Jodoh Tuan Muda Ars
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang kehidupan, begitu pun dengan arti kebahagiaan.
Tidak tahu dengan yang lain, tapi, bagi seorang tuan muda Arsena, bahagia itu adalah Malika, gadis cantik yang lebih dari sekedar cinta pertama, tapi juga impian yang ingin ia raih.
Perpisahan yang sudah berlangsung lama, serta kerinduan yang menumpuk di hati, mengikis kesabarannya untuk selalu menanti, niatnya untuk menyerahkan masalah jodoh pada takdir pun kini telah runtuh.
Pria berumur 25 tahun itu kini bertekad, jika takdir tak kunjung mempertemukannya dengan Lika, maka ia sendiri yang akan mewujudkan pertemuan mereka.
Dan kini, tiba saatnya hari yang telah ia nantikan, hari di mana ia merencanakan pertemuannya dengan sang pujaan hati.
Arsena bangun dengan keringat yang membasahi kening, ia bahkan turun dari tempat tidur dengan lemas, saat bersiap pun ia terlihat tak bersemangat, setelah keluar dari kamar pun ia berjalan sambil menunduk lesu.
“ Sena cepat kemari! kita sarapan bersama”
Seruan dari sang Ayah mempercepat langkah kaki pemuda itu, ia menghampiri anggota keluarganya yang berada di ruang makan, duduk di tempat biasanya, dan membiarkan pelayan menyajikan sarapan pagi untuknya.
“ Ada apa Sena?”
Dengan cemas Iren bertanya, walau lingkar hitam di bawah mata sudah di tutupi dengan sempurna, seorang ibu akan tahu jika anaknya sedang tidak baik-baik saja.
“ Aku baik Mih”
Arsena menghela nafas, kali ini pun sang ibu tak tertipu saat ia mencoba berkilah, terbukti dari tatapan tajamnya itu, yang menandakan bahwa Iren tak percaya dengan jawaban yang Arsena berikan.
“Semalam aku bermimpi buruk”
Pada akhirnya Arsena mengungkapkan kegundahan di hatinya, tapi hanya sebagian, karna Arsena merasa tidak mungkin untuk mengatakan segalanya, ia sendiri merasa bahwa ini konyol, ia merasa cemas rencananya akan gagal hanya karna mimpi buruk semalam.
“ Memangnya kau bermimpi apa?” tanya Aditya
Ayah dari dua orang anak itu sudah mulai menua, tapi rasa ingin tahunya selalu membara, sikapnya dalam menghadapi anak-anaknya pun lebih terlihat seperti sosok seorang teman.
“ Ayo cerita! Kau mimpi buruk apa semalam?” Desak Aditya seraya menarik tangan sang putra, padahal saat itu Arsena hendak memasukkan makanan ke dalam mulut.
“Biarkan Sena sarapan dulu sayang."Tegur Iren
“Tapi aku juga penasaran Amih, aku sampai kesulitan menelanku” seru Rezky menimpali
Arsena menghela nafas seolah tengah kalah dalam sebuah pertaruhan, terlebih mendengar sorak sang Ayah yang berkata “ Dua banding satu, kau kalah sayang” pada sang istri.
Dan lagi, Ayah dan Adiknya mulai bersorak “ Cerita... Cerita... Cerita...” dengan kompak sambil menepuk-nepuk meja, semakin membuat Arsena merasa tersudut.
“Ok! Ok!” Seru Arsena menenangkan.
Aditya dan Resky sontak terdiam, Iren pun mulai menunjukkan rasa penasarannya lewat tatapan mata serta gestur tubuhnya.
Arsena pun mulai menceritakan mimpi yang dialaminya tadi malam.
Mimpinya dimulai saat Arsena tiba-tiba berdiri di ujung sebuah ruftoop, ada begitu banyak tanaman berduri yang tumbuh merambat di lantai.
Arsena memperhatikan sekitarnya dengan lebih detail, pemuda itu menyadari bahwa ia kini tengah berada di ruftoop sebuah rumah tua, saat melihat ke arah bawah, Arsena tahu ia kini berada di lantai 3 rumah itu, dan anehnya, rumah tua itu berpenghuni, terlihat dari adanya orang yang keluar masuk di bawah sana.
Arsena pun mencari jalan keluar dari tempat itu, bersamaan dengan terlihatnya sebuah pintu di salah satu sudut, ia juga melihat seekor ular di tengah tanaman berduri itu.
Arsena bergegas menghampiri pintu itu, begitu gagang pintu di pegang, ular yang sejak tadi diam itu tiba-tiba melompat ke arahnya, ia bisa merasakan ular itu menempel di tubuh bagian belakangnya.
Arsena yang panik pun bergegas membuka pintu itu, dan tanpa pikir panjang langsung menuruni anak tangga di hadapannya.
Rencananya, Arsena akan meminta tolong pada orang-orang yang berada di dalam rumah itu, tapi ular itu justru lepas sendiri saat ia berada di tengahan tangga, dan entah kenapa, bukanya turun, Arsena malam kembali naik, tapi tidak sampai kembali memijakkan kaki di area ruftoop.
Dari tempatnya berdiri Arsena kembali melihat lantai ruftoop yang dipenuhi dengan tanaman berduri, ia lalu menoleh, menatap ular yang terkapar lemas di undakan tangga, ular itu masih hidup, Arsena tahu itu, tapi ia tidak tahu, kenapa ular itu hanya diam, dan sama sekali tak bergerak.
Arsena meraba-raba seluruh tubuhnya, tak ada luka bekas gigitan ular yang ia temukan, hanya ada sedikit sobekan di jas yang ia kenakan, dari sana Arsena tahu, bahwa ular itu hanya menggigit baju bagian belakangnya.
Mimpi pun berakhir bersama dengan tersadarnya Arsena, bahwasanya ular itu menggigit bajunya hanya untuk bisa keluar dari tanaman berduri di sekitarnya.
“ Sudah? Hanya itu saja?” Tanya itu terlontar dari ketidakpuasan Resky atas cerita sang kakak, yang menurutnya sama sekali tidak seram.
“ Kau tidak tahu saja, mimpi itu terasa begitu nyata, saat ular itu melompat ke arahku, rasanya aku akan mati saat itu juga” Ucap Arsena kesal
“ Arsena aditya lake, bisa tidak kalau bicara jangan sembarangan seperti itu.” Tegur Iren dengan tegas.
Seketika tubuh Arsena membeku, mendengar panggilan sang ibu pemuda itu yakin bahwa Iren tak suka mendengar ucapannya, pemuda itu menggigit bibir bawanya dengan penuh penyesalan, kemudian melontarkan kata “ Maaf Amih, tidak akan lagi” dengan nada lirih
“ Habiskan sarapan kalian” seru Iren kemudian
Resky tersenyum lebar tak kala mengingat sebuah cerita dari masa lalu.
“ Mimpi di gigit ular itu bukanya sebuah pertanda, yang artinya kakak akan segera menikah” celetuk Resky tiba-tiba, Iren dan Aditya sontak menatap ke arahnya.
Arsena yang tengah mengunyah makanan pun jadi tersedak, pipinya tiba-tiba saja memerah, ia hampir saja tersenyum jika sang ayah tidak merusak suasana hatinya.
“ Itu cuma takhayul Iky” ucap Aditya
“ Takhayul atau bukan, putra kita memang akan menikah juga kan”
Ucapan sang ibu membuat senyum pemuda itu terbit juga, wajah yang semula masam kini terlihat lebih ceria, bahkan senyuman itu terus mengembang hingga sarapan usai.
Tak lama Sky datang untuk menjemput Arsena, pemuda yang menjadi sahabat terbaik, sekaligus menjabat sebagai asisten Arsena itu menghampiri seraya menyapa semua orang.
“ Selamat pagi semua”
Aditya dan Rezky hanya mengangguk sambil tersenyum, sementara Arsena menjulurkan lidah meledek, hanya Iren yang menjawab sapaan dengan penuh perhatian.
“ Pagi juga Sky, ayo duduk, sarapan dulu” ucap Iren
“ Tidak usah Tan, Sky sudah sarapan di rumah” jawab Sky
“ Kita berangkat sekarang?” tanya Arsena
Sky mengangguk, kedua pemuda itu lantas berpamitan, mereka harus bergegas ke bandara internasional, penerbangan mereka dijadwalkan satu jam dari sekarang, meski menggunakan pesawat pribadi, sang paman yang menjadi pilot sama sekali tak memberikan keleluasaan untuk bersantai, semuanya telah diatur agar tepat waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments