura-pura bertanya atau ada yang hanya pura-pura minta tolong.
Dan aku berdecih melihat semua para gadis itu yang hanya beralasan, dan mereka semua hanya sekedar untuk cari perhatian kepada bang Niko. Aku pun mulai menyadari kalau banyak gadis yang suka sama bang Niko di Gereja.
Dalam hati aku merasa mulai cemburu dan agak khawatir akan hal itu dan merasa sangat tidak suka melihat dia dikerumuni para wanita itu.
Kami berdua akhirnya pulang duluan dengan kak Yuli dan meninggalkan bang Niko yang masih sibuk bicara dengan cewek-cewek itu.
Saat kami mau pulang tiba-tiba bang Roy ketua muda-mudi memanggil kak Yuli.
"Yuli! tunggu sebentar!!", teriak bang Roy sembari berjalan menghampiri kami.
Kami berdua serempak menoleh ke belakang, “Iya, ada apa bang?” sahut kak Yuli sembari
menatap pria yang brewokan tipis itu.
“Yuli dan Dini, nanti hari senin kita ada fellow ship di kampus ya khusus anak-anak USU, jadi kalian berdua harus datang ok!!” tandas bang Roy.
“Oh…ok bang, jam berapa bang Roy?” tanya kak Yuli.
“ Nanti jam 9 pagi di pendopo ya!”, sahut bang Roy sambil tersenyum menatap kami.
“Jangan lupa ajak yang lain juga ya!!” seru bang Roy sambil melihat kami yang sedang mau naik angkot. Kak Yuli pun memberi isyarat jempol ke bang Roy sambil naik angkot yang sudah menunggu.
Kami berdua pun berbicara panjang lebar di dalam angkot. Aku bertanya banyak mengenai bang Niko dan bang Roy kepada kak Yuli yang sudah kenal lebih lama. Dia pun menceritakan kedua pria yang aku tanyakan, mulai dari keluarga dan asal mereka.
Kak Yuli memberi tahuku sifat mereka yang agak berbeda, "bang Roy orangnya sangat humoris dan supel dek.., sedangkan bang Niko orangnya sedikit pendiam dan cool", ucap kak Yuli sembari menatap ke arah jalan dari kaca angkot.
"Tapi sebenarnya Niko itu ramah dan sangat mudah tersenyum". Bang Niko itu akan bicara kalau kita bertanya saja, jadi harus kita yang
memancing supaya dia banyak bicara atau
bercerita, berbeda dengan bang Roy, kita tidak perlu bertanya banyak, nanti dia sendiri yang bercerita banyak dengan sendirinya gitu dek," ucap kak Yuli memperjelas perbedaan sifat dari mereka berdua.
Aku pun hanya manggut-manggut dan menganggukkan kepalaku tanda mengerti saat mendengar penjelasan kak Yuli.
"Niko itu pria yang banyak disukai sama cewek muda-mudi di Gereja", sambung kak Yuli sambil terdiam sejenak dan menatapku. Aku pun tiba-tiba terkejut mendengar penuturan kak Yuli.
"Terus, kakak tahu siapa-siapa saja perempuan yang suka sama bang Niko?", ujarku bertanya penasaran.
"Ya rata-rata semua cewek di muda-mudi mengidolakan Niko", sahut kak Yuli sambil tersenyum.
"Jadi kakak sendiri termasuk juga kah?", tandasku bertanya dan makin penasaran.
"Aku? Gak lah, hahaha! Tipeku berbeda tahu, aku kurang tertarik dengan tipikal Niko. Aku justru lebih suka tipikal nya bang Roy, lebih hangat dan lebih enak diajak ngobrol", sahut kak Yuli memperjelas.
"Oh.., aku tahu sekarang, berarti kakak suka ya sama bang Roy? Hahaha!" timpal ku sambil tertawa lebar.
"Ya enggak jugalah, tipikal bukan berarti dia orangnya Din!" sahut kak Yuli sambil mencubit pipiku gemas.
"Hahaha!!, jadi cowok yang kakak sukai itu siapa?", tanyaku mengedipkan mata sambil menggoda kak Yuli.
"Apa sih?, kamu mau tau aja ihh!", ketus kak Yuli sembari mencubit pinggangku. Aku pun tertawa geli sambil mencubit pinggang kak Yuli gemas. Kami berdua pun akhirnya tertawa bersama sambil cubit-cubitan di dalam angkot yang sepi penumpang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Nuna
Cinta yang membuat jantung berdebar bagaikan genderang mau perang😁😊
2023-07-26
1
Silvi Aulia
cie kayaknya ada yang mulai jatuh cinta nih 🤭
2023-07-26
2