Setelah mobil Riko berlalu dan tak terlihat lagi oleh pandangannya barulah Rahma masuk ke dalam rumah.
*
Di kamar yang hampir beberapa bulan tidak lagi ditempatinya setelah tinggal di apartemen bersama Riko, Rahma merebahkan tubuhnya terlentang seraya menatap langit langit kamarnya yang masih sama seperti dulu tak ada yang berubah sedikitpun karena sang bunda sengaja membiarkan suasana kamar tersebut sama seperti putrinya belum menikah.
Hanya sesekali ART akan membersihkannya agar pada saat Rahma bersama sang suami akan menginap selalu bersih dan Rapi. Namun sayangnya sampai dengan saat ini belum sekalipun Riko kembali menginap di rumah itu setelah memutuskan pindah ke apartemennya.
"Kenapa aku tidak bisa tidur??." Rahma membolak-balik tubuhnya ke kiri dan ke kanan berharap dapat segera memejamkan matanya dan terlelap dalam tidurnya. namun sampai dengan pukul dua dini hari, ia tak kunjung dapat memejamkan matanya.
"Ada apa denganku?? Tidak mungkin aku merindukannya."
Rahma yang merasa ada yang aneh dengan dirinya memilih memainkannya ponselnya mungkin dengan begitu ia akan mulai merasakan kantuk.
Tanpa sengaja Rahma menekan aplikasi hijau miliknya dan kini layar ponselnya menampilkan gambar Riko yang tengah memimpin meeting di kantor. sebuah gambar yang pernah di kirimkan oleh ayah mertuanya ketika pria paru baya tersebut datang mengunjungi perusahaan beberapa bulan lalu, saat Rahma dan Riko baru seminggu menikah.
Bagi Rahma, malam ini merupakan malam terpanjang dalam sejarah hidupnya karena baru malam ini sangat sulit rasanya memejamkan mata padahal saat ini waktu telah menunjukkan pukul empat dini hari.
Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda.
Tak jauh berbeda dengan Rahma, Riko pun masih nampak duduk di balkon dengan di temani sebatang rokok di tangannya. aktivitas yang tak lagi di lakukan Riko sejak tiga tahun terakhir, bahkan saat mantan kekasih ketahuan selingkuh tak sampai membuat Riko kembali melakukan kebiasaan buruknya itu.
Tetapi entah mengapa malam ini Riko kembali melakukan kebiasaan buruknya itu ketika teringat akan kejadian di mana ia memergoki calon istrinya berada di kamar hotel bersama seorang pria yang tak lain adalah adik sepupunya sendiri.
"Kenapa kau tega Rahma, belum juga memulainya kau sudah menorehkan luka di hatiku."
Tanpa sadar Riko meremat tangannya yang masih memegang sebatang rokok yang masih tersulut api. entah seberapa perih harinya saat ini sehingga tangannya yang terbakar api rokok pun tak terasa olehnya.
***
Keesokan harinya saat waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi, Rahma meminta izin pada bundanya untuk segera kembali ke apartemen.
Awalnya bunda Ening memintanya untuk menginap lagi semalam namun karena Rahma kekeh ingin segera kembali ke apartemen maka bundanya tak ingin lagi menghalangi nya.
Rahma kembali ke apartemen dengan di antarkan oleh sopir pribadi keluarganya.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu akhirnya kini mobil yang mengantar Rahma tiba di apartemen.
Setibanya di depan apartemen Rahma segera turun dari mobil setelah mengucapkan terima kasih pada pak Iko. Meskipun hanya seorang driver Namun Rahma Sangat menghargai semuanya termasuk pak Iko yang sudah mengabdi selama dua puluh tahun pada keluarganya. Saat pertama kali pak Iko bekerja pada keluarga tuan Roland bahkan Rahma masih duduk di sekolah PAUD.
*
Ketika baru saja membuka pintu apartemen Pandangan Rahma langsung tertuju pada deretan sepatu pantofel milk suaminya yang masih berjejer lengkap tanpa kurang satu pun pada rak sepatu, dari situ Rahma bisa menebak jika saat ini suaminya masih berada di apartemen.
"Apa mas Riko tidak bekerja???" Gumam Rahma.
Meski tak sepenuhnya yakin jika suaminya tak berangkat kerja sebab selama mereka menikah tak sekalipun Riko absen ke kantor, bahkan saat weekend sekali pun Riko sering kali berangkat ke perusahaan dengan berbagai macam alasan.
Penasaran dengan keberadaan Riko, tanpa berpikir panjang Rahma memutar handle pintu kamar Riko dan menampilkan sosok pria tampan yang tengah bertelanjang dada hanya sebuah handuk yang melilit pada pinggangnya.
Terkejut mendengar suara pintu kamar yang terbuka Riko spontan menoleh ke arah pintu.
"Maaf" dengan menundukkan pandangannya Rahma berucap.
"Tanganmu masih berfungsi kan?? Bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk.".
Risih Rahma memergokinya dalam kondisi seperti itu tanpa sadar suara Riko terdengar meninggi.
"Maafkan aku mas, aku hanya ingin memastikan jika mas baik baik saja, karena tidak biasanya jam segini mas belum berangkat."
Usai berucap Rahma hendak meninggalkan kamar Riko namun saat mengangkat pandangannya, tak sengaja pandangannya tertuju pada telapak tangan Riko yang nampak di lilit oleh sebuah handuk kecil berwarna putih.
"Tangan kamu kenapa mas??." tanya Rahma dengan kening berkerut.
Karena Riko tak kunjung menjawabnya Rahma pun berinisiatif untuk melihatnya sendiri.
"Arrrggghhh."
Semalam saat meremat rokok yang masih tersulut api seakan tak sedikitpun rasa sakit menghinggapinya, namun baru saja jemari lentik sang istri sedikit menyentuh tangannya Riko sudah terdengar meringis.
"Ya ampun mas, kenapa tangan kamu bisa sampai melepuh seperti ini??."
"Lepaskan!." dengan nadanya yang kembali dinginnya Riko hendak menarik tangannya dari pegangan tangan Rahma namun sepertinya usaha Riko sia sia karena Rahma tak melepasnya begitu saja.
"Aku bilang lepaskan!!." semakin dingin tatapan Riko saat Rahma tak juga melepaskan pegangan tangannya.
"Mas boleh marah bahkan memaki aku sepuasnya tapi sekarang biarkan aku mengobati luka di tangan kamu mas."
Rahma tak lagi peduli dengan tatapan dingin Riko padanya yang terpenting baginya saat ini hanyalah ingin segera mengobati tangan suaminya yang tengah melepuh agar tidak sampai infeksi.
Rahma pamit sebentar untuk mengambil perlengkapan P3k di kamarnya sedangkan Riko terus menatap istrinya tersebut dengan tatapan sulit di artikan.
Tak sampai sepuluh menit Rahma kembali ke kamar Riko dengan membawa kotak P3K.
Sebagai seorang wanita yang berprofesi sebagai seorang dokter tentunya tak sulit bagi Rahma untuk membersihkan serta mengobati tangan suaminya.
"Baru juga sehari aku menginap di rumah ayah, kamu sudah mencoba melukai diri kamu sendiri karena merindukanku, mas." kelakar Rahma sengaja mencairkan suasana.
Menyadari tatapan tak biasa dari suaminya Rahma tersenyum saja. "Aku hanya bercanda jangan terlalu serius, mas." ucapnya.
" Sudah selesai...."
Akhirnya selesai juga Rahma mengobati luka di tangan suaminya dan kini telapak tangan Riko telah terpasang plester luka.
"Terima kasih."
"Tidak perlu berterima kasih karena ini sudah menjadi tugas aku sebagai seorang istri, jika mas menginginkan yang lainnya juga boleh." ucap Rahma dengan senyum di wajahnya.
"Eeeheeeem." Riko hanya berdehem ria saat mendengar ucapan Rahma yang penuh makna.
"Keluarlah !!! Aku mau mengenakan pakaian." bukannya tersinggung apalagi marah, Rahma justru menampilkan senyum cantiknya saat Riko memintanya untuk keluar, sehingga Riko yang menyadarinya terlihat menyatukan alisnya bingung.
"Apa dia sedang sakit??." gumam Riko melihat perubahan sikap Rahma yang begitu signifikan setelah kembali dari kediaman orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
🌸ReeN🌸
jangan jutek2 riko ntar kesambet setan apartemen loh
2024-01-16
0
Grenny
semangat thorr
2023-09-11
0
Dwi Winarni Wina
seorang isti melihat suaminya terluka akan so pasti merasa tidak tenang n sangat khawatir,,,,smg hati riko bisa luluh belajar mencintai istrinya krn rahma orgnya sangat tulus,,,,,💪💪💪💪💪
2023-08-07
0