Keesokan harinya aku pun segera berangkat ke Perpus, dengan menenteng beberapa buku di tanganku karena ukurannya panjang dan tidak muat di dalam tasku.
Aku segera mempercepat langkahku menuju arah lobby Perpus berharap tidak terlambat. Ternyata sampai di lobby aku tidak melihat ada temanku yang sudah menunggu di sana.
Aku pun duduk di kursi panjang yang ada di lobby yang terbuat dari besi. Aku duduk sambil mataku celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan memantau apakah temanku sudah ada yang datang atau belum.
Saat aku tengah duduk aku melihat bang Niko sedang keluar dari ruang Pojok Baca
dan melewati pintu keluar yang ada di dekat lobby. Aku pun memandangnya dari tempat
dudukku, dan ternyata dia tidak melihatku
dan segera berjalan meninggalkan ruang
lobby.
Saat aku melihat-lihat jam dan hp ku, tiba-tiba aku lihat dia berjalan dan putar badan berjalan ke arahku dan sedang menghampiriku. Aku sontak langsung
kaget dan sedikit kikuk dengan kedatangannya yang tiba-tiba muncul di hadapanku.
“Hai Din…, kamu lagi ngapain?” tanya bang
Niko dengan suaranya yang lembut sambil menatapku dengan tatapan matanya yang sendu.
“Oh, aku lagi nunggu teman bang!” sahutku singkat sambil tersenyum manis kepada bang Niko.
“Oh…lagi janjian ya?” timpal bang Niko
bertanya sembari tersenyum tipis menatapku. Aku pun hanya menganggukkan kepalaku karena sedikit gugup.
“Ya udah, abang duluan ya!” ujar bang Niko
sambil tersenyum manis memandangku. Aku pun mengiyakan dengan anggukan kepala sambil tersenyum.
Bang Niko pun pergi dan berjalan membelakangi ku, aku hanya memandangnya dari belakang dengan melihat punggungnya dari kejauhan. Akan tetapi aku jadi bingung dan sejenak berpikir.
“Tadi kan dia sudah jalan dan pergi keluar dari Lobby, tapi… tunggu!!, kenapa dia tiba-tiba berputar dan tiba-tiba ada di depanku? aneh!” ucapku dalam hati sembari mengernyitkan dahi karena bingung dan heran melihat sikap bang Niko.
"Apa dia sengaja berputar hanya untuk
menyapaku?” ucapku dalam hati penasaran.
“Ahh…mana mungkin!!, pasti tadi dia ada yang ketinggalan atau apalah.” desis ku dalam hati seakan-akan menepis apa yang ada di benakku.
“Tapi…tadi habis dia muncul di depanku, dia langsung pergi lagi tanpa masuk ke dalam untuk mengambil sesuatu yang tertinggal!” seruku dalam hati dan semakin penasaran.
Aku pun seketika jadi pusing dan bingung sambil menepuk-nepuk jidatku dengan kepalan tanganku.
Saat aku tengah sibuk dengan pikiranku yang sedang berkecamuk sendiri, tiba-tiba Tina,
Lasmida dan Winda mengejutkanku dari
belakang.
“Hayoo!! Ngapain nih bengong sendiri?”, tanya Tina sembari menepuk lenganku.
“Eh…kalian sudah pada datang!”, seruku sambil bangkit dari tempat dudukku.
Akhirnya kami berempat naik ke atas untuk belajar bersama mengerjakan tugas. Sepanjang belajar kelompok, aku tetap
terbayang-bayang dengan wajah bang Niko.
Senyumnya yang manis... seakan dia ada di
depanku dan sedang tersenyum kepadaku.
Aku pun jadi senyum-senyum sendiri, terlebih ketika melihat tingkah aneh bang Niko saat
kejadian tadi pagi di lobby Perpustakaan.
"Menurutku sikapnya sangat aneh!, apa dia
sedang berusaha mencari perhatianku?”
tanyaku dalam hati sambil melamun.
“Tapi kenapa dia sudah keluar lobby terus datang lagi ke depanku?, apa dia memang sengaja atau gimana??”, bermacam-macam pertanyaan pun muncul di benakku.
“Dini…Woiiii!!, ditanya malah senyum-senyum!!" ujar Lasmida yang duduk di depanku sambil mengerucutkan bibirnya dan menatapku dengan heran.
Aku pun sontak terkejut dan lamunanku buyar seketika.
“Iya, kenapa.., tadi nanya apa?” sahutku sambil pura-pura sibuk menulis.
“Kau dari tadi kulihat senyam-senyum gak jelas…, kau sedang ngelamunin apa sih?, sambung Lasmida sambil garuk-garuk kepala karena jengkel.
"Wah…pantasan dari tadi dia diam aja gak respon apa yang kita bahas!, ckk ckk!!”, imbuh Tina geleng-geleng kepala seraya sibuk memainkan pena di tangannya.
“Kalau lagi senyum-senyum sendiri biasanya itu tanda-tanda lagi jatuh cinta coy!, hihihi!” Ujar Winda menimpali sembari tertawa geli.
“Ihhhh…apain sih kalian semua…kok jadi
ngawur!”, ketusku sambil sibuk membalikkan halaman buku.
“Cie…cie yang lagi fall in love tersinggung nih ye…”, sambung Winda seraya menatap wajahku yang memerah sambil tertawa.
Aku pun tersipu malu dan menutup wajahku dengan buku yang ada di tanganku.
“Wih…beneran itu Din?, cerita dong sama siapa?, kita pengen tahu juga nihh!”, ujar Tina sambil menggelitiki pinggangku.
Aku pun jadi tertawa karena merasa geli dengan gelitikan nya Tina. Kami semua
sontak jadi ramai dan tertawa bersama-sama.
“Sstt….jangan berisik kita woi!!, ini ruang belajar, nanti kita ditegor!!” seru Lasmida sambil melihat sekeliling.
“Oh ya…sampai dimana tadi yang sudah
dibahas?”, ujarku dengan serius.
“Ini tadi kan "Perbedaan Konsep Penjualan
dengan Konsep Pemasaran" dan 5 Konsep Pemasaran yang dilakukan Organisasi sudah selesai!, jadi kita sekarang membahas "Pasar Sasaran dan Segmentasi” papar Tina.
“Ok…mari kita bahas Pasar Sasaran dan Segmentasinya langsung!!”, sahutku dengan membuka halaman buku Manajemen Pemasaran yang berhubungan dengan itu.
Kami berempat pun sibuk membahas topik materi kuliah yang jadi tugas mata kuliah di kelas kami.
Setelah selesai kami pun segera meninggalkan area baca terbuka yang ada
di lantai bawah Perpustakaan karena kami
harus segera masuk kelas untuk masuk mata
kuliah yang pertama.
Kami pun akhirnya mempresentasikan tugas kelompok kami ke depan. Setelah selesai semua mata kuliah hari ini, tiba waktunya pulang karena sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB.
Aku dan Winda pun berjalan kaki menuju pintu keluar Fakultas Ekonomi. Tina dengan
yang lain sedang ada latihan extra kegiatan
Mahasiswa paduan suara di kampus. Dan aku sedang absen dari latihan paduan suara mahasiswa organisasi di komunitas kampusku.
Aku pun berjalan kaki dengan santai bersama
Winda, baru 5 menit jalan kali berdua tiba-tiba dia ditelpon saudaranya dan sedang dijemput di depan pintu Simpang Sumber.
Akhirnya Winda pun pergi duluan sembari berjalan ke arah pintu Sumber. Sehingga tinggal aku sendiri yang berjalan kaki dari Fakultasku menuju pintu pasar buah tempat mahasiswa nongkrong sambil makan buah.
Aku berencana mampir ke kosan temanku dan sekalian membeli buah disitu. Aku berjalan pelan-pelan sambil terbayang-bayang kembali wajah bang Niko. Dan tiba-tiba seorang pria tinggi sedang mendahuluiku lalu berjalan di depanku.
Aku sontak terkejut melihat sosok tubuhnya dari belakang dan yang tidak asing bagiku, seketika langsung mengenalnya dari belakang.
“Bang Niko!!”, seruku tiba-tiba dengan mata
sedikit melongo karena tidak percaya.
“Ehh…Dini!”, ujar bang Niko pelan dengan langkah kaki terhenti lalu menoleh seraya tersenyum menatapku.
“Abang mau pulang?”, tanyaku sambil
berjalan perlahan mengikuti langkahnya.
“Iya Dinn!” sahut bang Niko singkat sembari menatap terus ke wajahku.
“Dini mau kemana?”, timpal bang Niko bertanya sambil melirik wajahku.
“Aku mau mampir ke pasar buah bang!”, sahutku sambil menatap lurus ke depan jalan, karena tidak sanggup beradu pandang dengan matanya.
Tiba-tiba ada beberapa pria sedang bersorak
dari belakang kami berdua.
“ Huuuhhh!, katanya dia mau cepat, tahu-tahunya!!”, sorak pria-pria itu dengan keras dari belakang kami.
Bang Niko pun tiba-tiba langsung pamit duluan dan berjalan meninggalkanku sendirian.
Aku pun sontak bingung dan terheran-heran
melihat apa yang terjadi, aku segera menoleh ke belakang dan melihat segerombolan laki-laki yang sedang menyoraki dan meledek bang Niko.
Aku hanya berdiri sambil memandangi bang Niko dari belakang, aku melihat dia berjalan dan melangkah buru-buru serta melewati pintu Sumber tempat dia biasa naik angkot menuju rumahnya.
Kemudian bang Niko berjalan dan masuk melewati tembok dengan pintu kecil dan sempit di pembatas kampus dan pemukiman warga sekitar.
Aku dengan wajah penuh kebingungan serta heran bertanya-tanya dalam hati.
“Tadi katanya dia mau pulang!, lalu kenapa dia malah lurus aja jalan sampai ke pintu
tembok pasar buah?”, tanyaku dalam hati kebingungan dengan dahi yang mengkerut.
“Terus…itu teman-temannya kenapa nyorakin dia tadi dari belakang..?”, tanyaku dalam hati dengan semakin penasaran dan bingung melihat sikap aneh bang Niko.
“Apa tadi dia sengaja meninggalkan teman-temannya demi mengejar aku ke depan?”, pekikku lagi dalam hati bertanya sembari tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Silvi Aulia
makin seru cerita nya, semangat untuk author 🤗
2023-07-27
1
Suzy❤️Koko
Sumpah keren banget, saya udah nungguin update tiap harinya!
2023-07-13
1
Joko Castro
Gak disadari sampai pagi cuma baca cerita ini, wkwkwk.
2023-07-13
1