NovelToon NovelToon

Jodoh Tuan Muda Ars

Episode 1. Mimpi buruk pertanda baik

Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang kehidupan, begitu pun dengan arti kebahagiaan.

Tidak tahu dengan yang lain, tapi, bagi seorang tuan muda Arsena, bahagia itu adalah Malika, gadis cantik yang lebih dari sekedar cinta pertama, tapi juga impian yang ingin ia raih.

Perpisahan yang sudah berlangsung lama, serta kerinduan yang menumpuk di hati, mengikis kesabarannya untuk selalu menanti, niatnya untuk menyerahkan masalah jodoh pada takdir pun kini telah runtuh.

Pria berumur 25 tahun itu kini bertekad, jika takdir tak kunjung mempertemukannya dengan Lika, maka ia sendiri yang akan mewujudkan pertemuan mereka.

Dan kini, tiba saatnya hari yang telah ia nantikan, hari di mana ia merencanakan pertemuannya dengan sang pujaan hati.

Arsena bangun dengan keringat yang membasahi kening, ia bahkan turun dari tempat tidur dengan lemas, saat bersiap pun ia terlihat tak bersemangat, setelah keluar dari kamar pun ia berjalan sambil menunduk lesu.

“ Sena cepat kemari! kita sarapan bersama”

Seruan dari sang Ayah mempercepat langkah kaki pemuda itu, ia menghampiri anggota keluarganya yang berada di ruang makan, duduk di tempat biasanya, dan membiarkan pelayan menyajikan sarapan pagi untuknya.

“ Ada apa Sena?”

Dengan cemas Iren bertanya, walau lingkar hitam di bawah mata sudah di tutupi dengan sempurna, seorang ibu akan tahu jika anaknya sedang tidak baik-baik saja.

“ Aku baik Mih”

Arsena menghela nafas, kali ini pun sang ibu tak tertipu saat ia mencoba berkilah, terbukti dari tatapan tajamnya itu, yang menandakan bahwa Iren tak percaya dengan jawaban yang Arsena berikan.

“Semalam aku bermimpi buruk”

Pada akhirnya Arsena mengungkapkan kegundahan di hatinya, tapi hanya sebagian, karna Arsena merasa tidak mungkin untuk mengatakan segalanya, ia sendiri merasa bahwa ini konyol, ia merasa cemas rencananya akan gagal hanya karna mimpi buruk semalam.

“ Memangnya kau bermimpi apa?” tanya Aditya

Ayah dari dua orang anak itu sudah mulai menua, tapi rasa ingin tahunya selalu membara, sikapnya dalam menghadapi anak-anaknya pun lebih terlihat seperti sosok seorang teman.

“ Ayo cerita! Kau mimpi buruk apa semalam?” Desak Aditya seraya menarik tangan sang putra, padahal saat itu Arsena hendak memasukkan makanan ke dalam mulut.

“Biarkan Sena sarapan dulu sayang."Tegur Iren

“Tapi aku juga penasaran Amih, aku sampai kesulitan menelanku” seru Rezky menimpali

Arsena menghela nafas seolah tengah kalah dalam sebuah pertaruhan, terlebih mendengar sorak sang Ayah yang berkata “ Dua banding satu, kau kalah sayang” pada sang istri.

Dan lagi, Ayah dan Adiknya mulai bersorak “ Cerita... Cerita... Cerita...” dengan kompak sambil menepuk-nepuk meja, semakin membuat Arsena merasa tersudut.

“Ok! Ok!” Seru Arsena menenangkan.

Aditya dan Resky sontak terdiam, Iren pun mulai menunjukkan rasa penasarannya lewat tatapan mata serta gestur tubuhnya.

Arsena pun mulai menceritakan mimpi yang dialaminya tadi malam.

Mimpinya dimulai saat Arsena tiba-tiba berdiri di ujung sebuah ruftoop, ada begitu banyak tanaman berduri yang tumbuh merambat di lantai.

Arsena memperhatikan sekitarnya dengan lebih detail, pemuda itu menyadari bahwa ia kini tengah berada di ruftoop sebuah rumah tua, saat melihat ke arah bawah, Arsena tahu ia kini berada di lantai 3 rumah itu, dan anehnya, rumah tua itu berpenghuni, terlihat dari adanya orang yang keluar masuk di bawah sana.

Arsena pun mencari jalan keluar dari tempat itu, bersamaan dengan terlihatnya sebuah pintu di salah satu sudut, ia juga melihat seekor ular di tengah tanaman berduri itu.

Arsena bergegas menghampiri pintu itu, begitu gagang pintu di pegang, ular yang sejak tadi diam itu tiba-tiba melompat ke arahnya, ia bisa merasakan ular itu menempel di tubuh bagian belakangnya.

Arsena yang panik pun bergegas membuka pintu itu, dan tanpa pikir panjang langsung menuruni anak tangga di hadapannya.

Rencananya, Arsena akan meminta tolong pada orang-orang yang berada di dalam rumah itu, tapi ular itu justru lepas sendiri saat ia berada di tengahan tangga, dan entah kenapa, bukanya turun, Arsena malam kembali naik, tapi tidak sampai kembali memijakkan kaki di area ruftoop.

Dari tempatnya berdiri Arsena kembali melihat lantai ruftoop yang dipenuhi dengan tanaman berduri, ia lalu menoleh, menatap ular yang terkapar lemas di undakan tangga, ular itu masih hidup, Arsena tahu itu, tapi ia tidak tahu, kenapa ular itu hanya diam, dan sama sekali tak bergerak.

Arsena meraba-raba seluruh tubuhnya, tak ada luka bekas gigitan ular yang ia temukan, hanya ada sedikit sobekan di jas yang ia kenakan, dari sana Arsena tahu, bahwa ular itu hanya menggigit baju bagian belakangnya.

Mimpi pun berakhir bersama dengan tersadarnya Arsena, bahwasanya ular itu menggigit bajunya hanya untuk bisa keluar dari tanaman berduri di sekitarnya.

“ Sudah? Hanya itu saja?” Tanya itu terlontar dari ketidakpuasan Resky atas cerita sang kakak, yang menurutnya sama sekali tidak seram.

“ Kau tidak tahu saja, mimpi itu terasa begitu nyata, saat ular itu melompat ke arahku, rasanya aku akan mati saat itu juga” Ucap Arsena kesal

“ Arsena aditya lake, bisa tidak kalau bicara jangan sembarangan seperti itu.” Tegur Iren dengan tegas.

Seketika tubuh Arsena membeku, mendengar panggilan sang ibu pemuda itu yakin bahwa Iren tak suka mendengar ucapannya, pemuda itu menggigit bibir bawanya dengan penuh penyesalan, kemudian melontarkan kata “ Maaf Amih, tidak akan lagi” dengan nada lirih

“ Habiskan sarapan kalian” seru Iren kemudian

Resky tersenyum lebar tak kala mengingat sebuah cerita dari masa lalu.

“ Mimpi di gigit ular itu bukanya sebuah pertanda, yang artinya kakak akan segera menikah” celetuk Resky tiba-tiba, Iren dan Aditya sontak menatap ke arahnya.

Arsena yang tengah mengunyah makanan pun jadi tersedak, pipinya tiba-tiba saja memerah, ia hampir saja tersenyum jika sang ayah tidak merusak suasana hatinya.

“ Itu cuma takhayul Iky” ucap Aditya

“ Takhayul atau bukan, putra kita memang akan menikah juga kan”

Ucapan sang ibu membuat senyum pemuda itu terbit juga, wajah yang semula masam kini terlihat lebih ceria, bahkan senyuman itu terus mengembang hingga sarapan usai.

Tak lama Sky datang untuk menjemput Arsena, pemuda yang menjadi sahabat terbaik, sekaligus menjabat sebagai asisten Arsena itu menghampiri seraya menyapa semua orang.

“ Selamat pagi semua”

Aditya dan Rezky hanya mengangguk sambil tersenyum, sementara Arsena menjulurkan lidah meledek, hanya Iren yang menjawab sapaan dengan penuh perhatian.

“ Pagi juga Sky, ayo duduk, sarapan dulu” ucap Iren

“ Tidak usah Tan, Sky sudah sarapan di rumah” jawab Sky

“ Kita berangkat sekarang?” tanya Arsena

Sky mengangguk, kedua pemuda itu lantas berpamitan, mereka harus bergegas ke bandara internasional, penerbangan mereka dijadwalkan satu jam dari sekarang, meski menggunakan pesawat pribadi, sang paman yang menjadi pilot sama sekali tak memberikan keleluasaan untuk bersantai, semuanya telah diatur agar tepat waktu.

Episode 2. Bertemu Kamu

Setelah 6 jam penerbangan, akhirnya pesawat yang ditumpangi Arsena mendarat di bandara internasional. Gusty langsung pamit untuk mengurus penerbangan menuju bali sore nanti. Sementara itu, Arsena dan Sky menunggu kendaraan yang hendak mereka pakai.

“Sekarang kita akan ke mana?” Tanya Sky saat sebuah mobil berhenti di depan mereka.

“Makan dulu Sky, aku lapar. ” Ucap Arsena

“Baiklah, Aku akan mencari makanan yang enak.” Ucap Sky seraya masuk ke dalam mobil

“Kita makan di mall saja, sekalian cuci mata.” Arsena memberi saran seraya memasang seatbelt.

“Okelah kita tancap gas.” Ucap Sky yang mulai menyalakan mobilnya.

Sky membawa mobil itu keluar dari area bandara, berpisah dari orang-orang kepercayaan telah menyiapkan seluruh keperluan mereka, termasuk mobil sport yang kini membelah jalanan kota yang ramai.

“ Kita sudah di Indonesia, apa tidak bisa jika kita mencari tahu kabar Lika?"

Arsena memulai pembicaraan, perjalanan yang semula hening itu membuatnya tiba-tiba teringat pada sang pujaan hati.

“Jangankan di Indonesia, jika kita bisa mencari tahu kabar tentangnya, pasti saat di luar negeri pun kita sudah akan mendapatkan informasi, masalahnya, mencari tahu tentangnya itu mudah, namun izin untuk mendapatkan informasi itu yang sulit.” Jawab Sky

“Kau itu sudah besar, tapi masih saja dikendalikan orang tua, bukankah kelak organisasi itu akan menjadi milikmu? Tapi kenapa untuk mendapatkan informasi harus dapat izin dari om Roby?”

“Hei, jangan mengejekku, bukankah kau juga sama, kau adalah pemimpin perusahaan, tapi otoritas pemegang keputusan tetap ada pada om Adi kan.”

“Diam kau Sky!”

“Cukup Arsena.”

Setelah perdebatan yang sengit, keduanya terdiam sejenak kemudian saling melirik dengan kompak, lalu tertawa bersama, mereka menertawakan nasib mereka yang sebenarnya sama, sama-sama masih berada di bawah ketiak sosok ayah.

Tanpa di duga, saat tengah melihat sekeliling, mata Arsena menangkap sosok wanita cantik di dalam mobil yang berhenti tepat di sampingnya, bersamaan dengan lampu merah yang menghentikan laju mobil mereka.

“Indonesia memang luas, tapi kalau jodoh, pasti ketemu.” Ucap Arsena.

Senyum pemuda itu begitu lebar, ia terus memandangi gadis cantik yang tengah duduk di balik kemudi, Arsena terus menatapnya tanpa berkedip, gadis cantik itu adalah pujaan hatinya, wanita cantik bernama Malika putri gunawan.

Baru lima menit mobil mereka berhenti, namun Sky sudah melajukan kembali mobilnya, meski Sky juga melihat Lika, pria itu seolah tak mengerti dengan kerinduan yang bergejolak dalam hati Arsana, hingga kini Arsena menatap pria itu dengan tatapan permusuhan.

“Aku tahu kau masih belum puas memandangi Lika, tapi jangan melampiaskannya pada ku seperti ini, aku kan jadi merasa tidak nyaman.” Ucap Sky meledak. Arsena mendengus kesal.

“Maaf, aku harus menginjak gas karna sudah lampu hijau.” Terang Sky.

Arsena mencebikkan bibir, pemuda itu tahu bahwa temanya ini tidak tulus saat meminta maaf, tapi ia juga tidak bisa membantah kebenaran itu, pada akhirnya, menghela nafas panjang menjadi satu-satunya jalan untuknya mendapatkan kembali ketenangannya.

Sky sebenarnya merasa sedikit tak enak hati pada sahabatnya, karna sejujurnya ia merasa tak senang dengan pertemuan tak terduga itu, dalam hatinya pemuda itu sempat mengeluh ‘Kenapa di negara yang luas ini mereka harus tiba-tiba bertemu seperti ini'

Dan setibanya mereka di mall, kedua pemuda itu langsung menjadi pusat perhatian, terutama dari para wanita.

“ Berapa kali pun aku berpikir, aku masih tidak mengerti kenapa, ke mana pun kita pergi, perempuan di sini selalu melempar senyum ramah pada kita, aku masih belum terbiasa sampai rasanya bibirku mulai kaku karna terus membalas keramahan mereka.” Ucap Sky sedikit mengeluh.

“ Ya sudah kalo begitu jangan tersenyum lagi, kenapa juga kau harus membalas keramahan mereka.” Dengan acuh Arsena menanggapi.

Sky hendak mengikuti saran Arsena, namun entah kenapa bibirnya selalu reflek membalas senyum mereka.

“ Sudah ku bilang jangan tersenyum.” Ucap Arsena seraya merangkul Sky.

Sky mendadak merinding, entah kenapa ia merasakan tatapan penuh kekaguman itu berubah, seperti ada yang salah.

“ Jangan pikiran persepsi orang, sudah kodrat kita untuk jadi pusat perhatian, itu semua adalah akibat dari ketampanan yang orang tua kita wariskan.” Ucap Arsena dengan bangga.

Pemuda itu mengedipkan mata dengan jahilnya, seolah sengaja menciptakan kesalahpahaman pada semua orang yang tengah memperhatikan mereka, namun Sky tak mengerti dengan kesenangan yang tengah tuanya rasakan saat ini.

Tidak berhenti sampai di sana, Arsena masih saja mempermainkan perhatian yang mengarah padanya, seperti dengan sengaja menyuapi Sky, atau mengelap sisa saus di bibir Sky, hingga membuat orang-orang yang memperhatikan mereka jadi salah paham.

Setiap orang memiliki kelemahan dan kekurangan, karna sejatinya tidak ada yang sempurna di dunia ini, dan kelemahan Sky adalah tak bisa menghentikan kejahilan Arsena, kekurangannya ia tidak bisa selalu mengendalikan pikiran orang lain.

Sky beranjak dari duduknya untuk membayar tagihan makanan mereka, sementara Arsena tetap duduk menunggu, namun hanya sebentar, pria itu langsung bangkit dan keluar dari restoran saat melihat Lika, wanita itu baru keluar dari butik.

Senyum pemuda itu terus mereka, langkahnya mulai pelan saat jaraknya mulai dekat, namun hal yang tak diinginkan terjadi, tangan Arsena di cekal, kemudian di tarik secara paksa, walau kesal Arsena masih tak rela untuk mengalihkan pandangannya dari Lika.

Saat wajah sang pujaan hati tak lagi terlihat, pria itu menepis tangan yang mencekalnya, awalnya ia kira itu Sky, Arsena hampir memarahinya karna mengira Sky sengaja menghalanginya untuk menemui Lika, namun saat menoleh pria itu justru mematung di tempat.

Matanya memindai wanita cantik berkulit putih di hadapannya, oraknya mencoba mengingat siapa wanita itu, matanya yang tajam pun memindai penampilan wanita itu dari bawah sampai atas.

Wanita itu memakai rok flare panjang, dengan atasan crop top yang di lapisi kemeja hitam tipis dengan kancing yang dibiarkan terbuka seluruhnya, sehingga mengekspos bagian perut yang rata.

Arsena menelan ludah saat melihat bagian perut wanita itu, pikirannya pun mulai membayangkan hal yang tak seharusnya, pria itu memalingkan wajah untuk mengusir pikiran kotor yang hampir mendominasi, saat itu Arsena sadar, ada seorang pria paruh baya yang berdiri dengan mereka.

“ Kau siapa?” tanya Arsena

Wanita itu menghentakkan kaki, bibirnya mencebik kesal karna diabaikan.

“ Saya manager restoran ini tuan, kekasih Tuan ingin membayar makanan dengan uang dolar, tapi restoran kami hanya menerima rupiah, dan lagi, kartu yang Nona gunakan tidak bisa di pakai di sini, bisa tolong Tuan jelaskan, karna kami kesulitan memahami bahasanya.” Ucap Manager itu.

“ Oh kalau begitu pakai kartuku saja.” Ucap Arsena seraya mengambil dompetnya dari saku.

Manajer itu mengangguk hormat seraya mengambil kartu yang Arsena berikan, di tinggal berdua membuat pemuda itu merasa gugup.

“ Terimakasih atas bantuannya Tuan muda Ars.”

Arsena menoleh pada wanita itu saat namanya di sebut, namun dengan cepat kembali membuang muka, enggan menatap, karna entah kenapa matanya selalu melihat ke arah perut rata yang terlihat seksi itu.

“ Aku akan mengganti uangmu, bisa beritahukan berapa tagihannya, aku belum sempat menukar uang jadi akan ku bayar dengan dolar, aku harap kau tidak keberatan, Tuan Ars.”

Arsena berdehem, ia merasa kesal karna wanita itu seperti berusaha membuat Arsena menatapnya.

“ Itu tidak perlu.” Ucap Arsena cepat.

“ Tidak perlu bagaimana maksudmu? Dengar ya tuan muda, aku tahu uang itu tak seberapa untukmu, tapi aku tidak mau berhutang budi pada orang asing.”

Arsena merasa tak nyaman saat mendengar kata orang asing, pria itu sampai kembali menatap wajah wanita itu, tapi kembali membuang muka saat matanya hendak melihat perut rata wanita itu.

“ Jika tak ingin berhutang budi pada orang asing, harusnya kau tak menari ku, Nona.” Ucap Arsena ketus.

“ Aku minta maaf, aku bingung, aku sangat senang saat melihatmu tadi.”

“ Bahasa inggris mu tidak lancar, kau berasal dari mana?”

“ Benarkah, tapi meski begitu kau mengerti ucapanku, tuan Arsena memang genius, aku dari...

Arsena menghela nafas lega saat melihat sang manager berjalan mendekat ke arahnya, Arsean bergegas mengambil kartunya, dan pergi tanpa menunggu wanita itu selesai bicara.

“ Hi, tunggu...”

Arsena bahkan mengabaikan panggilan dari wanita itu, pemuda itu baru merasa lega saat mengetahui bahwa wanita itu tak mengejarnya.

Episode 3. Dia Sepupuku

“ Dari mana saja tuan?” bisik Sky dari belakang, sampai membuat Arsena terlonjak kaget.

“ Sky.”

“ Iya tuan.”

“ Kau membuatku terkejut.”

“ Masa.”

Sky menjawab dengan acuh, pemuda itu mencoba membalas keisengan sang bos, namun saat melihat Arsena merengut, ia langsung merangkul dan mengajak Arsena pergi dari sana, mereka hendak beristirahat sejenak di hotel, sebelum pergi menuju king grup.

Setelah beristirahat sejenak, Arsena dan Sky bersiap untuk pergi, mereka berjalan dengan santai di koridor, namun begitu pintu lift terbuka, Arsena tiba-tiba bersembunyi di balik tubuh Sky, dengan terburu-buru masuk ke dalam lift, iya jadi terkesan tengah menghindari wanita cantik yang keluar dari lift kala itu.

“ Kau baik?” Tanya Sky yang jadi cemas melihat tingkah Arsena.

“ Ya, aku baik-baik saja.”

Jawaban itu justru semakin membuat Sky penasaran, ia pun mengirim pesan pada anak buahnya untuk mencari tahu tentang gadis itu, dan apa yang telah terjadi pada Arsena saat mereka tak bersama.

Setibanya di lobby, sikap Sky langsung berubah, dan itu terjadi bukan tanpa alasan, mereka bertemu dengan kolega yang hendak mereka temui.

“ Senior, aku baru saja hendak pergi ke perusahaanmu” ucap Arsena

Pria itu tersenyum, ia merangkul Arsena dengan akrab seraya berkata “ Karena kau baru tiba, aku pikir kau pasti masih merasa lelah, jadi aku mendatangimu untuk mentraktir makan siang.”

“ Aisss... Sayang sekali, tapi aku sudah makan tadi.” jawab Arsena.

“ Yah... Sayang sekali, kalau begitu ngopi mau?” Tawarnya

“Bolehlah.” Jawab Arsena kemudian

Mereka pun pergi ke kafe hotel, menikmati kopi sambil membicarakan pekerjaan, diskusi mereka tak berlangsung lama, karna masalah yang dibahas hannyalah perkara kapal pesiar yang belum rampung, pengerjaannya tertunda karna masalah distribusi bahan.

Proyek wisata pelayaran yang tengah direncanakan tetap harus bisa berjalan sesuai rencana, karna Arsena sudah mengeluarkan dana yang cukup besar, memang tak sampai membuatnya bangkrut, tapi terlalu sayang untuk di relakan begitu saja.

Pada akhirnya, Arsena mengajukan diri untuk menangani masalah itu, ia memang sudah terpikir beberapa solusi untuk masalah itu, tapi ia belum berani memberikan kepastian.

Setelah bertemu rekan kerja yang juga seniornya, Arsena dan Sky kembali ke bandara, sang paman sudah menunggu mereka untuk terbang ke bali.

Setelah kurang lebih 2 jam mereka tiba di bali, sang paman pun mengajak Arsena mengunjungi sebuah rumah.

“ Ini rumah siapa paman?” Tanya Arsena

Bukan hanya Arsena, tapi Sky juga penasaran, karna ia tidak tahu menahu dengan rencana Gusty, yang ia tahu mereka datang ke Indonesia untuk mencari peluang bisnis di beberapa tempat yang terkenal sebagai tempat wisata.

“ Ini rumah tuan Bart lake dan nyonya Lina lake”

Mendengar nama belakang sang ibu disebut, Arsena pun merasa sedikit senang, karna menganggap akan bertemu dengan anggota keluarga dari pihak ibu, yang sama sekali belum pernah di temuinya.

Cukup lama mereka menunggu pintu rumah itu terbuka, hingga akhirnya seorang pria tua keluar dari rumah itu.

“ Untuk apa kau datang kemari? Ibumu sudah tidak tinggal di sini lagi.” Ucap pria tua itu dengan ketus.

“ Jika bukan atas permintaan adikku, Aku juga enggan datang kemari.” Sahut Gusty tak kalah ketus.

Mendengar itu, wajah yang semula masam mulai terlihat senang, pria tua itu pun mengajukan tanya “ Apa kau datang kemari bersama Iren? Di mana Iren putri kesayanganku?”

“ Tidak dengan Iren, tapi dengan putranya.” Jawab Gusty, ia merangkul Arsena dan memperkenalkan keduanya.

Bart bersikap ramah pada Arsena, ia bahkan memuji cucunya yang tampan itu, ia juga mengajukan banyak pertanyaan, karna terlalu senang tanpa sadar ia juga tak memberikan kesempatan Arsena untuk menjawab setiap pertanyaan itu.

Bart juga mengajak Arsena berkeliling rumah itu, bahkan membawanya masuk ke dalam kamarnya.

Wajah Arsena berubah pucat saat Bart membawanya masuk ke kamar Celine, Arsena mengenali wajah itu.

“ Dia?”

“ Dia Celine, anak bungsu kakek, adik ibumu, bibimu.” Ucap Bart yang membuat Arsena kehilangan kata-kata.

Sky meletakan tangannya di pundak Arsena, seolah memberi tahu Arsena, bahwa Sky ada di sana bersamanya.

Air mata Arsena jatuh tanpa permisi, namun pemuda itu dengan cepat menghapusnya, tak ingin menerima kenyataan, Arsena pun lari dari sana.

“ Aku dan Lika sepupu, tidak mungkin? Tidak mau...” Ucap Arsena lirih.

Di hadapannya, Gusty merentangkan tangan, dan pemuda itu pun berhambur memeluk seng paman.

“ Ayahmu sudah ingin memberitahu hal ini sejak lama Sena, tapi ibumu bilang, kau tidak akan percaya jika hanya di beri tahu, kakekmu menyayangi Iren hanya karna ibumu menikah dengan orang kaya, aku sendiri sudah pergi karna membencinya, dan dia mengusir Celine hanya karna dia menikah dengan seorang pengangguran.”

Gusty juga memberi tahu Arsena bahwa Lina di jual sebagai budak ke luar negeri, cerita setelahnya Arsena dan Sky tahu dengan pasti.

Arsena pernah meminta Sky untuk mencari tahu tentang ibunya Lika, dan dari sana Arsena mengetahui fakta bahwa Lina mendapat penyiksaan yang kejam, tak tahan dengan itu ia meminta bantuan pada Celine, tapi pada akhirnya ia menghasut putrinya sendiri untuk menjadi selir dari seorang raja.

Kemewahan dan kenyamanan membuat Celine lupa bahwa dia seorang ibu, hingga begitu tega meninggalkan anak dan suaminya.

Kehidupan mereka memang indah pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu, mereka mulai menerima teror dari berbagai pihak, terlibat perang saudara demi sebuah kedudukan, bahkan kini Celine tengah aktif mencari sang putri untuk ia nikahkan dengan pangeran, hanya untuk memperkuat posisinya sendiri.

“ jadi itu alasannya, kenapa paman Gunawan meminta bantuanku untuk selalu mengecoh detektif bayaran tante Celine.” Ucap Arsena lirih.

Tabir yang selama ini menutup mata kini mulai terlihat, pemuda itu pun kini mengerti kenapa sang ibu selalu berkata “Tidak boleh dengan Lika”

Bukan karna tak peduli dengan kebahagiaannya, namun ada ikatan yang tidak boleh dilewati.

Dengan tersedu-sedu Arsena berkata “ Ayo kita pulang Paman, aku mau bertemu dengan amih” merengek pada sang paman.

Gusty mengangguk setuju, tapi bukanya ke bandara untuk kembali, Gusty malah membawa Arsena pulang ke vila, tempat di mana Arsena bertumbuh, belajar merangkak dan berjalan.

Dan pemuda itu bertemu dengan sang ibu lewat sambungan video call.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!