Hari demi hari telah berlalu, dan Arsena masih senang dengan kesendiriannya, pria itu kehilangan minat untuk menikmati liburannya, hanya berdiam diri di dalam rumah, dengan kegiatan yang sama setiap harinya, jika tidak tidur, maka pria itu pasti membaca buku, selalu saja sama, keseharian yang sangat monoton.
“ Paman, apa tidak masalah kita meninggalkan Arsena, dan malah bersenang-senang di sini?” Tanya Sky.
Sebenarnya pertanyaan itu hanya basa-basi, untuk menghilangkan rasa tak nyaman yang mengganjal dalam hati, seperti mencari dukungan untuk membenarkan tindakannya saat ini.
“Kita nikmati saja waktu ini Sky, biarkan pria patah hati itu menata hatinya seorang diri, lagi pula, kau tidak akan selalu bersamanya, sekarang atau nanti, kau juga harus mulai memikirkan hidupmu sendiri.” Ucap Gusty.
“Paman benar, kalau begitu aku tidak akan menyia-nyikan waktuku untuk mencemaskan Sena ”
Kedua pria beda generasi itu kini tengah menikmati waktu santai mereka, berbaring di bawah sinar matahari, menikmati indahnya pantai kuta.
Beberapa kali mereka bersiul menggoda para wanita cantik di sana, mereka sungguh tidak tahu, bahwa saat ini Arsena tengah meninggalkan rumah.
Bukan untuk melarikan diri, hanya sekedar keluar untuk menghirup udara segar, karna entah kenapa, hari ini ia merasa ingin pergi.
Asrena sempat mencoba menghubungi Sky, untuk memberi kabar, namun kemudian ia berubah pikiran, telpon itu kembali ia matikan sebelum Sky mengangkatnya, ia tak ingin mengganggu kesenangan sahabatnya itu, terlebih ia juga masih ingin menikmati kesendiriannya.
Arsena sampai pergi jauh ke sebelah tenggara pulau bali, mendatangi pantai diamond beach nusa panida dengan menaiki kapal feri, pantai itu terkenal dengan keindahannya, namun jarang ada turis yang mau datang kesana, besarnya ombak yang kerap kali datang tiba-tiba juga membuat tempat itu kadang di tutup untuk umum.
Setelah tiba di pantai, Arsena hanya duduk sambil memandangi ombak di lautan, ia merasa lebih baik sekarang, suasana yang sepi mendatangkan ketenangan di hatinya.
Deburan ombak terlihat menyapa pasir pantai berulang kali, kicauan burung yang berterbangan ikut meramaikan suasana, Arsena sudah menduganya sejak awal, tak banyak pengunjung yang datang hari ini, bahkan yang terlihat di sekitarnya pun bisa terhitung jari.
Awalnya pemuda itu memng duduk seorang diri, sampai seorang wanita datang dan duduk di sampingnya, dan itu berhasil mencuri atensi Arsena untuk menatap gadis itu, gadis yang sama yang ia temui di mall beberapa hari lalu.
“ Kita bertemu lagi tuan Ars, dunia begitu sempit ya.” Ucapnya dengan helaan nafas panjang.
“ Kau mengikutiku?” Tanya Arsena dengan nada curiga.
“ Yang benar saja, aku ini sedang travelling, jadi wajar jika aku berada di tempat wisata seperti ini, tapi...
Wanita itu menghentikan ucapannya, seolah ragu untuk bicara, namun Arsena mampu untuk membaca rasa penasaran dari sorot mata yang ia layangkan.
“ Bukan urusanmu.” Ucap Arsena ketus
Wanita itu tersenyum, lalu menyodorkan sebuah saputangan, seraya berkata “ menangislah jika memang ingin, lagi pula menangis tidak akan membuatmu terlihat lemah, tapi justru akan membuatmu merasa lega.”
“ Jangan sok tahu, aku tidak sedang ingin menangis.”
“ Tapi matamu merah, dan wajahmu itu seperti orang yang baru putus cinta.”
“Jangan sok tahu, dan sebaiknya kau pergi dari sini.”
Wanita itu menghela nafas panjang mendengar ucapan Arsena yang ketus, ia beranjak dari sisi pria itu, namun hanya beberapa langkah saja, sampai ia kembali duduk.
“ Kenapa kau duduk di situ?” Tanya Arsena, ia tak suka kesendiriannya terusik, apalagi oleh seorang gadis yang tidak ia kenal.
“ Lihat ke depan, jawabannya ada di sana” ucap wanita itu dengan santainya.
Arsena pun menatap ke depan seperti yang wanita itu katakan, melihat pemandangan yang begitu indah, di mana langit mulai memerah, dan perlahan matahari hendak pulang ke peraduannya.
“Saat patah hati, orang lain akan berkata bahwa kita akan mendapatkan yang lebih baik nanti, tapi mereka lupa, bahwa melupakan orang terkasih tak bisa semudah itu.” Tutur wanita itu seraya menatap lurus ke depan.
“Hi Nona, apa kau baru putus cinta?” Tanya Arsena tanpa mengalihkan pandangan.
Wanita itu menggelengkan kepala, lalu berkata “ Aku sudah lama kehilangan, namun masih merasa patah hati, ironis kan!”
“Dulu, dia bertahan hidup demi aku, tapi kini dia kembali pada cintanya, tampaknya ibuku jauh lebih cantik dibandingkan aku, karna itu dia memilih pergi menyusul ibu.”
“Tolong jangan salah faham, orang yang sedang aku bicarakan itu mendiang papaku, usiaku 5 tahun saat aku kehilangan ibuku, sejak aku masih kecil, aku merasa bahwa aku akan meninggalkan ayahku sendiri jika menikah, tapi siapa sangka, takdir menjadikan candaan papa menjadi nyata.”
“Apa kau tahu, aku pernah melawan kehendak papa, saat itu papa mengancam ku, bahwa dia tidak akan menikahkan aku jika aku tidak menurut, siapa sangka kini ancaman itu telah menjadi nyata, dan yang tersisa hanyalah penyesalan, aku menyesal, tapi bahkan kata andai pun tak bisa memperbaiki rasa itu.”
Setelah banyak bercerita wanita itu mulai menangis, rasa iba membuat Arsena bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri wanita itu, lalu kembali duduk di sampingnya, ia menepuk bahunya, memberi pertanda bahwa ia bersedia meminjamkan bahunya sebagai sandaran, tapi wanita itu malah menatap langit di atas kepalanya sambil tertawa.
“ Terima kasih, Aku sudah berhutang padamu saat kau membayar makananku, aku tidak mau berhutang lagi dengan membasahi bajumu, ini sudah malam, aku permisi”
Setelah banyak bercerita dan menikmati sunset, wanita itu bangkit, ia hendak pergi, namun Arsena mencekal pergelangan tangannya.
“Jika kau sendiri, bisa antar aku pulang” Wanita itu menatap Arsena dengan heran.
“Ponselku mati, dan aku tidak tahu jalan pulang” terang Arsena kemudian, dan wanita itu mengangguk setuju.
Arsena bangkit dari duduknya sambil tersenyum, pria itu lalu berkata “Dengan ini kita impas, jadi lupakan soal utangmu itu, ok. ”
“Baiklah.” Jawabnya sambil tersenyum.
Ada rasa senang saat melihat senyum itu, dan entah bagaimana awalnya, tapi perbincangan di antara mereka terus berlanjut, begitu akrab sampai membuat perjalanan jauh jadi tak terasa, dan kini mereka sudah tiba di villa.
“Villa mu sangat indah Tuan Ars.” Arsena tersenyum mendengar pujian itu.
“Mari masuk dulu Nona, aku akan buatkan teh hangat.” Tawar Arsena kemudian.
“Tidak perlu masuk, aku tunggu di teras saja.” Ucap gadis itu.
“Kalau begitu, tunggu di sini sebentar, kau baru boleh pergi setelah minum teh, oke” ucap Arsena, nada bicaranya terdengar seperti tengah memerintah, wanita itu sampai terkekeh pelan mendengarnya.
“ Iya, siap Tuan muda Ars, sudah sana masuk, buatkan tehnya, yang enak ya” ucapnya seraya mendorong Arsena masuk.
Awalnya Arsena hendak mengantarkan wanita itu menuju penginapannya, namun wanita itu menolak karna masih punya janji lain, karna itu, setidaknya Arsena ingin memberinya minum sebelum mereka berpisah.
Walau singkat percakapan itu terkesan menyenangkan bagi Arsena, ia bahkan tidak sadar tengah tersenyum dengan begitu lebar, sampai membuat dua pria yang melihatnya saling menatap dengan heran.
“ Sena, are you okay?” tanya Sky dengan dahi yang mengerut.
“ lAku baik Sky.” Jawab Arsena seraya menoleh sesaat, dengan tangan yang terus sibuk mengaduk tehnya.
“Kau dari mana? Paman khawatir karna saat pulang kau tidak di rumah, kami sampai mencari mu ke mana-mana.” Ucap Gusty dengan tatapan menyelidik.
Ucapan itu sungguhan, Gusty dan Sky panik saat tak melihat Arsena ketika baru pulang tadi, mereka juga menghubungi Arsena berulang kali, tapi ponselnya pemuda itu tidak aktif, mereka bahkan sempat berpikir Arsena frustrasi, dan hendak mencoba bunuh diri.
Mereka sempat merasa lega saat tetangga mengabari, bahwa ada mobil terparkir di depan rumah, namun setelah pulang rasa khawatir itu kembali, terlebih karna melihat Arsena membuat teh sambil tersenyum lebar.
“ Aku merasa bosan di rumah, jadi jalan-jalan sebentar untuk menghirup udara segar” jawab Arsena dengan santai.
“Lalu kau membuat dua gelas teh untuk siapa?” tanya Sky penasaran, karna tidak mungkin Arsena membuatkan teh untuk menyambut kedatangannya dan Gusty.
“ Untuk tamu di depan.” Jawab Arsena seraya meletakan cangkir teh di atas nampan.
Sky dan Gusty saling menatap dengan penuh tanya, keduanya lantas mengikuti langkah Arsena yang beranjak keluar dari area dapur.
“Tidak ada siapa pun di depan sena.” Ucap Gusty.
“ Astaga... Masa ada wanita secantik itu duduk di teras, tapi kalian bisa tidak melihatnya.” Ucap Arsena seraya geleng-geleng kepala.
“Tapi memang tidak ada orang sena, lihat saja sendiri.” Ucap Sky menegaskan.
Langkah Arsena terhenti di ambang pintu, yang Paman dan Sky ucapkan benar, tidak ada siapa pun di sana.
Arsena meminta Sky memegang nampan yang ia bawa, lalu berlari kecil di sekitar halaman, mencari ke mana perginya wanita itu, sampai akhirnya ia menemukan selembar kertas kotor di tanah, sepertinya bekas terinjak seseorang.
‘ Tuan Ars, maaf aku harus pergi, orang yang hendak aku temui menghubungi, aku tidak bisa melewatkan pemandu wisata itu, karna orang sibuk sepertimu, tidak akan mungkin mau menggantikannya'
Arsena terkekeh kecil setelah membaca tulisan itu, terlebih saat melihat emoji senyum yang tergambar dengan aneh, ia tidak tahu bahwa dua pria di belakangnya tengah merasa ketakutan.
“Sena...” Panggil Gusty
“Apa?”
“Wanita yang kau bilang tadi seperti apa bentuknya?" Tanya Sky ambigu.
“Dia cantik, kulitnya seputih porselen, rambutnya hitam panjang...
Arsena bicara sambil tersenyum membayangkan wanita itu, tapi ucapannya terpotong tanya sang paman “Apa dia manusia?”
Mendengar itu Arsena pun berjalan mendekati Pamannya, ia lalu berkata “ Tentu saja dia manusia Paman, mana ada hantu yang meninggalkan pesan sebelum pergi” kemudian memberikan kertas itu pada sang Paman.
“Kalian ini...” Arsena menggelengkan kepala tak habis pikir.
Arsena tidak tahu saja, saat mencari Arsena di sekitar villa, Sky dan Gusty sempat di takut-takuti pemuda iseng sekitar, mereka sempat mengatakan bahwa mungkin Arsena di culik hantu wanita, yang mitosnya cukup terkenal di sana.
Setelah membaca surat itu, Gusty dan Sky benar-benar merasa lega.
“Kau mau ke mana?” Tanya Sky saat Arsena berjalan melewatinya.
“Istirahat, aku lelah.” Jawab Arsena tanpa menoleh.
Gusty menjatuhkan diri di sofa karna ia juga merasa lelah.
“Lalu ini tehnya bagaimana?” Tanya Sky lagi.
“Minum saja, kalian pasti lelah mencariku kan!” Jawab Arsena sesaat sebelum menghilang dibalik pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments