Satu minggu setelah kejadian pengejaran dan razia polisi. Geng motor Dodit kembali mengadakan balap liar lagi, tapi kali ini di lapangan kampung yang tidak di ketahui polisi menurut mereka.
"Dodit mana? Kok belum datang?" tanya Azriel sudah siap mengikuti balap liar lagi.
"Katanya lagi di jalan. Sabar kenapa Ziel." kata Tomi.
"Huh, kemarin malam dia juga kabur sendiri. Gue di kejar-kejar polisi sampai kampung, untung gue sembunyi di sebuah rumah sepi." kata Azriel lagi.
"Iya nih, akhir-akhir ini polisi sering banget deh razia terus. Gue ngga tahu apakah emang benar geng motor kita ada yang jadi pengedar narkoba?" tanya Tomi.
"Ya mungkin aja. Geng motor itu identik dengan narkoba juga, mabuk dan pesta ****." katq Azriel.
"Lo sendiri, kenapa masuk ke geng motor?"
"Gue suka balapannya aja, ngga suka pesta-pesta begitu." kata Azriel lagi.
"Huh, sok suci lo!"
"Biarin!"
Mereka masih menunggu Dodit datang, semua juga menunggu. Tomi gelisah, begitu juga dengan Azriel. Rencana balapan jadi molor beberapa menit.
"Lo telepon si Dodit dong, Ziel." kata Tomi.
"Ck, dia ketua geng tapi kenapa jadi ngga tanggung jawab sih. Semua udah nungguin itu."
"Ya makanya di telepon dong si Dodit."
"Ck, iya."
Azriel mengambil ponselnya, mencari nomor kontak Dodit laly menghubunginya. Masuk.
"Dit, lo kemana aja sih? Udah pada nungguin nih." kata Azriel.
"Gawat Ziel. Lo sama Tomi cepat lari dan sembunyi!" ucap Dodit di seberang sana.
"Kenapa? Apa ada razia lagi?"
"Iya, cepat lo pergi dan sembunyi!"
"Aah, sialan lo! Kenapa ngga dari tadi sih lo kasih tahu gue!"
Klik!
Azriel mematikan ponselnya, dia takut polisi akan datang sesuai yang di katakan Dodit. Tomi memperhatikan apa yang di lakukan Azriel, menjalankan mesin motornya dan melaju.
"Azriel, kenapa pergi?!" tanya Tomi.
"Cepat lo lari dan sembunyi! Polisi lagi kesini mau razia!" jawab Azriel langsung ngacir pergi.
"Aaargh, sialan! Lo main pergi aja Azriel!"
Tomi langsung melajukan motornya pergi dari lapangan itu. Saat Azriel keluar dari lapangan, ternyata mobil polisi sudah datang. Dia pun berbalik melajukan motornya menuju ke arah lain entah kemana. Yang jelas dia harus menghindar dari kejaran polisi yang akan menangkapnya.
Ngeeeng!
Azriel melajukan kencang ke arah jalan kebun kampung. Dia harus lari dan bersembunyi, menoleh ke belakang ada satu motor polisi mengejarnya.
"Sial! Polisi mengejar gue lagi. Kemana tuh tadi teman-teman larinya?" ucap Azriel terus melajukan motornya.
Hingga dia sampai di belokan jalan menuju kampung, dia langsung melaju kencang. Tapi motor polisi masih mengejarnya, dan Azriel terus mencari jalan gang kampung agar bisa bersembunyi dari kejaran polisi.
Ngeeeng!
Suara deru motor Azriel menggema jalanan gang, dengan liukan motornya membuat orang-orang yang lewat mengumpat padanya karena mengendarai motor seenaknya.
"Woi! Sialan! Jangan kencang-kencang kalau naik motor! Emangnya ini jalan punya nenek moyang lo!" teriak salah satu pejalan kaki yang hampir di serempet Azriel.
"Sori, gue buru-buru bang!" sahut Azriel dengan menoleh ke arah orang yang mengumpatnya.
Hingga dia tidak sadar sampai di belokan dan motor melaju kencang itu menabrak gerobak cilok milik seorang gadis.
Gubrak!
"Adaauw!"
"Daganganku! Gerobakku!"
Teriakaan Azriel dan seorang gadis pemilik gerobak cilok berbarengan. Mereka jatuh, Azriel terjatuh karena menabrak gerobak penjual cilok. Sedangkan gadis yang gerobaknya di tabrak itu hampir saja keserempet motor Azriel jika gerobaknya dia pegang. Untungnya tangan gadis itu lepas, dan Azriel berada di atas gerobak cilok seorang gadis.
Tangannya tergores karena menahan tumpuan tubuhnya. Tapi celananya itu terkena tumpahan cilok panas, sehingga dia pun akhirnya jatuh juga karena tidak tahan panas dari ciloknya.
Gadis penjual cilok itu diam, dia masih mengamati laki-laki yang menabrak gerobak ciloknya. Tapi wajah kesalnya benar-benar dia tampilkan dan berkacak pinggang menatap Azriel.
"Kalau jalan tuh lihat-lihat! Mata ke depan, naik motor itu harus hati-hati. Lihatkan jadinya kamu menabrak gerobak cilokku dan rusak semuanya, rugi daganganku!" kata gadis itu.
Azriel berusaha bangkit dari jatuhnya itu dengan pelan. Gadis di depannya yang sedang marah tidak mencoba membantunya bangkit.
"Iya maaf, gue lagi di kejar-kejar polisi." jawab Azriel.
"Anak bandel sih, jadinya di kejar polisi." ucap gadis itu.
Azriel menatap wajah gadis di depannya, memegangi lengan tangannya yang sakit. Wajahnya meringis, di lihatnya gerobak ciloknya memang semua dagangan cilok gadis itu tumpah. Azriel menunduk, berusaha bertanggung jawab memberesi panci berisi cilok, botol berisi kuah kacang dan beberapa plastiknya dia bereskan semuanya.
Menegakkan gerobak ciloknya yang hampir terlepas rodanya karena di hantam roda motornya. Dia menatap pada gadis itu, lalu tersenyum manis. Gadis itu masih menatap tajam pada Azriel.
"Gue udah bantuin lo, jangan marah ya." kata Azriel.
"Jelaslah aku marah, kamu membuat daganganku rugi!" ucap gadis itu.
"Heheh, aku ganti deh. Berapa semuanya?" tanya Azriel mengeluarkan dompetnya.
"Mentang-mentang punya duit, gampang banget mau ganti rugi." ucapnya lagi.
"Ya kan gue punyanya duit, kalau ngga ada duit ya ngga bisa bayar kerugian lo." kata Azriel.
Gadis itu diam, dia mendengus kesal karena semuanya rusak dan ciloknya terbuang percuma. Di dorongnga gerobak yang rodanya sedikit miring, perlahan tapi tertahan karena jika di paksa dorong akan jatuh lagi gerobaknya.
Azriel membantu mendorong gerobak itu, membawanya sesuai arah kemana gadis itu membawanya pergi. Keduanya saling diam, Azriel tidak enak sendiri karena hampir menghancurkan gerobak gadis penjual cilok itu.
"Lo mau pulang ya?" tanya Azriel.
"Iyalah, ngapain jalan terus. Gerobaknya aja rusak, ciloknya juga kotor." jawab gadis itu ketus.
Azriel diam lagi, melirik pada gadis itu yang masih kesal padanya.
"Maaf ya, gue ngga sengaja." jawab Azriel.
"Kalau sengaja, udah gue teriak-teriak sejak tadi. Biar warga datang dan mukul kamu." kata gadis itu lagi.
Tangan gadis itu dan Azriel terus mendorong gerobak yang rusak, sampai di rumah sederhana dengan halaman lumayan lebar dan ada sebuah gudang untuk menyimpan gerobak rusak itu.
Muncul dari pintu rumah itu seorang perempuan paruh baya heran dengan anaknya yang pulang lebih cepat dari biasanya.
"Qilla, kenapa cepat banget pulangnya?" tanya ibunya.
"Iya bu, dapat musibah nih. Gerobaknya di tabrak sama dia." jawab gadis bernama Qilla menunjuk Azriel.
"Lho, kok di tabrak? Gimana ceritanya?" tanya ibunya lagi.
"Ya biasa, dia mengendarai motor ugal-ugalan di jalan gang itu. Jadinya nabrak gerobak cilokku bu." jawab Qilla lagi.
"Ya sudah, di simpan aja di samping. Nanti di betulkan minta tolong sama mang Sapri." kata ibunya.
"Iya bu."
Qilla pergi dari hadapan Azriel yang sejak tadi diam saja. Dia merasa bersalah dengan kejadian tadi.
"Emm, nanti aku yang bayar deh buat pembetulan gerobak lo." kata Azriel.
"Harus!"
"Sebentar ya, gue ambil motor gue yang tadi di tinggal di sana." kata Azriel.
Qilla diam saja, dia langsung masuk ke dalam rumah tanpa berkata apa pun pada Azriel. Azriel sendiri pun segera ke tempat tabrakan tadi untuk mengambil motornya, karena di tinggal begitu saja. Begitu sampai, dia melihat motor polisi yang mengejarnya itu datang.
"Waah, itu polisi lagi, gue harus sembunyi ini." ucapnya.
Dengan cepat dia ambil motornya dan melajukan kencang menuju rumah Qilla yang tak jauh dari tempat itu dan ikut bersembunyi sementara waktu.
Ngeeeng!
"Woi! Jangan lari!"
_
_
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments