Azriel melajukan motornya muter-muter lebih dulu untuk mengecoh polisi yang mengejarnya. Setelah tak terlihat, dia pun pergi ke rumah Qilla. Motornya terus melaju kencang meliuk menembus gang kampung tersebut, hingga dia pun sampai di depan rumah Qilla.
Matanya mengarah ke arah jalan, takut ada polisi tadi yang mengikutinya. Dan benar saja, motor polisi sedang melaju menuju arah jalan rumah Qilla.
"Haish, polisi itu ngga juga nyerah ya. Gue di kejar-kejar terus." ucap Azriel.
Dia masukkan motor ke halaman rumah Qilla, menengok ke kanan dan ke kiri mencari tempat untuk bersembunyi. Dia melihat tempat gerobak Qilla di sana ada tempat kosong dan terhalang kayu-kayu. Tanpa pikir panjang, Azriel membawa motornya ke sana untuk di sembunyikan.
Apa yang di lakukannya itu mendapat perhatian dari mata gadis di dalam rumah yang melihatnya menyembunyikan motornya. Qilla, gadis itu keluar dari rumah dan mendekat pada Azriel. Melihat apa yang di lakukan laki-laki itu menyembunyikan motornya tanpa izin lebih dulu padanya.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Qilla menatap tajam pada Azriel.
"Gue minta tolong, sembunyiin motor gue di sini. Gue di kejar-kejar polisi." jawab Azriel masih terus menghalangi motornya dengan tumpukan kayu.
Qilla mengambil kayu-kayu yang tadi di tata Azriel, dia kesal sekali pada laki-laki itu. Azriel melebarkan matanya, menatap pada Qilla yang sedang kesal dan memindahkan kayu-kayu ke bawah.
"Eh, lo ngga mau bantu gue?" tanya Azriel.
"Ngga!"
"Please dong, tolongin gue. Gue ngga mau di tangkap polisi." kata Azriel mencoba merayu Qilla.
Qilla mendengus, menatap tajam pada laki-laki yang sedang memohon padanya. Dia curiga apakah Azriel adalah buronan polisi?
"Kamu buronan ya?" tanya Qilla.
"Enak aja! Kagaklah, gue cuma salah sasaran. Mereka salah mau tangkap gue." jawab Azriel tidak terima di sangka buronan.
"Lha, terus kenapa polisi mengejar kamu? Kamu pasti punya salah, dan kamu pasti buronan kan?!"
"Bukan yaelah. Tolong gue, sembunyiin gue dari kejaran polisi. Gue di sangka pengedar narkoba, makanya gue lari." kata Azriel lagi.
"Nah kan, kamu buronan pengedar narkoba. Kalau polisi kesini, aku laporkan kamu sembunyi di rumahku!"
"Eh, kagak ya. Gue bersumpah bukan pengedar narkoba, cowok baik-baik kayak gue mana ada tampang pengedar narkoba. Noh, banyak mafia-mafia di setiap penjara ada pengedar narkoba. Buat apaan gue jual barang haram itu!" ucap Azriel kesal di tuduh terus sebagai pengedar narkoba.
Qilla diam, dia menatap Azriel yang marah karena menuduhnya sebagai pengedar narkoba
.
"Terus kenapa kamu sembunyi? Kalau ngga salah harusnya bilang dong sama polisinya. Jujur kenapa sih, bukannya sembunyi." kata Qilla.
"Kagak, pasti gue harus nginap di prodeo meski pun cuma sehari. Banyak nyamuk di sana, jorok. Udah, gue sembunyi aja di sini sebentar doang. Nanti kalau polisinya udah ngga ada gue pergi." kata Azriel lagi.
Qilla pun kembali diam, dia melihat motor Azriel sudah terhalang kayu-kayu. Menatap Azriel lagi apakah laki-laki itu berbohong atau tidak, tapi sepertinya memang dia bukan pengedar narkoba.
Ciiit.
Suara motor di depan halaman rumah Qilla itu membuat kaget Azriel dan Qilla. Azriel tahu itu motor polisi yang mengejarnya, dia memberi isyarat pada Qilla agar diam dan tidak memberitahumya kalau dirinya bersembunyi di rumahnya. Apa lagi di tempatnya sekarang.
Mau tidak mau, Qilla pun harus menyembunyikan Azriel di belakang gerobak rusaknya itu. Azriel juga bersembunyi di sana, Qilla keluar dari tempat itu. Melihat polisi yang sedang bicara pada tetangganya, menanyakan sesuatu. Dan tentunya itu menanyakan kemana Azriel bersembunyi.
Polisi itu menoleh pada Qilla, gadis itu terlihat gugup. Menoleh ke arah di mana Azriel bersembunyi.
"Mbak, apa tadi lihat ada laki-laki mengendarai motor lewat atau sembunyi di sekitar sini?" tanya polisi menghampiri Qilla.
"Motor apa pak? Dari tadi ngga ada motor lewat, paling ada tukang dagang aja yang lewat depan rumah." jawab Qilla terpaksa berbohong.
"Masa sih? Saya tadi lihat motor itu lewat sini lho, apa benar mbaknya ngga lihat?" tanya polisi lagi.
"Tadi saya ada di dalam rumah, kalau tadi lewat sewaktu saya di dalam rumah sih ngga tahu tuh pak. Mungkin sudah lewat barangkali dan saya ngga tahu." jawab Qilla.
Polisi itu diam, tapi ragu. Dia mengingat Azriel sempat parkir di depan rumah Qilla itu. Mata polisi pun mengarah ke dalam rumah Qilla, melongok ke dalam untuk memastikan memang laki-laki yang dia kejar tadi tidak ada. Dia takutnya gadis di depannya menyembunyikan orang yang dia cari.
"Apa mbak ngga bohong? Barangkali dia sembunyi di dalam rumah." kata polisi.
"Ya ngga pak polisi, kalau ngga percaya silakan saja bapak periksa ke dalam rumah." kata Qilla yakin.
Karena memang dia tidak menyembunyikan Azriel di dalam rumah, tapi di belakang gerobak ciloknya.
"Begini mbak, kalau mbak berbohong dan ternyata mbaknya menyembunyikan orang itu. Mbak juga bisa di penjara lho, karena menyembunyikan buronan." kata polisi menakuti Qilla.
"Lha, emang laki-laki yang bapak cari itu buronan?"
"Iya, dia di duga anak geng motor yang melakukan pengedaran narkoba di setiap gengnya dan ke anak sekolah." jawab polisi lagi.
"Waah, ngeri juga ya. Tapi bapak yakin dia pengedar narkoba?" tanya Qilla memastikan.
"Ya, baru terduga sih. Tapi kalau dia tertangkap kan bisa di mintai keterangan apa benar dia terlibat atau tidak dalam pengedaran narkoba itu." ucap polisi mencoba meyakinkan Qilla agar mau menunjukkan di mana Azriel yang dia kejar berada.
Tapi gadis itu diam saja, dia ragu untuk memberitahu keberadaan Azriel. Jika dia menunjukkan di mana Azriel bersembunyi, maka lepas dia dari sangkaan menyembunyikan buronan. Tapi kalau di sembunyikan, bagaimana nantinya? Dia takut apa yang di katakan polisi itu benar kalau laki-laki yang sedang bersembunyi di belakang gerobak ciloknya adalah buronan.
"Qilla, sedang apa kamu?"
Lamunan Qilla buyar ketika ibunya keluar dan melihatnya bicara dengan seorang laki-laki. Ibunya mendekat, heran siapa laki-laki di depan anaknya Qilla.
"Bapak siapa?" tanya ibu Qilla.
"Dia polisi bu, cari buronan." jawab Qilla.
"Buronan?! Buronan apa? Di sini tidak ada buronan pak, duh amit-amit saya menyembunyikan buronan." kata ibu Qilla merasa takut dan panik dengan ucapan anaknya.
"Maaf bu, saya hanya mencari saja. Barangkali di dalam rumah ibu menyembunyikan buronan saya itu. Saya mau menjemputnya." kata polisi memberikan penjelasan agar ibunya Qilla itu tidak panik.
"Ya, tapi saya di dalam rumah terus pak. Kalau ada yang masuk pasti saya tahu, mungkin dia lari ke sana. Biasanya ada rumah kosong itu tempat bersembunyi anak-anak." kata ibu Qilla menunjuk ke arah rumah di ujung jalan.
"Saya sudah ke sana, tapi tidak ada orang. Ya sudah, maaf kalau saya membuat ibu dan mbaknya khawatir." kata polisi itu.
Dia masih curiga dengan rumah Qilla itu, tapi akhirnya dia pun menaiki motornya dan meninggalkan Qilla dan ibunya.
"Ada-ada saja polisi itu, kenapa cari buronan kesini? Memang kita menyembunyikan buronan itu?" kata ibu Qilla.
"Qilla yang sembunyikan buronan itu bu." ucap Qilla sambil berlalu meninggalkan ibunya.
"Apa?!"
_
_
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments