Setelah 6 jam penerbangan, akhirnya pesawat yang ditumpangi Arsena mendarat di bandara internasional. Gusty langsung pamit untuk mengurus penerbangan menuju bali sore nanti. Sementara itu, Arsena dan Sky menunggu kendaraan yang hendak mereka pakai.
“Sekarang kita akan ke mana?” Tanya Sky saat sebuah mobil berhenti di depan mereka.
“Makan dulu Sky, aku lapar. ” Ucap Arsena
“Baiklah, Aku akan mencari makanan yang enak.” Ucap Sky seraya masuk ke dalam mobil
“Kita makan di mall saja, sekalian cuci mata.” Arsena memberi saran seraya memasang seatbelt.
“Okelah kita tancap gas.” Ucap Sky yang mulai menyalakan mobilnya.
Sky membawa mobil itu keluar dari area bandara, berpisah dari orang-orang kepercayaan telah menyiapkan seluruh keperluan mereka, termasuk mobil sport yang kini membelah jalanan kota yang ramai.
“ Kita sudah di Indonesia, apa tidak bisa jika kita mencari tahu kabar Lika?"
Arsena memulai pembicaraan, perjalanan yang semula hening itu membuatnya tiba-tiba teringat pada sang pujaan hati.
“Jangankan di Indonesia, jika kita bisa mencari tahu kabar tentangnya, pasti saat di luar negeri pun kita sudah akan mendapatkan informasi, masalahnya, mencari tahu tentangnya itu mudah, namun izin untuk mendapatkan informasi itu yang sulit.” Jawab Sky
“Kau itu sudah besar, tapi masih saja dikendalikan orang tua, bukankah kelak organisasi itu akan menjadi milikmu? Tapi kenapa untuk mendapatkan informasi harus dapat izin dari om Roby?”
“Hei, jangan mengejekku, bukankah kau juga sama, kau adalah pemimpin perusahaan, tapi otoritas pemegang keputusan tetap ada pada om Adi kan.”
“Diam kau Sky!”
“Cukup Arsena.”
Setelah perdebatan yang sengit, keduanya terdiam sejenak kemudian saling melirik dengan kompak, lalu tertawa bersama, mereka menertawakan nasib mereka yang sebenarnya sama, sama-sama masih berada di bawah ketiak sosok ayah.
Tanpa di duga, saat tengah melihat sekeliling, mata Arsena menangkap sosok wanita cantik di dalam mobil yang berhenti tepat di sampingnya, bersamaan dengan lampu merah yang menghentikan laju mobil mereka.
“Indonesia memang luas, tapi kalau jodoh, pasti ketemu.” Ucap Arsena.
Senyum pemuda itu begitu lebar, ia terus memandangi gadis cantik yang tengah duduk di balik kemudi, Arsena terus menatapnya tanpa berkedip, gadis cantik itu adalah pujaan hatinya, wanita cantik bernama Malika putri gunawan.
Baru lima menit mobil mereka berhenti, namun Sky sudah melajukan kembali mobilnya, meski Sky juga melihat Lika, pria itu seolah tak mengerti dengan kerinduan yang bergejolak dalam hati Arsana, hingga kini Arsena menatap pria itu dengan tatapan permusuhan.
“Aku tahu kau masih belum puas memandangi Lika, tapi jangan melampiaskannya pada ku seperti ini, aku kan jadi merasa tidak nyaman.” Ucap Sky meledak. Arsena mendengus kesal.
“Maaf, aku harus menginjak gas karna sudah lampu hijau.” Terang Sky.
Arsena mencebikkan bibir, pemuda itu tahu bahwa temanya ini tidak tulus saat meminta maaf, tapi ia juga tidak bisa membantah kebenaran itu, pada akhirnya, menghela nafas panjang menjadi satu-satunya jalan untuknya mendapatkan kembali ketenangannya.
Sky sebenarnya merasa sedikit tak enak hati pada sahabatnya, karna sejujurnya ia merasa tak senang dengan pertemuan tak terduga itu, dalam hatinya pemuda itu sempat mengeluh ‘Kenapa di negara yang luas ini mereka harus tiba-tiba bertemu seperti ini'
Dan setibanya mereka di mall, kedua pemuda itu langsung menjadi pusat perhatian, terutama dari para wanita.
“ Berapa kali pun aku berpikir, aku masih tidak mengerti kenapa, ke mana pun kita pergi, perempuan di sini selalu melempar senyum ramah pada kita, aku masih belum terbiasa sampai rasanya bibirku mulai kaku karna terus membalas keramahan mereka.” Ucap Sky sedikit mengeluh.
“ Ya sudah kalo begitu jangan tersenyum lagi, kenapa juga kau harus membalas keramahan mereka.” Dengan acuh Arsena menanggapi.
Sky hendak mengikuti saran Arsena, namun entah kenapa bibirnya selalu reflek membalas senyum mereka.
“ Sudah ku bilang jangan tersenyum.” Ucap Arsena seraya merangkul Sky.
Sky mendadak merinding, entah kenapa ia merasakan tatapan penuh kekaguman itu berubah, seperti ada yang salah.
“ Jangan pikiran persepsi orang, sudah kodrat kita untuk jadi pusat perhatian, itu semua adalah akibat dari ketampanan yang orang tua kita wariskan.” Ucap Arsena dengan bangga.
Pemuda itu mengedipkan mata dengan jahilnya, seolah sengaja menciptakan kesalahpahaman pada semua orang yang tengah memperhatikan mereka, namun Sky tak mengerti dengan kesenangan yang tengah tuanya rasakan saat ini.
Tidak berhenti sampai di sana, Arsena masih saja mempermainkan perhatian yang mengarah padanya, seperti dengan sengaja menyuapi Sky, atau mengelap sisa saus di bibir Sky, hingga membuat orang-orang yang memperhatikan mereka jadi salah paham.
Setiap orang memiliki kelemahan dan kekurangan, karna sejatinya tidak ada yang sempurna di dunia ini, dan kelemahan Sky adalah tak bisa menghentikan kejahilan Arsena, kekurangannya ia tidak bisa selalu mengendalikan pikiran orang lain.
Sky beranjak dari duduknya untuk membayar tagihan makanan mereka, sementara Arsena tetap duduk menunggu, namun hanya sebentar, pria itu langsung bangkit dan keluar dari restoran saat melihat Lika, wanita itu baru keluar dari butik.
Senyum pemuda itu terus mereka, langkahnya mulai pelan saat jaraknya mulai dekat, namun hal yang tak diinginkan terjadi, tangan Arsena di cekal, kemudian di tarik secara paksa, walau kesal Arsena masih tak rela untuk mengalihkan pandangannya dari Lika.
Saat wajah sang pujaan hati tak lagi terlihat, pria itu menepis tangan yang mencekalnya, awalnya ia kira itu Sky, Arsena hampir memarahinya karna mengira Sky sengaja menghalanginya untuk menemui Lika, namun saat menoleh pria itu justru mematung di tempat.
Matanya memindai wanita cantik berkulit putih di hadapannya, oraknya mencoba mengingat siapa wanita itu, matanya yang tajam pun memindai penampilan wanita itu dari bawah sampai atas.
Wanita itu memakai rok flare panjang, dengan atasan crop top yang di lapisi kemeja hitam tipis dengan kancing yang dibiarkan terbuka seluruhnya, sehingga mengekspos bagian perut yang rata.
Arsena menelan ludah saat melihat bagian perut wanita itu, pikirannya pun mulai membayangkan hal yang tak seharusnya, pria itu memalingkan wajah untuk mengusir pikiran kotor yang hampir mendominasi, saat itu Arsena sadar, ada seorang pria paruh baya yang berdiri dengan mereka.
“ Kau siapa?” tanya Arsena
Wanita itu menghentakkan kaki, bibirnya mencebik kesal karna diabaikan.
“ Saya manager restoran ini tuan, kekasih Tuan ingin membayar makanan dengan uang dolar, tapi restoran kami hanya menerima rupiah, dan lagi, kartu yang Nona gunakan tidak bisa di pakai di sini, bisa tolong Tuan jelaskan, karna kami kesulitan memahami bahasanya.” Ucap Manager itu.
“ Oh kalau begitu pakai kartuku saja.” Ucap Arsena seraya mengambil dompetnya dari saku.
Manajer itu mengangguk hormat seraya mengambil kartu yang Arsena berikan, di tinggal berdua membuat pemuda itu merasa gugup.
“ Terimakasih atas bantuannya Tuan muda Ars.”
Arsena menoleh pada wanita itu saat namanya di sebut, namun dengan cepat kembali membuang muka, enggan menatap, karna entah kenapa matanya selalu melihat ke arah perut rata yang terlihat seksi itu.
“ Aku akan mengganti uangmu, bisa beritahukan berapa tagihannya, aku belum sempat menukar uang jadi akan ku bayar dengan dolar, aku harap kau tidak keberatan, Tuan Ars.”
Arsena berdehem, ia merasa kesal karna wanita itu seperti berusaha membuat Arsena menatapnya.
“ Itu tidak perlu.” Ucap Arsena cepat.
“ Tidak perlu bagaimana maksudmu? Dengar ya tuan muda, aku tahu uang itu tak seberapa untukmu, tapi aku tidak mau berhutang budi pada orang asing.”
Arsena merasa tak nyaman saat mendengar kata orang asing, pria itu sampai kembali menatap wajah wanita itu, tapi kembali membuang muka saat matanya hendak melihat perut rata wanita itu.
“ Jika tak ingin berhutang budi pada orang asing, harusnya kau tak menari ku, Nona.” Ucap Arsena ketus.
“ Aku minta maaf, aku bingung, aku sangat senang saat melihatmu tadi.”
“ Bahasa inggris mu tidak lancar, kau berasal dari mana?”
“ Benarkah, tapi meski begitu kau mengerti ucapanku, tuan Arsena memang genius, aku dari...
Arsena menghela nafas lega saat melihat sang manager berjalan mendekat ke arahnya, Arsean bergegas mengambil kartunya, dan pergi tanpa menunggu wanita itu selesai bicara.
“ Hi, tunggu...”
Arsena bahkan mengabaikan panggilan dari wanita itu, pemuda itu baru merasa lega saat mengetahui bahwa wanita itu tak mengejarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments