"Sepertinya tidak ada salahnya mengikuti saran dari Anis, lagi pula aku ini adalah istri sahnya mas Riko."
Rahma yang baru saja kembali ke kamarnya usai mengobati luka di tangan Riko nampak bergumam.
Semalam saat tak kunjung dapat memejamkan mata Rahma memilih menghubungi Anis pada pukul tiga dini hari.
Meski sedikit kesal karena sahabatnya itu mengganggu tidurnya namun Anis tetap meladeni Rahma. Keduanya bahkan mengobrol melalui sambungan video call hingga pukul empat dini hari.
Mungkin sedikit saran dari Anis lah yang membuat Rahma ingin segera kembali ke apartemen padahal rencananya ia akan menginap selama dua hari di rumah orang tuanya.
Karena hari ini Rahma tidak masuk kerja, ia menggunakan waktunya untuk memasak untuk suaminya. Walau seringkali Riko menolak memakan masakannya namun Rahma tak bosan bosannya untuk tetap menyiapkan makanan sampai suaminya itu bersedia mencicipi masakan buatannya.
Hari ini untuk pertama kalinya setelah menikah Riko memutuskan untuk bekerja dari rumah.
Riko yang tengah sibuk berkutat dengan laptopnya menoleh ke arah pintu saat mendengar Rahma mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk!."
Pintu terbuka dan memperlihatkan Rahma yang kini tengah berdiri di ambang pintu dengan sebuah nampan berisi secangkir teh serta sepiring cake di tangannya.
Rahma menghela napas dalam seolah saat ini paru parunya membutuhkan oksigen lebih sebelum kembali melanjutkan langkahnya.
"Di minum dulu tehnya mas mumpung masih hangat!!." ucap Rahma setelah menyajikan secangkir teh di meja.
"Bukankah sudah aku katakan tidak perlu repot-repot melayani ku karena aku bisa melakukannya sendiri."
Masih dengan posisi menatap layar laptopnya Riko berucap saat Rahma masih berdiri di hadapannya.
"Aku sama sekali tidak merasa direpotkan, mas." jawab Rahma seadanya sebelum wanita itu mulai melangkah meninggalkan kamar suaminya.
"Jangan lupa, kebersamaan kita hanya akan bertahan sampai dengan setahun usia pernikahan kita."
Ucapan Riko sontak membuat langkah Rahma yang telah berada di ambang pintu terhenti.
"Aku tidak akan melupakannya. tetapi sampai dengan saat itu tiba aku akan tetap melakukan tugasku sebagai seorang istri." Tanpa menoleh Rahma berkata demikian sebelum kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan kamar Riko.
Setelah mendengar suara pintu kembali ditutup pertanda Rahma tak lagi berada di sana, Riko menoleh ke arah pintu di mana tubuh Rahma baru saja menghilang di baliknya. Dengan kasar Riko mengusap wajahnya.
"Seandainya kejadian malam itu tidak pernah terjadi mungkin pernikahan kita tidak akan berakhir dalam setahun." dalam hati Riko.
Sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya pandangan Riko jatuh pada secangkir teh serta sepiring cake di hadapannya.
"Enak." tanpa sadar Riko memuji cake buatan sang istri.
Waktu terus berjalan hingga waktu makan siang tiba, Riko yang merasa perutnya ingin segera di isi memilih meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk memesan makanan Via aplikasi online di ponselnya.
Namun sebelum memesan Riko lebih dulu mencari keberadaan Rahma, walau bagaimana pun kondisi pernikahan mereka saat ini Riko tetap berkewajiban memberi makan istrinya.
Baru saja membuka pintu kamarnya indera penciuman Riko sudah di suguhkan dengan aroma masakan yang menggugah selera. Riko terus melangkah mengikuti aroma yang ternyata berasal dari dapur.
Setibanya di dapur Riko di suguhkan pemandangan seorang wanita yang tengah sibuk berkutat dengan spatula di tangannya. Melihat penampilan Rahma membuat Riko sampai lupa dengan tujuannya mencari keberadaan Rahma.
Tidak ingin rambut panjangnya membuatnya gerah saat memasak maka Rahma memilih mengikat rambutnya ke atas secara asal.
"Mas Riko??." sapa Rahma dengan seulas senyum di wajahnya saat menyadari keberadaan Riko yang kini berdiri dengan bersandar pada tembok.
"Maaf." ucap Rahma saat Riko terus memperhatikan penampilannya yang menurutnya sedikit berantakan, dengan rambut di Cepol asal apalagi karena hawa kompor yang cukup panas membuatnya sedikit berkeringat karena gerah.
Berbeda dengan dugaannya, ternyata saat ini Riko justru merasa terpanah melihatnya. Di mata Riko saat ini penampilannya terlihat seksi, apalagi outvit yang kini di kenakan Rahma adalah sebuah kaos over size berwarna putih yang di padukan dengan hot pant berwarna biru langit terkesan semakin seksi di mata pria itu.
Riko menggelengkan kepalanya seolah ingin menghilangkan sesuatu yang kini terlintas dipikirannya.
Berpikiran jika saat ini Riko menggelengkan kepalanya karena merasa jijik melihatnya sedikit berantakan menurutnya, Rahma pun memilih kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
"Mau kemana??." pertanyaan Riko membuat Rahma menghentikan pergerakannya kemudian kembali menoleh pada suaminya itu.
"Tidak akan lama, aku hanya ingin mengganti pakaianku yang sedikit berantakan akibat memasak tadi."
"Tidak perlu perutku sudah sangat lapar, lagi pula pakaian apa saja yang kau kenakan sama saja di mataku. sama sama tidak berpengaruh bagiku." ucapan Riko yang terdengar kontras dengan kata hatinya saat ini sehingga membuat Rahma mengurungkan niatnya untuk mengganti pakaiannya.
"Baiklah kalau begitu." jawabnya dengan seulas senyum di wajah cantiknya, seolah ucapan pedas Riko tak berarti apa apa baginya.
Rahma mengajak Riko untuk menikmati masakannya dan untuk pertama kalinya Riko tidak menolaknya, mungkin karena merasa benar benar lapar atau karena apa hanya Riko yang tahu.
Keduanya menikmati makan siang dengan hening sampai dengan dua puluh menit kemudian makan siang keduanya usai. baik Rahma maupun Riko memilih kembali ke kamar masing-masing setelah mengisi perut.
Di kamarnya, Rahma tersenyum saat melihat sedikit perubahan sikap Riko yang tak menolak memakan masakannya.
"Sepertinya sedikit demi sedikit aku bisa meluluhkan hati mas Riko, semangat... semangat Ra....kamu pasti bisa meluluhkan hati suami kamu !!!!" Rahma bersorak seraya melayangkan tinjunya ke udara seolah sedang memberi semangat pada dirinya.
Awalnya Rahma merasa kecewa karena Riko tidak percaya dan tidak memberikan kesempatan kepada dirinya untuk membuktikan jika ia tidak seperti yang dilihatnya, namun setelah menimbang nimbang kejadian yang ada, wajar jika suaminya bersikap demikian. Seandainya dirinya yang berada di posisi Riko malam itu mungkin ia akan berpikiran yang sama dengan Riko.
Maka dari itu Rahma bertekad untuk meluluhkan hati suaminya sampai dengan batas kemampuannya kelak, tetapi jika memang perpisahan tetap harus terjadi setidaknya ia telah berusaha sekuat tenaga.
***
Di perusahaan Abraham Group.
Tuan Abraham sengaja datang menghampiri putranya namun ternyata Riko tidak datang hari ini. Pria baru baya tersebut mengetahuinya dari sekretarisnya Riko.
Sekertaris Riko yang bernama Kumala tersebut mengatakan bahwa Riko tidak datang karena sedang sakit.
Semakin tak menentu perasaan tuan Abraham saat mendengar jika Putra sulungnya ternyata sedang sakit dan tidak mengabari dirinya.
"Kita harus segera ke apartemen bang Riko, Ta!!" begitulah panggilan akrab tuan Abraham kepada keponakannya, Dr Atala. Dan Atala pun mengiyakannya meski dalam benak pria itu tak yakin yang akan di kunjungi bersedia menerima kedatangannya, mengingat hubungan keduanya akhir akhir ini tak sehangat dulu.
Dan tentunya hal itu tidak di ketahui oleh tuan Abraham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
🌸ReeN🌸
semangat rahma.... walaupun nanti pernikahanmu gak bisa lanjut, paling enggak kamu dah memberikan yg terbaik buat riko, jadi gak ada penyesalan nantinya
2024-01-16
0