Setegar Riri

Setegar Riri

Episode 1 : Kisah Riri kecil

Aku dilahirkan, disebuah desa kecil di lereng gunung pada malam 1 Suro. Malam yang keramat itu ibuku berjuang bertaruh nyawa untuk melahirkan aku. Aku diberikan nama Angelia Riri Agustini. Aku biasa dipanggil Riri.

Aku adalah anak ke lima dari 6 bersaudara, dari seorang ayah PNS dan ibu penjahit di pasar. Gaji PNS waktu itu sangat sedikit dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Orang kampung pada waktu itu jika di jodohkan PNS tidak mau dan lebih memilih jodoh seorang petani.

Aku melihat setiap bulan ayahku menaruh slip gajinya di paku yang di pasang dikamar beliau. Ibuku sehari-harinya ke pasar untuk menawarkan jasa menjahit baju dan membuka satu lapak untuk usahanya.

Saat aku masih bayi sampai kanak kanak, aku dibawa ibu ke pasar sambil menjahit. Di samping lapak ibu menjahit, ada sepasang suami istri yang menjual kelontong. Suaminya sering menggendongku dan sangat sayang padaku.

Suatu saat ibu tidak ke pasar karena ada urusan, bpk Samijo ibuku menyebut, sampai datang ke desaku untuk menanyakan keadaan aku. Bpk Samijo mengira aku sakit sehingga tidak datang ke pasar . Sejak kecil aku sudah banyak orang menyayangi aku.

Saat aku kecil juga banyak mendatangkan rejeki, hingga saat itu orang tuaku mampu membangun rumah yang kami tempati sampai saat ini.

Aku diperlakukan berbeda dengan kakak- kakakku. Kakak - Kakakku di sekolahkan di sekolah swasta Katolik, sedangkan aku sejak TK sampai sampai SMP sekolah negri.

pertimbangan kedua orang tuaku supaya tidak jauh dari rumah, hanya jarak satu desa dari rumah, sementara kakak kakakku sekolah cukup jauh berjarak 3 desa dari rumah.

Saat aku SD berprestasi dan selalu juara kelas, bahkan di saat kelas 5 mendapatkan sertifikat bintang kelas, karena nilaiku tertinggi dari paralel 5 kelas. Riri saat SD anak yang ceria, nakal tapi berprestasi.

Hari - hari sepulang sekolah bermain terus karena masih kecil. Teras rumah kami menjadi tempat berkumpulnya teman teman . Kami duduk melingkar sambil bermain bekel, Seru sekali ada tawa dan canda kami bebas tanpa beban.

Malam hari kami biasa berkumpul di meja makan yang besar dan panjang memuat kami berdelapan. Selesai kami makan malam, meja di lap dan dibersihkan dan kami gunakan untuk belajar bersama. ayahku biasa menunggu kami sambil membaca koran.

Masih kuingat saat masih belajar di SD ,aku tidak pernah diberikan tugas pekerjaan rumah oleh orang tua. Hari - hariku diisi dengan bermain bersama teman temanku.

Saat musim lompat karet, kami juga bersama - sama bermain. Kadang kami main gobak sodor, bentik, ular naga. Main rumah- rumahan menjadi kegemaran anak perempuan, kita mendirikan rumah - rumahan dari batang ketela pohon, dindingnya mencari kain panjang ibu, dan atapnya dari daun pisang.

Dalam rumah - rumahan , kami memasak yang bahannya dari daun - daun yang kami iris- iris. Ini menjadi kenangan yang sangat menyenangkan dan terkesan untuk kami.

Saat malam hari teman teman yang sekelas denganku, berkumpul di rumah dan belajar. Kami punya teras dengan tempat lebar terbuat dari bambu yang di anyam, kami menyebut, " Amben".

Saat itu kami menjelang ujian, dan belajar HPS dan HPA. Ada satu orang yang membaca soal dan kami menjawab, begitu kami lakukan bergantian membacanya.

Sore hari selesai mandi, aku menunggu ibu pulang dari pasar, karena setiap hari ada saja kemauan aku untuk dibelikan macam - macam makanan. Ibu tidak selalu membelikan apa yang aku mau. Saat mungkin jahitan tidak banyak, ibuku memberikan alasan untuk ku tidak membeli yang dipesankan.

Ibu mengatakan,

" Riri, ibu takut mau beli makanan dan buru -buru pulang karena, tukang tempe di bungkus, Tukang sate di tusuk, tukang Kelapa di pecah".

Biasanya aku percaya saja dan saat itu, dan aku mengatakan

," Begitu ya bu, ibu takut ya"

Suatu kali saat beristirahat sekolah, aku bersama teman teman main ke rumah yang mempunyai kolam ikan. Kami mencari daun talas, lalu merobek kecil- kecil dan di lempar kolam. Ikan akan bergerombol menyerbu daun talas dan berebutan. Saat itu kalau sudah ada HP mungkin kami akan abadikan lewat foto ataupun video.

Saat kelulusan tiba, dan ada test masuk SMPN negeri, maka aku segera mendaftarkan diri. Aku mendaftar di SMPN 1 di kecamatan tempat kami tinggal dan SMPN 8 di kota tempat kami tinggal. Aku dinyatakan lulus keduanya. Dan aku ebih memilih SMPN 8 di kota , walaupun jauh dan harus naik angkot.

Ayah menghampiri aku dan berkata,

" Riri, kamu mendaftar 2 sekolah dan diterima dua duanya. Yang SMPN 1 diberikan anak teman ayah ya, kasihan"

Aku menjawab dan mengiyakan saja kemauan ayahku. Kasihan juga temanku Atun belum dapat sekolah.

Setiap pagi aku bersama mbak Tri kakakku yang sekolah di SPG di kota, menembus kabut dinginnya pagi berangkat je sekolah, berjalan kaki sampai di pinggir jalan besar untuk bisa naik angkot je sekolah kami.

Sejak aku masuk SMPN 8 di kota aku berubah menjadi remaja pendiam, orang menyebutku,

" Kalem",

aku sendiri tidak punya teman dari SD atau dari kampungku. Tapi saat di SMPN ini aku makin berprestasi, aku selalu menjadi juara umum dari paralel 8 kelas.

Saat pagi hari teman temanku duduk di taman pintu masuk, Saat aku lewat mereka mengatakan,

" Ini yang namanya Riri".

Mereka penasaran denganku, karena setiap ulangan PKN, ataupun sejarah yang gurunya sama, selalu diperiksa antar kelas, dan mereka tahu nilaiku selalu tinggi bahkan sering benar semua, karena bentuknya pilihan ganda ataupun isian singkat.

Sepulang sekolah aku makan dan istirahat sebentar. Setelah istirahat aku biasa mencuci piring, Demikian kakak- kakakku melaksanakan apa yang menjadi tugasnya. Saat ibu pulang dari pasar semuanya sudah beres.

Keluarga kami sering menjadi contoh tetangga. Mereka mengatakan kepada anak mereka,

" Contoh itu anak anaknya bu Rahman, rajin dan pinter sekolahnya ".

Hari - hari kami jarang main, waktu kami di gunakan untuk sekolah, membantu pekerjaan orang tua, dan sudah menjelang malam . Kami makan bersama dan belajar. Begitu hari- hari kami setiap harinya.

Saat kakakku sulung belajar di Sekolah pertanian menengah atas ( SAMA) di jogja dan dilanjutkan kuliah di UGM. Mbak Maria masuk sekolah perawat di Rumah sakit St. Elizabeth di Bantul. Saat itu aku sudah masuk SMP dan mulai remaja. Maka ibu membagi tugas pekerjaan rumah, Mbak Tri yang sekolah di SPG bertugas mencuci dan setrika baju. Mbak Vero yang nomer 4 bertugas memasak, Dan aku pun bertugas mencuci piring.

Ibu mengatakan,

" Perempuan walaupun sekolah tinggi tetap harus pandai mengurus rumah tangga, jangan sampai dibodohi oleh pembantu. Dan saat berkeluarga ibu tidak malu dengan besan.

Maka tugas mengurus rumah tangga kadang di rolling bergantian kami kakak dan adik, agar pintar mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Terpopuler

Comments

Suraning

Suraning

silahkan baca novelku, bukan hanya masalah percintaan, tapi berlanjut perjuangan dalam hidup seorang ibu, dengan segala tantangan

2023-10-07

0

Murwanti rejeki

Murwanti rejeki

bagus ceritanya thor

2023-09-15

0

Murwanti rejeki

Murwanti rejeki

Bagus banget ceritanya bisa buat contoh orang pinter tidak harus belajar terus menerus tp. bisa juga tugas membantu pekerjaan rumah

2023-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!