Kepentok Cinta Gadis Penjual Cilok
Azriel melajukan motornya dengan kencang sekencang-kencangnya demi menghindar dari kejaran polisi. Dia dan beberapa teman geng motornya sedang balapan liar di jalanan sepi di mana sering sekali terjadi balapan liar.
Beberapa temannya melajukan motornya ke arah berbeda, Azriel bingung kemana dia harus pergi. Dan akhirnya dia pergi menuju jalan kampung yang sepi, sialnya dia masih saja di kejar oleh polisi yang mengendarai motor dan membunyikan sirine untuk menghentikan motor Azriel.
"Sial! Kenapa itu polisi masih aja ngejar gue sih?" ucap Azriel terus melajukan motornya menuju jalan kampung entah kemana dia menuju.
Dia membelokkan motornya di gang, bersembunyi di sana dengan rasa was-was karena takut di ketahui oleh polisi. Dia bersembunyi di balik rumah yang gelap, motornya dia sandarkan di tembok agar tidak terlihat oleh polisi yang mengejarnya.
Sesekali dia melongok ke arah jalan, di mana jalanan itu sepi. Tapi kemudian dia bersembunyi lagi karena suara deru motor berhenti tepat di depan rumah di mana dia bersembunyi.
"Kemana itu motor larinya? Padahal tadi aku melihat motor anak geng motor itu lari kesini." ucap polisi yang mengejar Azriel.
Polisi itu menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat tempat gelap. Mengambil senter dan menyoroti tempat gelap itu dengan senternya. Walky talkynya berbunyi, polisi itu mendengarkan suara temannya bicara di hand walky talky.
"Apa target sudah di temukan?" tanya seorang polisi di seberang walky talkynya.
"Belum komandan, tapi saya mengejar sampai kampung. Saya lihat dia lari ke arah kampung dan sedang mencarinya." jawab polisi.
"Hemm, sepertinya salah satu geng motor itu tidak ikut-ikutan transaksi narkoba. Satu orang target kita tidak ada, tapi kamu cari saja teman-temannya dan interogasi mereka jika tertangkap. Jangan sampai lepas." kata komandan di seberang sana.
"Baik komandan!"
"Saya akan menghubungi yang lainnya, mereka bersembunyi secara menyebar. Karena sering mengikuti balap liar, jadinya anggota lainnya kewalahan mengejar mereka."
"Siap komnandan!"
Azriel mendengar percakapan polisi dengan komandannya. Dahinya mengerut ketika komandan menyebut narkoba. Pikirannya mengacu pada salah satu teman geng motornya, meski dia tidak yakin kalau salah satu temannya adalah pengedar narkoba. Tapi Azriel tahu pengejaran polisi itu karena salah sasatan, yaitu mengejar pengedar narkoba.
"Gue ngga yakin kalau di geng motor Dodit ada pengedar narkoba. Tapi sangat memungkinkan kalau ada anggota geng ikutan mengedar narkoba." gumam Azriel.
Dia menempelkan tubuhbya di tembok agar tidak mengenai lampu senter polisi yang mengarah di tempatnya. Polisi itu tampak curiga dengan tempat gelap itu, mendekat secara perlahan. Menyiapkan senjata apinya di todongkan ke arah depan.
Napas Azriel tertahan ketika lampu senter itu semakin dekat, dia terus menempelkan tubuhnya agar tidak di pergoki sambil berdoa agar polisi itu segera pergi.
"Ya Tuhan, semoga polisi segera pergi." ucap Azriel dalam hati.
Dia melihat ke kanan dan ke kiri, apakah ada jalan lain untuk kabur dari kejaran polisi itu. Dan benar saja, Azriel beringsut dari tempat persembunyiannya untuk kabur sebelum polisi yang mengejarnya itu tahu dia bersembunyi dan kabur.
"Hei! Jangan lari!"
Dor! Dor!
Dua kali tembakan mengarah ke tanah, di mana Azriel kabur dari kejaran polisi. Dia sengaja meninggalkan motornya dan terus berlari mencari tempat aman dari kejaran polisi.
Azriel terus berlari, tidak peduli dengan suara tembakan itu. Mencari tempat aman lagi agar polisi tidak menangkapnya, sesuatu yang mengerikan jika harus mendekam di penjara meski hanya satu malam saja.
Hos! Hos! Hos!
Suara napas Azriel dalam pelarian itu membuatnya mudah lelah. Dia melihat sebuah rumah yang sepi, langkahnya di percepat karena lampu senter milik polisi itu kembali mengejarnya. Dia masuk sebuah rumah, bersembunyi di belakang sebuah gerobak kecil.
Napasnya terengah-engah karena berlari terus untuk menghindar dari polisi. Beberapa menit, Azriel menunggu polisi lewat di depan rumah di mana dia bersembunyi, matanya masih mengawasi jalanan apakah polisi masih mengejarnya atau sudah pergi.
"Huh, gue kok kayak ******* sh di kejar-kejar polisi. Lagian siapa sih yang jual narkoba, bikin orang susah aja." ucap Azriel masih mengawasi jalanan sepi.
Setelah satu jam berlalu tidak ada polisi lewat, dia akhirnya keluar dari persembunyiannya. Menoleh ke kanan dan ke kiri apakah memang tidak ada polisi. Tapi hanya ada orang lewat saja, Azriel berjalan tenang agar tidak di curigai oleh warga kampung itu.
"Dia siapa sih? Kok kayaknya bukan anak muda di kampung kita ya?" salah satu dua orang yang lewat melihat Azriel.
"Mungkin dia lagi cari angin." jawab temannya.
"Ish, aku tanya apa kamu jawab apa. Ngga nyambung." ucap satu temannya.
Azriel berjalan cepat, dia akan mengambil motornya yang dia sembunyikan di belakang rumah kosong. Jalan cepat agar motornya memang benar-benar masih ada di tempatnya.
"Syukur deh, motor gue masih ada. Apa polisi ngga lihat motor gue ya? Kok masih aja di sini." ucap Azriel.
Dia segera mengambil motornya, menaikinya dan melajukan motor dengan cepat. Ingin sekali dia pulang ke rumah, tapi di jalan ponselnya berbunyi. Azriel mengambil ponselnya, tampak dia melihat nama mamanya di layar benda pipih itu.
"Ck, mau apa coba telepon gue malam-malam?" ucap Azriel mencoba mengabaikan sambungan teleponnya.
Dia terus melajukan motornya, niatnya mau pulang tapi kini malas untuk pulang. Dia akan pergi ke rumah Tomi, karena laki-laki itu pasti pulang ke rumah setelah tadi di kejar-kejar juga oleh polisi. Azriel menghentikan motornya, dia mencoba menghubungi Tomi lebih dulu agar sampai di rumah teman yang suka sekali meledeknya itu memang ada di rumahnya.
Tuuut.
"Halo, lo selamat Ziel?" tanya Tomi di seberang sana.
"Iya, gue selamat. Lo ada di mana?" tanya Azriel.
"Di rumah, gue langsung pulang. Si Dodit juga pergi tuh entah kemana, yang lainnya juga kayaknya pada pulang. Untuk sementara waktu ngga ngadain balap liar malam-malam, sekarang polisi lagi gencar razia geng motor." kata Tomi.
"Iya, gue tahu. Di geng motor kita adakah yang jadi pengedar narkoba? Soalnya mereka cari pengedar narkoba." kata Azriel.
"Gue ngga tahu, kalaupun ada pasti mereka beroperasi juga waktu kita kumpul."
"Udah pastilah, tapi belum tahu siapa orangnya."
"Kalau di geng motor kelompok Andi, hampir sebagian mereka pemakai. Lha, kita mah suka-suka aja mabuk ya kan? Hahah!" ucap Tomi lagi dengan tawa senangnya.
"Gue nginep ya di rumah lo." kata Azriel.
"Kenapa lo ngga pulang aja?" tanya Tomi.
"Dapat tausiah gue dari nyokap, lagi malas dengerin tausiah nyokap gue." kata Azriel.
"Ya udah, kesini aja lo. Gue tunggu, tapi lo kalau mau mabuk gue sedia minumannya." ucap Tomi lagi.
"Ogah!"
Klik!
_
_
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Putry Anasthasya Kinasih
kok judulx kayak FTV ea?
2023-07-11
1